Senin, 13 April 2015

makalah unsur pokok dalam kebijakan pembangunan



BAB I
P E N D A H U L U A N

1.1        Latar Belakang
Pada hakekatnya di negara-negara berkembang terdapat pengangguran yang sangat serius dan masalah ini menjadi bertambah serius lagi sebagai akibat dari bertambah cepatnya perkembangan penduduk. Disebabkan keadaan yang seperti ini maka timbullah keperluan yang mendesak untuk mempercepat pembangunan di negara-negara tersebut; yaitu agar pendapatan masyarakat dapat ditingkatkan, masalah penduduk diatasi, dan masalah pengangguran tidak menjadi bertambah serius.
Di pihak lain, walaupun terhadapa keperluan yang mendesak untuk mempercepat pembangunan ekonomi, negara-negara tersebut memmpunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk melaksanakan pembangunan. Jumlah alat-alat modalnya masih terbatas, tingkat tabungan masyarakatnya relatif rendah, terhadap kekurangan yang serius dalam jumlah tenaga usahawan dan tenaga ahli lainnya yang sanggup mengembangkan kegiatan ekonomi, dan kegiatan ekonomi lainnya sebagian tertumpu pada kegiatan pertanian yang produktivitasnya masih tetap rendah. Sifat-sifat ekonominya ini menghalangi negara-negara berkembang untuk melaksanakan pencepatan dalam laju pembangunan.













1.2        Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pandangan Pokok Analisis Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi ?
2. Apa itu Proses Multiplier di Negara-negara berkembang ?
3. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Moneter di Negara-negara berkembang?
4. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Fiskal di Negara-negara berkembang?
5. Apa saja yang dimaksud Mekanisme Pasar di negara-negara berkembang?

1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Pandangan Pokok Analisis Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi.
2. Untuk mengetahui apa itu Proses Multiplier di Negara-negara berkembang.
3. Untuk mengetahui apa dimaksud dengan Kebijakan Moneter di Negara-negara berkembang.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kebijakan Fiskal di Negara-negara berkembang.
5. Untuk mengetahui apa saja yang dimaksud Mekanisme Pasar di negara-negara berkembang.














