P E N D A H U L U A N
1.1
Latar Belakang
Pada hakekatnya di
negara-negara berkembang terdapat pengangguran yang sangat serius dan masalah
ini menjadi bertambah serius lagi sebagai akibat dari bertambah cepatnya
perkembangan penduduk. Disebabkan keadaan yang seperti ini maka timbullah
keperluan yang mendesak untuk mempercepat pembangunan di negara-negara
tersebut; yaitu agar pendapatan masyarakat dapat ditingkatkan, masalah penduduk
diatasi, dan masalah pengangguran tidak menjadi bertambah serius.
Di pihak lain, walaupun
terhadapa keperluan yang mendesak untuk mempercepat pembangunan ekonomi,
negara-negara tersebut memmpunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk
melaksanakan pembangunan. Jumlah alat-alat modalnya masih terbatas, tingkat
tabungan masyarakatnya relatif rendah, terhadap kekurangan yang serius dalam
jumlah tenaga usahawan dan tenaga ahli lainnya yang sanggup mengembangkan
kegiatan ekonomi, dan kegiatan ekonomi lainnya sebagian tertumpu pada kegiatan
pertanian yang produktivitasnya masih tetap rendah. Sifat-sifat ekonominya ini
menghalangi negara-negara berkembang untuk melaksanakan pencepatan dalam laju
pembangunan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Pandangan Pokok Analisis Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi ?
2. Apa itu Proses Multiplier di Negara-negara
berkembang ?
3. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Moneter di
Negara-negara berkembang?
4. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Fiskal di
Negara-negara berkembang?
5. Apa saja yang dimaksud Mekanisme Pasar di
negara-negara berkembang?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu Pandangan Pokok Analisis Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi.
2. Untuk mengetahui apa itu Proses Multiplier di
Negara-negara berkembang.
3. Untuk mengetahui apa dimaksud dengan Kebijakan
Moneter di Negara-negara berkembang.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
Kebijakan Fiskal di Negara-negara berkembang.
5. Untuk mengetahui apa saja yang dimaksud Mekanisme
Pasar di negara-negara berkembang.
BAB II
P E M B A H A S A N
2.1 Pandangan Pokok Analisis Mikro
Ekonomi Dan Makro Ekonomi
Dapat di lihat bahwa pada hakikatnya di negara-negara berkembang
terdapat pengangguran yang sangat serius dan masalah ini menjadi bertambah
serius lagi sebagai akibat dari bertambah cepatnya perkembangan penduduk. Di
sebabkan keadaan yang seperti ini maka timbullah keperluan yang mendesak untuk
mempercepat pembangunan di negara negara tersebut: yaitu agar pendapatan
masyarakat dapat di tingkatkan, masalah penduduk di atas, dan masalah
pengangguran menjadi bertambah serius.
Di pihak lain, walaupun terdapat keperluan
yang mendesak untuk mempercepat pembangunan ekonomi, negara-negara tersebut
mempunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk melaksanakan pembangunan. Jumlah
alat-alat modalnya masih terbatas, tingkat tabungan masyarakatnya relatif
rendah, terdapat kekurangan yang serius dalam jumlah tenaga usahawan dan tenaga
ahli lainnya yang sanggup mengembangkan kegiatan ekonomi, dan kegiatan ekonominya
sebagian besar tertumpu pada kegiatan pertanian yang produktivitasnya masih
tetap rendah. Sifat-sifat ekonominya ini menghalangi negara-negara berkembang
untuk melaksanakan percepatan dalam laju pembangunannya.
Di negara negara maju keadaan
ekonomi dan corak-corak masalah ekonomi yang di hadapi sangat berbeda dengan
yang di hadapi oleh negara negara berkembang. Tingkat pertambahan penduduknya
jauh lebih rendah daripada di negara-negara berkembang pada umumnya dan tingkat
pembangunan yang di hadapi tidaklah seburuk seperti yang terdapat di negara-negara
berkembang. Yang lebih penting lagi, tingkat teknologi yang digunakan dalam
proses produksi sangat tinggi, dalam masyarakat cukup terdapat tenaga-tenaga
ahli dan tenaga-tenaga sektor industri menguasai keseluruhan kegiatan perekonomian.
Keadaan ini memungkinkan mereka mencapai tingkat pendapatan dari tingkat
kesejahteraan yang tinggi. Oleh karena itu
usaha untuk meningkatkan pendapatan dan memperlaju pembangunan bukanlah
keperluan yang mendesak.
