B
A B I P E N D A H U L U A N
1.1 Latar Belakang
Para perumus strategi tersebut akan berusaha
sedemikian rupa sehingga alternatif terpilih merupakan alternatif terbaik,
dalam arti lebih menjamin peningkatan kemampuan perusahaan untuk melakukan
empat hal, yaitu : (1) perolehan keuntungan, (2) pemantapan keberadaan
perusahaan, (3) ketangguhan menghadapi persaingan dan (4) mewujudkan
pertumbuhan dan perkembangan yang didambakan di masa depan. Dari berbagai
teknik yang dapat digunakan untuk menjatuhkan pilihan yang bersifat stratejik akan
diidentifikasikan dan berbagai faktor yang sifatnya manajerial, politik dan
keperilakuan.
Para penentu kebijaksanaan perusahaan akan berusaha
agar alternatif terbaiklah yang terpilih dan menuntut kerangka berfikir yang
sifatnya komparatif. Empat pertanyaan yang mendasar, yaitu :
1.
Berdasarkan pengalaman
menerapkan strategi tertentu, apakah strategi tersebut sudah efektif atau
tidak?
2.
Dengan memperhitungkan
faktor-faktor yang berpengaruh, baik yang sifatnya eksternal maupun internal,
prakiraan apa yang dapat dilakukan tentang efektivitas strategi itu jika
diterapkan di masa depan?
3.
Jika strategi lama –
dengan perubahan atau penyesuaian tertentu – yang diterapkan di masa depan,
apakan akan efektif sebagai instrumen pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan?
4.
Jika pilihan jatuh pada
strategi baru, apakah
ada jaminan bahwa pelaksanaannya akan efektif?
Dengan menggabungkan pendekatan yang inkremental dan
kreatif, suatu analisis dapat dikatakan bersifat stratejik apabila suatu proses
yang menyangkut lima bentuk kegiatan yang ditujukan pada dua tingkat, yaitu
tingkat korporasi dan tingkat satuan bisnis yang menangani kegiatan bisnis
tertentu.
Untuk tingkat korporasi, lima bentuk kegiatan itu
ialah : (1) analisis portfolio berbagai satuan usaha bisnis dalam persahaan
dikaitkan dengan kekuatan perusahaan yang bersangkutan sendiri, disoroti khusus
dari sudut pandang daya tarik dan tahap perkembangan industri dalam lingkungan
mana perusahaan bergerak, (2) prakiraan kinerja perusahaan yang bersangkutan di
masa depan apabila strategi tertentu diterapkan dalam kerangka portfolio
sekarang, (3) membandingkan kinerja perusahaan yang diperkirakan akan terwujud
di masa depan dengan sasaran perusahaan untuk menemukan “jurang pemisah” yang
mungkin dihadapi, (4) mengidentifikasi portfolio pengganti, termasuk penggunaan
strategi baru, untuk memperkecil, dan bahkan jika mungkin menghilangkan,
“jurang pemisah” dimaksud, (5) melakukan evaluasi terhadap berbagai alternatif
dan pilihan stratejik.
Untuk tingkat satuan bisnis dalam lingkungan
perusahaan, analisis stratejik dilakukan dengan mengambil lima langkah, yaitu :
(1) melakukan analisis terhadap keselarasan antara posisis stratejik perusahaan
sekarang dengan berbagai peluang dan ancaman yang dihadapi untuk satu kurun
waktu tertentu dimasa depan. (2) mempelajari secara mendalam akibat-akibat yang
mungkin harus dihadapi karena tuntutan keselarasan, (3) membandingkan berbagai
akibat tersebut dengan sasaran
perusahaan yang dimaksudkan untuk menemukan ada tidaknya “ jurang pemisah” dan
segi-segi pengelolaan perusahaan yang mungkin menimbulkan keresahan, (4)
identifikasi berbagai alternatif strategi yang mampu menghilangkan atau paling
sedikit mengurangi “ jurang pemisah” dimaksud serta menyingkirkan hal-hal yang
meresahkan tersebut, (5) melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif dan
pilihan yang sifatnya stratejik.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Analisis
Stratejik Pada Tingkat Korporasi?
2.
Bagaimana Pemilihan
Strategi Dasar Pada Tingkat Satuan Bisnis?