BAB II
P E M B A H A S A N

2.1  Pandangan Pokok Analisis Mikro Ekonomi Dan Makro Ekonomi
Dapat di lihat bahwa pada  hakikatnya di negara-negara berkembang terdapat pengangguran yang sangat serius dan masalah ini menjadi bertambah serius lagi sebagai akibat dari bertambah cepatnya perkembangan penduduk. Di sebabkan keadaan yang seperti ini maka timbullah keperluan yang mendesak untuk mempercepat pembangunan di negara negara tersebut: yaitu agar pendapatan masyarakat dapat di tingkatkan, masalah penduduk di atas, dan masalah pengangguran menjadi bertambah serius.
Di pihak lain, walaupun terdapat keperluan yang mendesak untuk mempercepat pembangunan ekonomi, negara-negara tersebut mempunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk melaksanakan pembangunan. Jumlah alat-alat modalnya masih terbatas, tingkat tabungan masyarakatnya relatif rendah, terdapat kekurangan yang serius dalam jumlah tenaga usahawan dan tenaga ahli lainnya yang sanggup mengembangkan kegiatan ekonomi, dan kegiatan ekonominya sebagian besar tertumpu pada kegiatan pertanian yang produktivitasnya masih tetap rendah. Sifat-sifat ekonominya ini menghalangi negara-negara berkembang untuk melaksanakan percepatan dalam laju pembangunannya.
Di negara negara maju keadaan ekonomi dan corak-corak masalah ekonomi yang di hadapi sangat berbeda dengan yang di hadapi oleh negara negara berkembang. Tingkat pertambahan penduduknya jauh lebih rendah daripada di negara-negara berkembang pada umumnya dan tingkat pembangunan yang di hadapi tidaklah seburuk seperti yang terdapat di negara-negara berkembang. Yang lebih penting lagi, tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi sangat tinggi, dalam masyarakat cukup terdapat tenaga-tenaga ahli dan tenaga-tenaga sektor industri menguasai keseluruhan kegiatan perekonomian. Keadaan ini memungkinkan mereka mencapai tingkat pendapatan dari tingkat kesejahteraan yang tinggi. Oleh karena itu  usaha untuk meningkatkan pendapatan dan memperlaju pembangunan bukanlah keperluan yang mendesak.
2.1.1        Asas-asas Analisa Mikro Ekonomi
Ilmu Ekonomi Mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga. Dalam ekonomi mikro mempelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum. Teori ekonomi dapat dibedakan dalam tiga bagian yaitu: teori harga, teori produksi dan teori distribusi. Teori harga pada hakikatnya menjelaskan B tentang corak permintaan dan penawaran yang pada umumnya terdapat dalam suatu pasar, dan interaksi antara kedua-duanya dalam menentukan tingkat harga dan jumlah barang yang di perdagangkan. Teori harga juga menganalisa sebab-sebab permintaan masyarakat menjadi bertambah tinggi apabila dan sebaliknya permintaan menjadi bertambah kecil apabila harga naik. Aspek lain yang di analisa dalam teori mikro ekonomi adalah mengenai masalah teori distribusi pendapatan di antara berbagai faktor produksi. Dalam analisa ini yang di bahas adalah cara-cara pendapatan masing-masing faktor produksi di tentukan dalam setiap perekonomian. Analisa mikro ekonomi memisalkan pula bahwa setiap pelaku dalam perekonomian tersebut pada setiap waktu mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di pasar dan mempunyai mobilitas yang sangat tinggi sehingga mudah  menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di pasar.
2.1.2        Isu-isu Utama Dalam Analisis Mikro Ekonomi
Analisis-analisis dalam teori mikro ekonomi bertitik tolak dari pandangan yang menganggap bahwa faktor-faktor produksi atau sumber-sumber yang dimiliki masyarakat adalah terbatas, sedangkan keinginan manusia tidak terbatas sehingga masyarakat membuat pilihan-pilihan. Kegiatan memilih ini perlu dibedakan menjadi dua aspek, yaitu kegiatan memproduksi dan menggunakan barang dan jasa. Kedua kegiatan ini merupakan isu-isu utama yang dianalisis dalam teori mikroekonomi.
Masalah memilih tersebut dianalisis dalam teori mikroekonomi dengan mengemukakan tiga pertanyaan. Pertanyaan pertama yaitu apakah jenis-jenis barang dan jasa yang harus diproduksikan?. Pertanyaan kedua yaitu bagaimanakah caranya memproduksi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para konsumen?. Dengan demikian, aliran-aliran pendapatan yang berlaku sebagai akibat kegiatan memproduksi barang dan jasa akan dapat memecahkan pertanyaan ketiga yaitu untuk siapakah barang dan jasa perlu diproduksikan?.
2.1.3        Asas-asas Analisa Makro Ekonomi
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain: pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.
Salah satu pandangan yang paling fundamentil dalam teori makro ekonomi adalah bahwa tingkat kegiatan dalam sewaktu tertentu tergantung pada pengeluaran berbagai golongan masyarakat pada waktu tersebut. Fungsi dari para pengusaha hanyalah untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang di perlukan oleh masyarakat, oleh sebab itu tingkat produksi mereka di tentukan oleh tingkat pengeluaran seluruh masyarakat.