2.1.1
Asas-asas
Analisa Mikro Ekonomi
Ilmu Ekonomi Mikro mempelajari variabel-variabel
ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga. Dalam ekonomi
mikro mempelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang
dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum. Teori
ekonomi dapat dibedakan dalam tiga bagian yaitu: teori harga, teori produksi
dan teori distribusi. Teori harga pada hakikatnya menjelaskan B tentang corak
permintaan dan penawaran yang pada umumnya terdapat dalam suatu pasar, dan
interaksi antara kedua-duanya dalam menentukan tingkat harga dan jumlah barang
yang di perdagangkan. Teori harga juga menganalisa sebab-sebab permintaan
masyarakat menjadi bertambah tinggi apabila dan sebaliknya permintaan menjadi
bertambah kecil apabila harga naik. Aspek lain yang di analisa dalam teori
mikro ekonomi adalah mengenai masalah teori distribusi pendapatan di antara berbagai
faktor produksi. Dalam analisa ini yang di bahas adalah cara-cara pendapatan
masing-masing faktor produksi di tentukan dalam setiap perekonomian. Analisa mikro
ekonomi memisalkan pula bahwa setiap pelaku dalam perekonomian tersebut pada setiap
waktu mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di pasar dan mempunyai
mobilitas yang sangat tinggi sehingga mudah
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di pasar.
2.1.2
Isu-isu Utama Dalam Analisis Mikro
Ekonomi
Analisis-analisis
dalam teori mikro ekonomi bertitik tolak dari pandangan yang menganggap bahwa
faktor-faktor produksi atau sumber-sumber yang
dimiliki masyarakat adalah terbatas, sedangkan keinginan manusia tidak terbatas
sehingga masyarakat membuat pilihan-pilihan. Kegiatan memilih ini perlu dibedakan menjadi dua aspek, yaitu kegiatan
memproduksi dan menggunakan barang dan jasa. Kedua kegiatan ini merupakan
isu-isu utama yang dianalisis dalam teori mikroekonomi.
Masalah
memilih tersebut dianalisis dalam teori mikroekonomi dengan mengemukakan tiga
pertanyaan. Pertanyaan pertama yaitu apakah jenis-jenis barang dan jasa yang harus
diproduksikan?. Pertanyaan kedua yaitu bagaimanakah caranya memproduksi
berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para konsumen?. Dengan
demikian, aliran-aliran pendapatan yang berlaku sebagai akibat kegiatan
memproduksi barang dan jasa akan dapat memecahkan pertanyaan ketiga yaitu untuk
siapakah barang dan jasa perlu diproduksikan?.
2.1.3
Asas-asas
Analisa Makro Ekonomi
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel
ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain:
pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang
beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran
internasional.
Salah satu pandangan yang paling
fundamentil dalam teori makro ekonomi adalah bahwa tingkat kegiatan dalam sewaktu
tertentu tergantung pada pengeluaran berbagai golongan masyarakat
pada waktu tersebut. Fungsi dari para pengusaha hanyalah untuk menyediakan
barang-barang dan jasa-jasa yang di perlukan oleh masyarakat, oleh sebab itu
tingkat produksi mereka di tentukan oleh tingkat pengeluaran seluruh
masyarakat.
Berdasarkan sifat-sifatnya, pengeluaran
seluruh masyarakat dibedakan dalam lima golongan yaitu :
·
Pengeluaran seluruh rumah tangga
·
Penanaman modal oleh para pengusaha
·
Pengeluaran pemerintah
·
Export ke luar negeri
·
Import dari luar negeri
Tingkat pengeluaran rumah tangga terutama
tergantung pada pendapatan mereka. Oleh sebab itu pengeluaran rumah tangga
bukanlah merupakan faktor yang terutama yang menyebabkan perubahan dalam
pendapatan nasional dari masa ke masa. Import suatu masyarakat di tentukan oleh
pendapatan mereka. Oleh sebab itu juga ia bukan merupakan penentu yang terutama
dari perubahan-perubahan dalam pendapatan nasional. Ketiga faktor lainnya
adalah :
·
Penanaman modal oleh perusahaan perusahaan
·
Pengeluaran modal oleh pemerintah
·
Ekspor di tentukan oleh faktor-faktor lain
di luar tingkat pendapatan masyarakat
Tingkat penanaman modal terutama di tentukan
oleh tingkat bunga pengeluaran pemerintah di tentukan oleh pertimbangan politik
dan usaha untuk mencapai tingkat kesempatan kerja penuh yang diikuti dari kestabilan
harga (full employment without inflation) dan eksport di tentukan oleh keadaan
permintaan di luar negeri serta daya saing produksi dalam negeri di pasaran
dunia. Perubahan faktor-faktor tersebut merupakan hal yang terutama yang
menyebabkan perubahan dalam pendapatan nasional. Dari ketiga jenis pengeluaran
tersebut, penanaman modal perusahaan merupakan modal perusahaan merupakan
pengeluaran yang perubahannya dari masa ke masa sangat besar sekali. Pada suatu
tahun tertentu penanaman modal dapat mencapai jumlah yang sangat tinggi, tetapi
pada tahun berikutnya dapat pula merosot dan mencapai tingkat yang jauh lebih
rendah daripada tahun sebelumnya. Perubahan ketiga jenis pengeluaran tersebut
akan menyebabkan perubahan yang lebih besar dalam pendapatan nasional disebabkan
karena perubahan dalam salah satu gabungan dari ketiga jenis pengeluaran
tersebut akan menciptakan suatu proses yang akan menimbulkan suatu rangkaian
tambahan pendapatan dan pengeluaran yang baru, proses tersebut dinamakan Proses Multiplier.