3.
Apa saja Faktor-Faktor Perilaku Yang
Mempengaruhi Pilihan Stratejik?
1.3 Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui Analisis Stratejik Pada Tingkat Korporasi
2.
Untuk mengetahui Pemilihan Strategi Dasar Pada Tingkat Satuan Bisnis.
3.
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Perilaku
Yang Mempengaruhi Pilihan Stratejik.
B
A B II P E M B A H A S A N
2.1 ANALISIS
STRATEJIK PADA TINGKAT KORPORASI
Pendekatan yang
sangat mendasar dalam melakukan analisis yang bersifat stratejik ialah
pendekatan portfolio bisnis dalam mana perusahaan bergerak
artinya, pendekatan tersebut menekankan hal-hal apa yang harus dilakukan dalam
mengelola berbagai kegiatan bisnis agar sasaran perusahaan sebagai keseluruhan
tercapai. Strategi pada tingkat korporasi harus mendorong satuan-satuan usaha
dalam lingkungan perusahaan untuk memanfaatkan faktor-faktor kekuatan yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa strategi pada
tingkat korporasi berperan untuk menyediakan dan mengalokasikan dana dan daya
yang dimiliki oleh perusahaan. Berbagai kegiatan bisnis yang diselenggarakan
berperan ganda, yaitu sebagai penghasil dana dan daya di satu pihak dan pengguna
dana dan daya di lain pihak. Pendekatan
portfolio secara sederhana dan visual berfungsi untuk mengidentifikasikan dan
mengevaluasi berbagai alternatif strategi untuk menghasilkan dan mengalokasikan
dana dan dana perusahaan yang bersangkutan.
2.1.1
Matriks Pertumbuhan dan
Pangsa Pasar
Analisis
yang bersifat stratejik dalam mengambil keputusan dan pilihan alternatif
strategi yang paling tepat, artinya membantu manajemen mengelola perusahaan
sehingga tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan dengan tingkat efisien,
efektivitas dan produktivitas yang tinggi. Salah satu pendekatan portfolio yang
paling banyak digunakan ialah matriks pertumbuhan dan pangsa pasar karena terbukti
ampuh sebagai instrumen
analisis stratejik pada tingkat korporasi untuk menunjukan satuan bisnis yang
paling mungkin berperan sebagai penghasil dana dan daya bagi perusahaan
sekaligus memberikan indikasi tentang satuan bisnis mana yang dapat menggunakan
dana dan daya tersebut secara optimum.
Tingkat
pertumbuhan pasar ialah
proyeksi tentang peningkatan pertumbuhan penjualan untutk pasar yang dilayani
oleh satuan bisnis tertentu. “Rumus” yang biasanya berlaku dalam mengukur
posisi persaingan relative ialah rasio pangsa pasar suatu bisnis tertentu
dibagi dengan pangsa pasar yang dikuasai oleh pesaing terkuat di pasaran.
Selain tingkat pertumbuhan pasar dan posisi kompetitif relatif dihitung,
satuan-satuan bisnis di lingkungan korporasi “ditempatkan” pada matriks yang
biasanya terlihat sebagai suatu lingkaran untuk setiap satuan bisnis. Teknik
“penempatan” lingkaran dalam matriks ialah bahwa makin besar suatu lingkaran,
berarti makin besar pula kemampuan satuan bisnis yang bersangkutan untuk
menghasilkan penerimaan bagi perusahaan. Posisi “tinggi” berarti satuan bisnis
berada kedudukan memimpin di pasar. Jika semua satuan bisnis sudah ditempatkan
pada matriks akan berada pada salah satu dari diantara empat “sel” yang dengan
segala implikasinya akan menunjukkan peranan masing- masing dalam keseluruhan
strategi pada tingkat korporas. Pada matriks, biasanya tergambar empat situasi
– yang disebut “sel” – yaitu :
1. Pertumbuhan
Tinggi/ Posisi Kompetitif Tinggi
Jika korporasi
terlibat pada kondisi pasar yang bertumbuh dengan pesat dan satuan bisnis
sendiri menguasai pangsa pasar yang besar termasuk kategori “terus
dikembangkan” atau istilah lainnya “bintang”. Karena dominannya posisi satuan
bisnis itu dalam keseluruhan portfolio korporasi, memang memerlukan investasi
yang besar karena dengan demikian satuan bisnis tersebut mampu bukan hanya
mempertahankan posisinya dalam kondisi pasar yang cepat berubah dan berkembang,
akan tetapi juga memperluas pangsa pasar yang dikuasai.