Berdasarkan sifat-sifatnya, pengeluaran seluruh masyarakat dibedakan dalam lima golongan yaitu :
·         Pengeluaran seluruh rumah tangga
·         Penanaman modal oleh para pengusaha
·         Pengeluaran pemerintah
·         Export ke luar negeri
·         Import dari luar negeri
 Tingkat pengeluaran rumah tangga terutama tergantung pada pendapatan mereka. Oleh sebab itu pengeluaran rumah tangga bukanlah merupakan faktor yang terutama yang menyebabkan perubahan dalam pendapatan nasional dari masa ke masa. Import suatu masyarakat di tentukan oleh pendapatan mereka. Oleh sebab itu juga ia bukan merupakan penentu yang terutama dari perubahan-perubahan dalam pendapatan nasional. Ketiga faktor lainnya adalah :
·         Penanaman modal oleh perusahaan perusahaan
·         Pengeluaran modal oleh pemerintah
·         Ekspor di tentukan oleh faktor-faktor lain di luar tingkat pendapatan masyarakat
 Tingkat penanaman modal terutama di tentukan oleh tingkat bunga pengeluaran pemerintah di tentukan oleh pertimbangan politik dan usaha untuk mencapai tingkat kesempatan kerja penuh yang diikuti dari kestabilan harga (full employment without inflation) dan eksport di tentukan oleh keadaan permintaan di luar negeri serta daya saing produksi dalam negeri di pasaran dunia. Perubahan faktor-faktor tersebut merupakan hal yang terutama yang menyebabkan perubahan dalam pendapatan nasional. Dari ketiga jenis pengeluaran tersebut, penanaman modal perusahaan merupakan modal perusahaan merupakan pengeluaran yang perubahannya dari masa ke masa sangat besar sekali. Pada suatu tahun tertentu penanaman modal dapat mencapai jumlah yang sangat tinggi, tetapi pada tahun berikutnya dapat pula merosot dan mencapai tingkat yang jauh lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Perubahan ketiga jenis pengeluaran tersebut akan menyebabkan perubahan yang lebih besar dalam pendapatan nasional disebabkan karena perubahan dalam salah satu gabungan dari ketiga jenis pengeluaran tersebut akan menciptakan suatu proses yang akan menimbulkan suatu rangkaian tambahan pendapatan dan pengeluaran yang baru, proses tersebut dinamakan Proses Multiplier.
2.1.4        Kelemahan-Kelemahan  Analisis Makro Ekonomi
Salah satu alasan lain  yang menyebabkan analisis makro ekonomi digunakan lebih berhati-hati di negara berkembang adalah analisis lebih menekan kepada menelaah masalah-masalah ekonomi yang digunakan dalam jangka pendek.ini berbeda dengan corak analisis yang di gunakan di negara berkembang.analisi yang di gunakan pada negara berkembang lebih menekankan kepada analisis kepada masalah-masalah pembangunan.
                                 I.            Analisis merupakan analisis jangka pendek
Bahwa analisis makroekonomi pada dasarnya merupakan analisis jangka pendek, dapat di buktikan kepada pemisalan yang di buat dalam teori tersebut. Dari sifat-sifat analisis dapat di simpulkan antara lain dapat memisalkan keadaan-keadaan berikut: kapasitas alat-alat produksi tetap, jumlah tenaga kerja tidak berubah, dan tidak terdapat perbaikan dalam tingkat teknologi yang digunakan.
                              II.            Tidak menganalisis faktor non-ekonomi
Tidak terdapat analisis mengenai pengaruh keadaan sosial, struktur sosial, suasana politik, nilai-nilai hidup, corak pandangan masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat terhadap kegiatan masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat terhadap  kegiatan ekonomi meruapakan kelemahan lain dari makroekonomi.
                           III.            Kurang memperhatikan sektor luar negri
Dalam analisis makro ekonomi penanaman modal oleh pengusaha di pandang sebagai sektor penting menentukan tingkat kegiatan ekonomi. Sedangkan faktor luar negeri tidak memegang peranan seperti penanaman modal.
Kelemahan teori makroekonomi yang baru dinyatakan ini sudah lama disadari oleh ahli-ahli ekonomi. Untuk memperbaikinya, dengan dipelopori oleh Harrod dan Domar[1], ahli-ahli ekonomi sesudah Keynes mulai menelaah kembali mengenai berbagai persoalan pertumbuhan ekonomi. Tetapi bahagian ini bukanlah bahagian yang terutama dari teori makro ekonomi. Lagi pula teori-teori perturnbuhan yang dikembangkan tersebut juga masih belum cukup memadai untuk digunakan dalam menganalisa masalah-masalah pembangunan yang dihadapi negara-negara berkembang, dan untuk landasan dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan. Antara lain kelemahan teori-teori tersebut adalah terlalu mengagungkan peranan modal dalam pembangunan, mengabaikan peranan faktor-faktor bukan ekonomi (non-ekonomi) dalam pembangunan, dan beberapa pemisalan-pemisalan yang digunakan dalam teori-teori tersebut jauh berbeda dengan kenyataan yang terdapat di negara-negara berkembang.