2.1.4
Kelemahan-Kelemahan Analisis
Makro Ekonomi
Salah
satu alasan lain yang menyebabkan
analisis makro ekonomi digunakan lebih berhati-hati di negara berkembang adalah analisis lebih
menekan kepada menelaah masalah-masalah ekonomi yang digunakan dalam jangka
pendek.ini berbeda dengan corak analisis yang di gunakan di negara berkembang.analisi
yang di gunakan pada negara berkembang lebih menekankan kepada analisis kepada
masalah-masalah pembangunan.
I.
Analisis merupakan analisis jangka
pendek
Bahwa
analisis makroekonomi pada dasarnya merupakan analisis jangka pendek, dapat di
buktikan kepada pemisalan yang di buat dalam teori tersebut. Dari sifat-sifat analisis
dapat di simpulkan antara lain dapat memisalkan keadaan-keadaan berikut: kapasitas
alat-alat produksi tetap, jumlah tenaga kerja tidak berubah, dan tidak terdapat
perbaikan dalam tingkat teknologi yang digunakan.
II.
Tidak menganalisis faktor non-ekonomi
Tidak
terdapat analisis mengenai pengaruh keadaan sosial, struktur sosial, suasana
politik, nilai-nilai hidup, corak pandangan masyarakat dan corak kebudayaan
masyarakat terhadap kegiatan masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat
terhadap kegiatan ekonomi meruapakan
kelemahan lain dari makroekonomi.
III.
Kurang memperhatikan sektor luar
negri
Dalam
analisis makro ekonomi penanaman modal oleh pengusaha di pandang sebagai sektor
penting menentukan tingkat kegiatan ekonomi. Sedangkan faktor luar negeri tidak
memegang peranan seperti penanaman modal.
Kelemahan teori
makroekonomi yang baru dinyatakan ini sudah lama disadari oleh ahli-ahli
ekonomi. Untuk memperbaikinya, dengan dipelopori oleh Harrod dan Domar[1],
ahli-ahli ekonomi sesudah Keynes mulai menelaah kembali mengenai berbagai
persoalan pertumbuhan ekonomi. Tetapi bahagian ini bukanlah bahagian yang
terutama dari teori makro ekonomi. Lagi pula teori-teori perturnbuhan yang
dikembangkan tersebut juga masih belum cukup memadai untuk digunakan dalam
menganalisa masalah-masalah pembangunan yang dihadapi negara-negara berkembang,
dan untuk landasan dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan.
Antara lain kelemahan teori-teori tersebut adalah terlalu mengagungkan peranan
modal dalam pembangunan, mengabaikan peranan faktor-faktor bukan ekonomi
(non-ekonomi) dalam pembangunan, dan beberapa pemisalan-pemisalan yang
digunakan dalam teori-teori tersebut jauh berbeda dengan kenyataan yang
terdapat di negara-negara berkembang.
2.2 Proses
Multiplier Di Negara-negara Berkembang
Apabila sesuatu perekonomian
menghadapi masalah pengangguran, maka haruslah dilakukan pertambahan dalam
pengeluaran masyarakat. Besarnya pertambahan pengeluaran yang perlu dilakukan
supaya tingkat kesempatan kerja penuh dapat dicapai tergantung kepada dua
faktor: besarnya kecondongan konsumsi batas dan besarnya jurang diantara
pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh dan pendapatan nasional yang
sekarang tercapai. Makin tinggi kecodongan konsumsi batas, makin besar
multiplier yang akan diciptakan oleh sejumlah pertambahan dalam pengeluaran.