2.2  Proses Multiplier Di Negara-negara Berkembang
Apabila sesuatu perekonomian menghadapi masalah pengangguran, maka haruslah dilakukan pertambahan dalam pengeluaran masyarakat. Besarnya pertambahan pengeluaran yang perlu dilakukan supaya tingkat kesempatan kerja penuh dapat dicapai tergantung kepada dua faktor: besarnya kecondongan konsumsi batas dan besarnya jurang diantara pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh dan pendapatan nasional yang sekarang tercapai. Makin tinggi kecodongan konsumsi batas, makin besar multiplier yang akan diciptakan oleh sejumlah pertambahan dalam pengeluaran. Dengan demikian ini berarti pula bahwa makin tinggi kecondongan konsumsi batas, makin sedikit pula pertambahan dalam pendapatan nasional dan untuk mencapai kesempatan kerja penuh.
Di negara-negara berkembang bagian yang terbesar dari pendapatan masyarakat digunakan untuk konsumsi. Sebagai akibatnya kecondongan konsumsi batas di negara-negara tersebut adalah lebih tinggi daripada di negara-negara maju. Dengan demikian, berdasarkan kepada teori multiplier, di negara-negara berkembang meningkatkan pendapatan masyarakat merupakan masalah yang lebih mudah kalau dibandingkan dengan di negara-negara maju.
Tetapi pada kenyataannya keadaan yang berlaku di negara-negara berkembang yang ditimbulkan oleh adanya pertambahan dalam pengeluaran adalah jauh berbeda dengan keadaan yang diramalkan dalam teori multiplier. Di negara-negara berkembang pengeluaran yang berlebih-lebihan mungkin akan mengakibatkan inflasi walaupun dalam perekonomian tersebut masih terdapat masih terdapat banyak pengangguran. Ini disebabkan karena (i) kemampuan dari perekonomian tersebut untuk menambah produksi lebih terbatas kalau dibandingkan dengan kemampuan dari negara-negara maju; dan (ii) corak kegiatan ekonomi di negara-negara berkembang sangat berbeda dengan di negara-negara maju., yaitu di negara-negara berkembang sektor tradisionil menguasai sebagian besar kegiatan ekonomi. Kedua-dua faktor ini merupakan penyebab terpenting yang mengakibatkan proses multiplier tidak dapat berjalan secara semestinya.
 Proses multiplier seperti yang digambarkan dalam analisa makro ekonomi tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan karena di negara-negara berkembang sektor produksi mempunyai kemampuan yang lebih terbatas untuk menaikkan jumlah barang di pasar apabila permintaan berkembang dengan cepat. Analisa makro ekonomi selanjutnya juga dianggap bahwa sektor perusahaan bersifat responsif terhadap rangsangan-rangsangan yang terjadi di pasar.
Setelah mengamati kesesuaian teori makro ekonomi di negara-negara berkembang, maka dapatlah dikatakan bahwa, agar proses multiplier berjalan seperti dengan keadaan yang diramalkan, perekonomian tersebut haruslah mempunyai beberapa sifat-sifat berikut:
1.      Dalam masyarakat terdapat banyak pengangguran dan para penganggur ini bukan saja terdiri dari tenaga kerja yang biasa, tetapi juga tenaga terdidik, tenaga usahawan dan tenaga kerja yang berpengalaman di bidang industri.
2.      Berbagai jenis industri, terutama industri barang-barang konsumsi, masih mempunyai kelebihan kapasitas dan dapat dengan mudah memperbesar tingkat produksinya.
3.      Bahan-bahan mentah yang diperlukan oleh industri-industri tersebut dapat diperoleh dengan mudah, sehingga tidak akan menjadi hambatan dalam usaha menaikkan produksi.
4.      Barang-barangyang diproduksikan di dalam negeri mempunyai kualitas yang sama baiknya dengan barang-barang yang diimport dari luar negeri.