Dengan demikian ini berarti pula bahwa makin tinggi kecondongan konsumsi batas,
makin sedikit pula pertambahan dalam pendapatan nasional dan untuk mencapai
kesempatan kerja penuh.
Di negara-negara berkembang bagian
yang terbesar dari pendapatan masyarakat digunakan untuk konsumsi. Sebagai
akibatnya kecondongan konsumsi batas di negara-negara tersebut adalah lebih
tinggi daripada di negara-negara maju. Dengan demikian, berdasarkan kepada
teori multiplier, di negara-negara berkembang meningkatkan pendapatan
masyarakat merupakan masalah yang lebih mudah kalau dibandingkan dengan di
negara-negara maju.
Tetapi pada kenyataannya keadaan
yang berlaku di negara-negara berkembang yang ditimbulkan oleh adanya
pertambahan dalam pengeluaran adalah jauh berbeda dengan keadaan yang
diramalkan dalam teori multiplier. Di negara-negara berkembang pengeluaran yang
berlebih-lebihan mungkin akan mengakibatkan inflasi walaupun dalam perekonomian
tersebut masih terdapat masih terdapat banyak pengangguran. Ini disebabkan
karena (i) kemampuan dari perekonomian tersebut untuk menambah produksi lebih
terbatas kalau dibandingkan dengan kemampuan dari negara-negara maju; dan (ii)
corak kegiatan ekonomi di negara-negara berkembang sangat berbeda dengan di
negara-negara maju., yaitu di negara-negara berkembang sektor tradisionil
menguasai sebagian besar kegiatan ekonomi. Kedua-dua faktor ini merupakan
penyebab terpenting yang mengakibatkan proses multiplier tidak dapat berjalan
secara semestinya.
Proses multiplier seperti yang digambarkan
dalam analisa makro ekonomi tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan
karena di negara-negara berkembang sektor produksi mempunyai kemampuan yang
lebih terbatas untuk menaikkan jumlah barang di pasar apabila permintaan
berkembang dengan cepat. Analisa makro ekonomi selanjutnya juga dianggap bahwa
sektor perusahaan bersifat responsif terhadap rangsangan-rangsangan yang
terjadi di pasar.
Setelah mengamati kesesuaian teori
makro ekonomi di negara-negara berkembang, maka dapatlah dikatakan bahwa, agar
proses multiplier berjalan seperti dengan keadaan yang diramalkan, perekonomian
tersebut haruslah mempunyai beberapa sifat-sifat berikut:
1.
Dalam masyarakat terdapat banyak
pengangguran dan para penganggur ini bukan saja terdiri dari tenaga kerja yang
biasa, tetapi juga tenaga terdidik, tenaga usahawan dan tenaga kerja yang
berpengalaman di bidang industri.
2.
Berbagai jenis industri, terutama
industri barang-barang konsumsi, masih mempunyai kelebihan kapasitas dan dapat
dengan mudah memperbesar tingkat produksinya.
3.
Bahan-bahan mentah yang diperlukan oleh
industri-industri tersebut dapat diperoleh dengan mudah, sehingga tidak akan
menjadi hambatan dalam usaha menaikkan produksi.
4.
Barang-barangyang diproduksikan di dalam
negeri mempunyai kualitas yang sama baiknya dengan barang-barang yang diimport
dari luar negeri.
2.3 Kebijaksanan
Moneter Di Negara-negara Berkembang
Sebagai
akibat dari kurang sempurnanya analisa makro ekonomi dalam menggambarkan corak kegiatan
ekonomi di negara-negara berkembang, maka kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dikenukakan dalam teori makro ekonomi mempunyai kemampuan yang lebih terbatas
dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi mereka. Oleh sebab itu perlulah dibuat penyesuaian-penyesuaian agar
alat-alat kebijaksanaan ekonomi yang konvensionil dapat digunakan secara lebih
bermanfaat oleh negara-negara berkembang dan dapat mencapai sasarannya.
Satu
pemisalan penting yang digunakan sebagai titik tolak dalam analisa makro
ekonomi adalah bahwa perekonomian merupakan suatu masyarakat yang menjalankan
kegiatan tukar-menukar secara efisien. Di dalam perekonomian yang mempunyai
sifat-sifat yang demikian tingkat pengeluaran masyarakat dapat diatur dengan
mempengaruhi penawaran uang dalam masyarakat atau dengan mempengaruhi tingkat
bunga. Kebijaksanaan pemerintah untuk tujuan demikian dinamakan kebijaksanaan
moneter. Ia dapat dibedakan dalam beberapa jenis kebijaksanaan: (a) merubah
tingkat cadangan minimum bank-bank komersiil; (b) merubah tingkat bunga dari
pinjaman bank sentral kepada bank-bank komersiil; (c) mengadakan operasi pasar
terbuka; dan (d) menentukan prioritas dari jenis-jenis pinjaman yang dapat
diberikan oleh bank-bank komersiil kepada para langganan mereka (selective
credit control).
Pemerintah
melalui bank sentral, harus menggunakan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut
untuk mengaruhi pengeluaran masyarakat ke arah yang dihendaki. Pada waktu
resesi dan tingkat pengangguran tinggi, pemerintah harus berusaha mempertinggi
pengeluaran seluruh masyarakat dengan cara mempertinggi penawaran uang dalam
masyarakat.
Di negara-negara
berkembang kebijaksanaan moneter yang demikian mempunyai kemampuan yang
terbatas dalam mempengaruhi perubahan penawaran uang dan pengeluaran
masyarakat. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan keadaan ini, yaitu:
·
Bank-bank
komersiil pada umumnya mempunyai cadangan yang berlebihan. Oleh karenanya
perubahan dalam tingkat cadangan minimum tidak akan banyak mempengaruhi
kegiatan mereka untuk meminjamkan uang kepada para pengusaha dan masyarakat.
·
Kelebihan
dalam cadangan menyebabkan bank-bank komersiil jarang sekali meminjam dari Bank
sentral.
·
Pasar uang dan
pasar modal masih belum sempurna keadaannya di negara-negara berkembang. Ini
menyebabkan operasi pasar terbuka tidak dapat dijalankan efektif.
·
Sistem bank
belum mencapai tingkat perkembangan yang tinggi; hanya sebagian kecil saja dari
masyrakat berhubungan dengan badan tersebut. Dengan demikian kebijaksanaan
moneter hanya mempengaruhi sebagian kecil saja dari seluruh kegiatan
perekonomian.
Dengan
adanya kelemahan-kelemahan ini bukanlah berarti bahwa kebijaksanaan moneter
tidak dapat digunakan sama sekali di negara-negara berkembang. Kebijaksanaan
moneter masih tetap besar peranannya dalam menciptakan kesetabilan ekonomi di
negara-negara berkembang. Tetapi bentuk kebijaksanaan yang harus dilaksanakan
haruslah disesuaikan dengan masalah-masalah yang sebenarnya di hadapi oleh
negara-negara berkembang. Karena uang tunai (uang kertas dan uang logam)
merupakan bagian terbesar dari penawaran uang, maka kebijaksanaan moneter bukan
saja harus ditujukan untuk mempengaruhi penawaran yang diciptakan oleh sistem
bank, tetapi harus pula meliputi usaha untuk mempengaruhi penawaran uang tunai
dalam masyarakat.
Pertambahan
penduduk dan pendapatan masyarakat sebagai akibat dari usaha dan kegiatan
pembangunan menyebabkan dari tahun ke tahun penawaran uang harus ditambah.
Berarti salah satu tugas dari kebijaksanaan moneter adalah untuk menyediakan
pertambahan penawaran uang yang cukup sehingga usaha-usaha pembangunan dapat
berjalan dengan lancar. Dan di masa terjadi kelebihan permintaan dan inflasi,
penawaran uang harus di kurangi. Di negara-negara berkembang kebijasanaan ini
harus mencangkup juga kebijaksanaan untuk mempengaruhi penawaran uang tunai
dalam masyarakat, yaitu dengan berusaha menarik uang tersebut dari tangan
masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat pengeluarannya. Pengalaman di
negara kita dalam mengatasi inflasi pada tahun 1966-69 menunjukkan bahwa usaha
yang demikian dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Tugas
kebijaksanaan moneter di negara-negara berkembang pada umumnya adalah jauh
lebih berat dan rumit jika dibandingkan dengan di negara-negara maju. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan hal ini. Pertama, tugas untuk menciptakan
penawaran uang yang cukup sehingga pertambahannya dapat selalu selaras dengan
jalannya pembangunan memerlukan disiplin yang kuat di kalangan penguasa moneter
dan juga di pihak pemerintah. Kenaikan harga-harga akan berlaku. Seperti telah
diuraikan sebelum ini, sifat dari penawaran
barang dinegara-negara berkembang adalah lebih kurang elastis kalau
dibandingkan dengan di negara-negara maju. Maka pertambahan penawaran uang yang
terlalu cepat lebih mudah menimbulkan inflasi di negara-negara berkembang.