2.3  Kebijaksanan Moneter Di Negara-negara Berkembang
Sebagai akibat dari kurang sempurnanya analisa makro ekonomi dalam menggambarkan corak kegiatan ekonomi di negara-negara berkembang, maka kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikenukakan dalam teori makro ekonomi mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi mereka. Oleh sebab itu perlulah dibuat penyesuaian-penyesuaian agar alat-alat kebijaksanaan ekonomi yang konvensionil dapat digunakan secara lebih bermanfaat oleh negara-negara berkembang dan dapat mencapai sasarannya.
Satu pemisalan penting yang digunakan sebagai titik tolak dalam analisa makro ekonomi adalah bahwa perekonomian merupakan suatu masyarakat yang menjalankan kegiatan tukar-menukar secara efisien. Di dalam perekonomian yang mempunyai sifat-sifat yang demikian tingkat pengeluaran masyarakat dapat diatur dengan mempengaruhi penawaran uang dalam masyarakat atau dengan mempengaruhi tingkat bunga. Kebijaksanaan pemerintah untuk tujuan demikian dinamakan kebijaksanaan moneter. Ia dapat dibedakan dalam beberapa jenis kebijaksanaan: (a) merubah tingkat cadangan minimum bank-bank komersiil; (b) merubah tingkat bunga dari pinjaman bank sentral kepada bank-bank komersiil; (c) mengadakan operasi pasar terbuka; dan (d) menentukan prioritas dari jenis-jenis pinjaman yang dapat diberikan oleh bank-bank komersiil kepada para langganan mereka (selective credit control).
Pemerintah melalui bank sentral, harus menggunakan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut untuk mengaruhi pengeluaran masyarakat ke arah yang dihendaki. Pada waktu resesi dan tingkat pengangguran tinggi, pemerintah harus berusaha mempertinggi pengeluaran seluruh masyarakat dengan cara mempertinggi penawaran uang dalam masyarakat.
Di negara-negara berkembang kebijaksanaan moneter yang demikian mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mempengaruhi perubahan penawaran uang dan pengeluaran masyarakat. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan keadaan ini, yaitu:
·         Bank-bank komersiil pada umumnya mempunyai cadangan yang berlebihan. Oleh karenanya perubahan dalam tingkat cadangan minimum tidak akan banyak mempengaruhi kegiatan mereka untuk meminjamkan uang kepada para pengusaha dan masyarakat.
·         Kelebihan dalam cadangan menyebabkan bank-bank komersiil jarang sekali meminjam dari Bank sentral.
·         Pasar uang dan pasar modal masih belum sempurna keadaannya di negara-negara berkembang. Ini menyebabkan operasi pasar terbuka tidak dapat dijalankan efektif.
·         Sistem bank belum mencapai tingkat perkembangan yang tinggi; hanya sebagian kecil saja dari masyrakat berhubungan dengan badan tersebut. Dengan demikian kebijaksanaan moneter hanya mempengaruhi sebagian kecil saja dari seluruh kegiatan perekonomian.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan ini bukanlah berarti bahwa kebijaksanaan moneter tidak dapat digunakan sama sekali di negara-negara berkembang. Kebijaksanaan moneter masih tetap besar peranannya dalam menciptakan kesetabilan ekonomi di negara-negara berkembang. Tetapi bentuk kebijaksanaan yang harus dilaksanakan haruslah disesuaikan dengan masalah-masalah yang sebenarnya di hadapi oleh negara-negara berkembang. Karena uang tunai (uang kertas dan uang logam) merupakan bagian terbesar dari penawaran uang, maka kebijaksanaan moneter bukan saja harus ditujukan untuk mempengaruhi penawaran yang diciptakan oleh sistem bank, tetapi harus pula meliputi usaha untuk mempengaruhi penawaran uang tunai dalam masyarakat.
Pertambahan penduduk dan pendapatan masyarakat sebagai akibat dari usaha dan kegiatan pembangunan menyebabkan dari tahun ke tahun penawaran uang harus ditambah. Berarti salah satu tugas dari kebijaksanaan moneter adalah untuk menyediakan pertambahan penawaran uang yang cukup sehingga usaha-usaha pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Dan di masa terjadi kelebihan permintaan dan inflasi, penawaran uang harus di kurangi. Di negara-negara berkembang kebijasanaan ini harus mencangkup juga kebijaksanaan untuk mempengaruhi penawaran uang tunai dalam masyarakat, yaitu dengan berusaha menarik uang tersebut dari tangan masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat pengeluarannya. Pengalaman di negara kita dalam mengatasi inflasi pada tahun 1966-69 menunjukkan bahwa usaha yang demikian dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Tugas kebijaksanaan moneter di negara-negara berkembang pada umumnya adalah jauh lebih berat dan rumit jika dibandingkan dengan di negara-negara maju. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini. Pertama, tugas untuk menciptakan penawaran uang yang cukup sehingga pertambahannya dapat selalu selaras dengan jalannya pembangunan memerlukan disiplin yang kuat di kalangan penguasa moneter dan juga di pihak pemerintah. Kenaikan harga-harga akan berlaku. Seperti telah diuraikan sebelum ini, sifat dari penawaran  barang dinegara-negara berkembang adalah lebih kurang elastis kalau dibandingkan dengan di negara-negara maju. Maka pertambahan penawaran uang yang terlalu cepat lebih mudah menimbulkan inflasi di negara-negara berkembang. Dengan demikian peminjaman yang berlebih-lebihan oleh pemerintah kepada Bank sentral bukan akan mendorong kepada perluasan kegiatan ekonomi tetapi akan menaikkan tingkat harga barang-barang.
Kedua, Bank sentral di negara-negara berkembang harus secara lebih teliti dan berhati-hati mengawasi perkembangan penerimaan valuta asing dan mengawasi kegiatan dalam sektor luar negeri (ekspor dan import). Kegiatan di sektor ini sangat mudah menimbulkan inflasi dinegara-negara tersebut, karena selalu berlakunya keadaan naik turun harga-harga bahan mentah yang diekspor mereka. Akibat dari naik turunnya pendapatnya ekspor kepada kestabilan ekonomi dan kelancaran pembangunan. Dari uraian itu dapat disimpulkan tentang pentingnya menghindari akibat-akibat yang tidak menguntungkan tersebut. Sebagian dari tugas tersebut dipikul oleh kebijaksanaan moneter.
Akhirnya tugas kebijaksanaan moneter adalah untuk membantu mempercepat proses pembangunan dengan mengembangkan lebih lanjut badan-badan keuangan yang telah ada di negara-negara berkembang. Badan-badan keuangan dapat membantu mempertinggi pembentukan modal dalam sesuatu masyarakat; yaitu dengan mendorong masyarakat untuk melakukan tabungan di dalam badan-badan keuangan dan selanjutnya mengalirkan tabungan ini kepada para pengusaha. Tabungan yang diciptakan ini memungkinkan para pengusaha mendapatkan modal yang diperlukan untuk mengembangkan kegiatan perdagangan dan membangun industri-industri. Oleh karna itu, untuk melancarkan jalannya pembangunan perlulah digalakkan perkembangan badan-badan keuangan dan pasar modal. Disamping itu juga kebijaksanaan moneter harus menjalankan langkah-langkah yang menjamin agar modal atau tabungan yang dikumpulkan dapat diarahkan penggunaannya kepada kegiatan-kegiatan yang lebih produktif. Langkah-langkah ini akan membantu mempercepat proses pembangunan ekonomi. Sedangkan pembangunan ekonomi memerlukan perluasan pinjaman kepada sektor industri dan pertanian. Untuk menjamin agar dana tabungan yang diciptakan akan mengalir ke dua-dua sektor itu, perlulah dilakukan pengawasan oleh pemerintah – melalui bank sentral – dengan melaksanakan kebijaksanaan yang sesuai untuk tujuan tersebut.