Dengan demikian peminjaman yang berlebih-lebihan oleh pemerintah kepada Bank
sentral bukan akan mendorong kepada perluasan kegiatan ekonomi tetapi akan
menaikkan tingkat harga barang-barang.
Kedua,
Bank sentral di negara-negara berkembang harus secara lebih teliti dan
berhati-hati mengawasi perkembangan penerimaan valuta asing dan mengawasi
kegiatan dalam sektor luar negeri (ekspor dan import). Kegiatan di sektor ini
sangat mudah menimbulkan inflasi dinegara-negara tersebut, karena selalu
berlakunya keadaan naik turun harga-harga bahan mentah yang diekspor mereka.
Akibat dari naik turunnya pendapatnya ekspor kepada kestabilan ekonomi dan
kelancaran pembangunan. Dari uraian itu dapat disimpulkan tentang pentingnya
menghindari akibat-akibat yang tidak menguntungkan tersebut. Sebagian dari
tugas tersebut dipikul oleh kebijaksanaan moneter.
Akhirnya
tugas kebijaksanaan moneter adalah untuk membantu mempercepat proses
pembangunan dengan mengembangkan lebih lanjut badan-badan keuangan yang telah
ada di negara-negara berkembang. Badan-badan keuangan dapat membantu mempertinggi
pembentukan modal dalam sesuatu masyarakat; yaitu dengan mendorong masyarakat untuk
melakukan tabungan di dalam badan-badan keuangan dan selanjutnya mengalirkan
tabungan ini kepada para pengusaha. Tabungan yang diciptakan ini memungkinkan para
pengusaha mendapatkan modal yang diperlukan untuk mengembangkan kegiatan
perdagangan dan membangun industri-industri. Oleh karna itu, untuk melancarkan
jalannya pembangunan perlulah digalakkan perkembangan badan-badan keuangan dan
pasar modal. Disamping itu juga kebijaksanaan moneter harus menjalankan langkah-langkah
yang menjamin agar modal atau tabungan yang dikumpulkan dapat diarahkan
penggunaannya kepada kegiatan-kegiatan yang lebih produktif. Langkah-langkah
ini akan membantu mempercepat proses pembangunan ekonomi. Sedangkan pembangunan
ekonomi memerlukan perluasan pinjaman kepada sektor industri dan pertanian.
Untuk menjamin agar dana tabungan yang diciptakan akan mengalir ke dua-dua
sektor itu, perlulah dilakukan pengawasan oleh pemerintah – melalui bank
sentral – dengan melaksanakan kebijaksanaan yang sesuai untuk tujuan tersebut.
2.4 Kebijakan
Fiskal Di Negara-negara Berkembang
Kebijakan
Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang pengeluaran
dan pendapatannya dengan tujuan untuk menciptakan
tingkat kesempatan yang tinggi tanpa inflasi. Atau dengan kata lain, Kebijakan
Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih
menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen
kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan
erat dengan pajak.
Kebijaksanaan
pemerintah yang pertama adalah menaikkan pajak pendapatan rumah tangga.
Kebijaksanaan ini akan menyebabkan jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan
masyarakat berkurang, sehingga akan mengakibatkan penurunan dalam tingkat
konsumsi masyarakat. Kebijaksaan fiskal yang kedua adalah mengurangi pengeluaran
pemerintah sendiri, sehingga dapat menciptakan kelebihan dalam anggaran
belanjanya (pendapatan pemerintah lebih besar daripada pengeluarannya).
Masalah
pengangguran yang terdapat di negara-negara berkembang tidak dapat diatasi
dengan menurunkan tingkat pajak yang dikenakan kepada masyarakat dan dengan
menaikkan pengeluaran pemerintah. Di negara-negara berkembang jumlah tenaga
kerja sangat berlebih-lebihan kalau dibandingkan dengan faktor produksi
lainnya. Alat-alat modal yang terdapat di negara-negara berkembang jumlahnya
relatif terbatas. Oleh sebab itu pertambahan yang terlalu besar dalam
pengeluaran pemerintah, penanaman modal para pengusaha dan pengeluaran seluruh
rumah tangga, bukan akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan mengatai masalah pengangguran,
tetapi sebaliknya akan menimbulkan kenaikan harga-harga.