2.4  Kebijakan Fiskal Di Negara-negara Berkembang
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang pengeluaran dan  pendapatannya dengan tujuan untuk menciptakan tingkat kesempatan yang tinggi tanpa inflasi. Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Kebijaksanaan pemerintah yang pertama adalah menaikkan pajak pendapatan rumah tangga. Kebijaksanaan ini akan menyebabkan jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan masyarakat berkurang, sehingga akan mengakibatkan penurunan dalam tingkat konsumsi masyarakat. Kebijaksaan fiskal yang kedua adalah mengurangi pengeluaran pemerintah sendiri, sehingga dapat menciptakan kelebihan dalam anggaran belanjanya (pendapatan pemerintah lebih besar daripada pengeluarannya).
Masalah pengangguran yang terdapat di negara-negara berkembang tidak dapat diatasi dengan menurunkan tingkat pajak yang dikenakan kepada masyarakat dan dengan menaikkan pengeluaran pemerintah. Di negara-negara berkembang jumlah tenaga kerja sangat berlebih-lebihan kalau dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. Alat-alat modal yang terdapat di negara-negara berkembang jumlahnya relatif terbatas. Oleh sebab itu pertambahan yang terlalu besar dalam pengeluaran pemerintah, penanaman modal para pengusaha dan pengeluaran seluruh rumah tangga, bukan akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan mengatai masalah pengangguran, tetapi sebaliknya akan menimbulkan kenaikan harga-harga.
Di negara-negara berkembang inflasi dapat terjadi di dalam keadaan di mana pengangguran yang meluas masih terdapat. Di samping itu, di negara-negara berkembang pendapatan pemerintah yang diperoleh dari pajak secara relatif adalah lebih rendah daripada yang diterima di negara-negara maju. Dan yang dikumpulkan itupun terutama dari pajak tidak langsung bukan dari pajak pendapatan. Walaupun alat-alat kebijaksanaan fiskal yang tradisionil tidak menciptakan hasil yang sama efektifnya dengan di negara-negara maju, apabila kebijaksanaan fiskal yang dijalankan dengan sungguh-sungguh memperhatikan keadaan di negara-negara berkembang, maka ia dapat memegang peranan yang sangat penting di dalam usaha untuk mempercepat proses pembangunan.
Pertama-tama, dengan menjalankan kebijaksanaan fiskal yang lebih berhati-hati (konservatif) dari di negara-negara maju, yaitu dengan selalu menjaga agar pengeluaran pemerintah tetap dalam keadaan seimbang dan menghindari melakukan pengeluaran yang berlebih-lebihan, kebijaksanaan tersebut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya inflasi. Kedua, kebijaksanaan fiskal dapat digunakan untuk mempengaruhi corak penggunaan sumber-sumber daya. Perbelanjaan pemerintah di suatu sektor akan dapat mengalahkan penanaman modal yang lebih besar di sektor tersebut, sedangkan pajak yang tinggi di suatu sektor akan membatasi dorongan kepada para pengusaha untuk menjalankan kegiatan di sektor tersebut.
Akhirnya, kebijaksanaan fiskal dapat digunakan untuk mempertinggi tingkat penanaman modal. Tujuan ini dapat dicapai dengan meningkatkan pajak disektor-sektor tertentu. Dengan demikian,perangsang-perangsang fiskal memegang dua peranan penting dalam pembangunan, yaitu sebagai alat untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumber daya dan sebagai alat untuk memperbesar jumlah pembentukan modal.

2.5  Mekanisme Pasar Di Negara Berkembang
Salah satu aspek yang sering sekali dibahas dalam menilai sampai di mana bergunanya teori ekonomi yang tradisionil untuk menganalisa dan merumuskan kebijaksanaan pembangunan di negara-negara berkembang adalah menelaah keefektifan mekanisme pasar untuk menciptakan efisiensi yang tinggi dalam menggunakan sumber-sumber daya dan dalam menciptakan pembangunan yang pesat. Dalam bentuk yang lebih spesifik analisa tersebut menilai pula kesesuaian berbagai aspek dari teori mikroekonomi apabila digunakan untuk menganalisa tingkah laku berbagai pelaku ekonomi di negara-negara berkembang.
Menurut Boeke sifat-sifat berikut terdapat di kalangan penduduk di negara-negara berkembang. Pertama, penduduknya mempunyai permintaan yang terbatas. Ini terbukti dari terdapatnya penawaran tenaga kerja yang menurun kembali apabila tingkat upah sudah melebihi tingkat cukup hidup. Kedua, usaha dan kegiatan mereka lebih ditekankan untuk memenuhi keperluan sosial dan bukan untuk memenuhi keperluan ekonomi. Dalam masyarakat itu pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan untuk mencari keuntungan sangat terbatas. Memang dalam masyarakat tersebut banyak terdapat kegiatan yang bersifat spekulatif, tetapi kegiatan yang menekankan kepada usaha mencari keuntungan jangka panjang jumlahnya relatif lebih terbatas.
Ketiga, masyarakat di negaranegara itu kurang mempunyai disiplin dalam pekerjaan, kemampuannya untuk menciptakan organisasi yang baik masih terbatas dan kurang mempunyai keahlian dalam berbagai kegiatan usaha. Sifat-sifat ini berbeda sekali dengan yang dimisalkan dalam analisa mikroekonomi, yang antara lain menganggap bahwa permintaan masyarakat tidak terbatas, kegiatan utama masyarakat terutama ditujukan untuk memenuhi keperluan ekonomi, para pelaku dalam perekonomian mempunyai kemampuan berorganasasi secara efisien dan pengetahuannya mengenai keadaan pasar adalah tinggi dan memungkinkan mereka mengambil keputusan yang paling ekonomis.
Kritik yang lebih baru, yang lebih penting dan lebih serius implikasinya terhadap perkembangan analisa mengenai pembangunan ekonomi dan dalam merumuskan kebijaksanaan pembangunan, adalah kritik-kritik yang dinamakan oleh Myint sebagai: kritik terhadap relevansi dari teori mikroekonomi dan mekanisme pasar untuk menganalisa persoalan-persoalan pembangunan di negara-negara berkembang[2]. Para ahli ekonomi yang tergolong sebagai pengkritik terhadap relevansi teori mikroekonomi tidak tertarik kepada persoalan apakah analisaanalisa dasar dalam teori mikroekonomi dan teori ekonomi konvensionil pada umumnya seperti analisa permintaan dan penawaran, misalnya, dapat menjelaskan sifat-sifat dari kegiatan ekonomi yang berlaku di negara-negara berkembang.
Myint membedakan berbagai kritik mengenai relevansi mekanisme pasar di negara-negara berkembang dalam empat golongan[3]:
·         Kritik yang pertama menekankan bahvia terdapat perbedaan di antara tingkat kesempurnaan mekanisme pasar di negara-negara maju dan di negara- negara berkembang.
·         Kritik yang kedua didasarkan kepada pandangan bahwa masalah yang paling penting yang dihadapi negara-negara berkembang adalah masalah kelebihan tenaga kerja dan kekurangan sumber-sumber daya lainnya, terutama modal dan kekayaan alam.
·         Kritik jenis ketiga didasarkan kepada pandangan bahwa negara-negara berkembang terperangkap dalam suatu keadaan seimbang yang sangat stabil pada tingkat pendapatin yang rendah (in a very stable low income equilibrium).
·         Kritik yang terakhir didasarkan kepada pandangan bahwa kekuatan-kekuatan dalam pasar bebas mempunyai kecenderungan untuk mengekalkan atau memperburuk keadaan ketidakseimbangan yang sekarang terdapat dalam pasar.
Dari kritik-kritik di atas maka secara umum dapatlah disimpulkan bahwa dengan hanya meng gunakan sistem mekanisme pasar, negara-negara berkembang tidak akan dapat mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapinya dan tidak akan dapat menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Oleh sebab itu negaranegara berkembang perlu menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang sifatnya adalah sebagai pengganti dan pelengkap dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berdasarkan kepada sistem mekanisme pasar atau pasar bebas.