Di
negara-negara berkembang inflasi dapat terjadi di dalam keadaan di mana
pengangguran yang meluas masih terdapat. Di samping itu, di negara-negara
berkembang pendapatan pemerintah yang diperoleh dari pajak secara relatif
adalah lebih rendah daripada yang diterima di negara-negara maju. Dan yang
dikumpulkan itupun terutama dari pajak tidak langsung bukan dari pajak
pendapatan. Walaupun alat-alat kebijaksanaan fiskal yang tradisionil tidak menciptakan
hasil yang sama efektifnya dengan di negara-negara maju, apabila kebijaksanaan
fiskal yang dijalankan dengan sungguh-sungguh memperhatikan keadaan di
negara-negara berkembang, maka ia dapat memegang peranan yang sangat penting di
dalam usaha untuk mempercepat proses pembangunan.
Pertama-tama,
dengan menjalankan kebijaksanaan fiskal yang lebih berhati-hati (konservatif)
dari di negara-negara maju, yaitu dengan selalu menjaga agar pengeluaran
pemerintah tetap dalam keadaan seimbang dan menghindari melakukan pengeluaran
yang berlebih-lebihan, kebijaksanaan tersebut dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya inflasi. Kedua, kebijaksanaan fiskal dapat digunakan untuk
mempengaruhi corak penggunaan sumber-sumber daya. Perbelanjaan pemerintah di
suatu sektor akan dapat mengalahkan penanaman modal yang lebih besar di sektor
tersebut, sedangkan pajak yang tinggi di suatu sektor akan membatasi dorongan
kepada para pengusaha untuk menjalankan kegiatan di sektor tersebut.
Akhirnya,
kebijaksanaan fiskal dapat digunakan untuk mempertinggi tingkat penanaman
modal. Tujuan ini dapat dicapai dengan meningkatkan pajak disektor-sektor
tertentu. Dengan demikian,perangsang-perangsang fiskal memegang dua peranan
penting dalam pembangunan, yaitu sebagai alat untuk mempertinggi efisiensi
penggunaan sumber daya dan sebagai alat untuk memperbesar jumlah pembentukan
modal.
2.5 Mekanisme
Pasar Di Negara Berkembang
Salah satu aspek yang sering sekali
dibahas dalam menilai sampai di mana bergunanya teori ekonomi yang tradisionil
untuk menganalisa dan merumuskan kebijaksanaan pembangunan di negara-negara
berkembang adalah menelaah keefektifan mekanisme pasar untuk menciptakan
efisiensi yang tinggi dalam menggunakan sumber-sumber daya dan dalam
menciptakan pembangunan yang pesat. Dalam bentuk yang lebih spesifik analisa
tersebut menilai pula kesesuaian berbagai aspek dari teori mikroekonomi apabila
digunakan untuk menganalisa tingkah laku berbagai pelaku ekonomi di
negara-negara berkembang.
Menurut Boeke sifat-sifat berikut
terdapat di kalangan penduduk di negara-negara berkembang. Pertama, penduduknya
mempunyai permintaan yang terbatas. Ini terbukti dari terdapatnya penawaran
tenaga kerja yang menurun kembali apabila tingkat upah sudah melebihi tingkat
cukup hidup. Kedua, usaha dan kegiatan mereka lebih ditekankan untuk memenuhi
keperluan sosial dan bukan untuk memenuhi keperluan ekonomi. Dalam masyarakat
itu pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan untuk mencari keuntungan sangat
terbatas. Memang dalam masyarakat tersebut banyak terdapat kegiatan yang
bersifat spekulatif, tetapi kegiatan yang menekankan kepada usaha mencari
keuntungan jangka panjang jumlahnya relatif lebih terbatas.
Ketiga, masyarakat di negaranegara
itu kurang mempunyai disiplin dalam pekerjaan, kemampuannya untuk menciptakan
organisasi yang baik masih terbatas dan kurang mempunyai keahlian dalam
berbagai kegiatan usaha. Sifat-sifat ini berbeda sekali dengan yang dimisalkan
dalam analisa mikroekonomi, yang antara lain menganggap bahwa permintaan
masyarakat tidak terbatas, kegiatan utama masyarakat terutama ditujukan untuk
memenuhi keperluan ekonomi, para pelaku dalam perekonomian mempunyai kemampuan
berorganasasi secara efisien dan pengetahuannya mengenai keadaan pasar adalah
tinggi dan memungkinkan mereka mengambil keputusan yang paling ekonomis.
Kritik yang lebih baru, yang lebih
penting dan lebih serius implikasinya terhadap perkembangan analisa mengenai
pembangunan ekonomi dan dalam merumuskan kebijaksanaan pembangunan, adalah
kritik-kritik yang dinamakan oleh Myint sebagai: kritik terhadap relevansi dari
teori mikroekonomi dan mekanisme pasar untuk menganalisa persoalan-persoalan
pembangunan di negara-negara berkembang[2].
Para ahli ekonomi yang tergolong sebagai pengkritik terhadap relevansi teori
mikroekonomi tidak tertarik kepada persoalan apakah analisaanalisa dasar dalam
teori mikroekonomi dan teori ekonomi konvensionil pada umumnya seperti analisa
permintaan dan penawaran, misalnya, dapat menjelaskan sifat-sifat dari kegiatan
ekonomi yang berlaku di negara-negara berkembang.
Myint membedakan berbagai kritik
mengenai relevansi mekanisme pasar di negara-negara berkembang dalam empat
golongan[3]:
·
Kritik yang pertama menekankan bahvia
terdapat perbedaan di antara tingkat kesempurnaan mekanisme pasar di
negara-negara maju dan di negara- negara berkembang.
·
Kritik yang kedua didasarkan kepada
pandangan bahwa masalah yang paling penting yang dihadapi negara-negara
berkembang adalah masalah kelebihan tenaga kerja dan kekurangan sumber-sumber
daya lainnya, terutama modal dan kekayaan alam.
·
Kritik jenis ketiga didasarkan kepada
pandangan bahwa negara-negara berkembang terperangkap dalam suatu keadaan
seimbang yang sangat stabil pada tingkat pendapatin yang rendah (in a very
stable low income equilibrium).
·
Kritik yang terakhir didasarkan kepada
pandangan bahwa kekuatan-kekuatan dalam pasar bebas mempunyai kecenderungan
untuk mengekalkan atau memperburuk keadaan ketidakseimbangan yang sekarang
terdapat dalam pasar.
Dari kritik-kritik di atas maka
secara umum dapatlah disimpulkan bahwa dengan hanya meng gunakan sistem
mekanisme pasar, negara-negara berkembang tidak akan dapat mengatasi
masalah-masalah ekonomi yang dihadapinya dan tidak akan dapat menciptakan
pembangunan ekonomi yang pesat. Oleh sebab itu negaranegara berkembang perlu
menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang sifatnya adalah sebagai
pengganti dan pelengkap dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berdasarkan
kepada sistem mekanisme pasar atau pasar bebas.
BAB III
P E N U T U
P
3.1 Kesimpulan
Di negara-negara maju
keadaan ekonomi dan corak-corak masalah-masalah ekonomi yang dihadapi sangat
berbeda dengan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Tingkat pertambahan
penduduknya jauh lebih rendah daripada di negara-negara bekembang pada umumnya
dan tingkat pengangguran yang dihadapi tidaklah seburuk seperti yang terdapat
di negara-negara berkembang. Yang lebih penting lagi, tingkat teknologi yang
digunakan dalam proses produksi sangat tinggi, dalam masyarakat cukup terdapat
tenaga-tenaga ahli dan tenaga-tenaga usahawan, alat-alat modal dan tabungan
cukup banyak tersedia, dan kegiatan di sektor industri menguasai keseluruhan
kegiatan perekonomian, keadaan-keadaan ini memungkinkan mereka mencapai tingkat
pendapatan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Oleh karenanya usaha untuk
meningkatkan pendapatan dan memperlaju pembangunan bukanlah merupakan yang
mendesak.
Negara
Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa tahun yang
lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri kita ini
diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas
inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak
modal yang tidak di gunakan.
3.2 Saran
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di negara-negara
berkembang selalu meliputi, masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi, masalah
pertumbuhan ekonomi, masalah pengangguran dan masalah kenaikan harga inflasi.
Diharapkan bisa terselesaikan dengan adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan fiskal
dan moneter dan kebijaksanaan lainnya.
D A F T A R P U S T A K
A
2. Sadono Sukirno, Ekonomi
Pembangunan, Proses, Dasar, Kebijakan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1985
Tidak ada komentar:
Posting Komentar