BAB III
P E N U T U P
3.1  Kesimpulan
Di negara-negara maju keadaan ekonomi dan corak-corak masalah-masalah ekonomi yang dihadapi sangat berbeda dengan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Tingkat pertambahan penduduknya jauh lebih rendah daripada di negara-negara bekembang pada umumnya dan tingkat pengangguran yang dihadapi tidaklah seburuk seperti yang terdapat di negara-negara berkembang. Yang lebih penting lagi, tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi sangat tinggi, dalam masyarakat cukup terdapat tenaga-tenaga ahli dan tenaga-tenaga usahawan, alat-alat modal dan tabungan cukup banyak tersedia, dan kegiatan di sektor industri menguasai keseluruhan kegiatan perekonomian, keadaan-keadaan ini memungkinkan mereka mencapai tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Oleh karenanya usaha untuk meningkatkan pendapatan dan memperlaju pembangunan bukanlah merupakan yang mendesak.
Negara Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang tidak di gunakan.

3.2  Saran
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di negara-negara berkembang selalu meliputi, masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi, masalah pertumbuhan ekonomi, masalah pengangguran dan masalah kenaikan harga inflasi. Diharapkan bisa terselesaikan dengan adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan fiskal dan moneter dan kebijaksanaan lainnya.






D A F T A R   P U S T A K A

2.      Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, Proses, Dasar, Kebijakan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1985



[1] Domar, “Expansion and Employment”, American Economic Review XXXVII, Maret 1947 dan R.F. Harrod, “An Essay Dynamic Theory”, Economic Journal, XLIV, Maret 1939
[2] Myint, op. Cit., hal.7
[3] Myint, op.cit., hal. 10-14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFLASI: KURVA PHILLIPS

MODEL DINAMIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN AGREGRATE Seperti namanya, model baru ini menekankan sifat dinamis dari fluktuasi ekonomi sebagai &qu...