2. Pertumbuhan
Rendah/Posisi Kompetitif Tinggi
Sektor industri
yang sudah “matang” yang antara lain satuan usaha berada pada pasar yang tidak
bertumbuh dengan pesat. Dalam kondisi satuan bisnis yang berada pada kondisi
tersebut tergolong pada kategori “pertahankan” karena menjadi penghasil dana
dan daya bagi korporasi di satu sisi dan pengguna kecil dari dana dan daya yang
dihasilkannya disisi lain. Yang menjadi sorotan perhatian manajemen puncak pada
tingkat korporasi adalah untuk mengelola satuan-satuan bisnis tersebut
sedemikian rupa sehingga satuan bisnis tersebut mampu mempertahankan pangsa pasar yang
dikuasainya sambil memperoleh penghasilan yang melebihi kebutuhan sendiri untuk
digunakan oleh perusahaan sebagai suatu korporasi.
3. Pertumbuhan
Rendah/Posisi Kompetitif Rendah
Satuan bisnis
yang berada dalam lingkungan korporasi ini tidak menguasai pangsa pasar yang
besar dan berada pada pasar yang bertumbuh dengan lambat, dan dikenal dengan
kategori satuan usaha yang pertama dipertimbangkan untuk “tidak dilanjutkan”
dalam portfolio perusahaan. Dengan perkataan lain, satuan bisnis itu merupakan
satuan bisnis yang lemah, tetapi diharapkan satuan bisnis tersebut diharapkan
mampu memberikan kontribusinya kepada penyediaan dana dan daya bagi korporasi
meskipun tidak untuk kurun waktu yang panjang di masa depan. Akan tetapi cara
berfikir yang stratejik memberi
petunjuk bahwa manajemen puncak tidak seharusnya “terjerumus” pada pendekatan
“hitam putih” dalam pengambilan keputusan. Artinya, dalam memperlakukan
satuan-satuan bisnis yang tergolong lemah, pelepasan kegiatan bisnis tertentu
atau likuidasi jangan hendaknya diputuskan menjadi satu-satunya jalan keluar
yang ditempuh. Dapat melakukan perbaikan-perbaikan manajemen, antara lain,
adalah dengan mengambil langkah-langkah :
a. Mempertajam
dan mempersempit bidang bisnis yang ditangani
b. Meningkatkan
mutu produk
c. Harga
produk yang “menarik”
d. Peningkatan
efisien kerja yang pada gilirannya berakibat pada penuruanan biaya produksi.
e. Pengendalian
pengeluaran secara ketat
f. Pembatasan
kegiatan promosi, seperti iklan
Jika
memang ternyata bahwa dengan mengambil langkah-langkah tersebut tidak mampu
memperkuat posisinya, pilihan terbaik bagi manajemen puncak terletak pada
pemanfaatannya semaksimal mungkin untuk jangka pendek untuk kemudian
dilikuidasi.
4. Pertumbuhan
Tinggi/Posisi Kompetitif Rendah
Kondisi lain
dimana satuan bisnis berada ialah memiliki kemampuan untuk bertumbuh dengan
intensitas tinggi akan tetapi pada waktu yang bersamaan menimbulkan tanda tanya
tentang kemampuannya meraih keuntungan karena pangsa pasar yang dikuasainya
tidak besar. Dengan perkataan lain, satuan-satuan bisnis yang berada pada
posisi ini menjadi pengguna dana dan daya korporasi yang besar karena tuntutan
pertumbuhan yang dialaminya, tetapi kemampuannya untuk menghasilkan pendapatan
bagi diri sendiri dan bagi korporasi rendah karena posisinya di pasar yang
tidak terlalu kuat. Kegiatan bisnis
yang ditangani meskipun sebenarnya cukup kuat keinginan untuk memperbaiki
manajemen dari satuan bisnis yang kelanjutan eksistensinya menjadi tanda tanya
ke posisi untuk dikembangkan. Satuan bisnis yang tergolong tanda tanya ialah
turut memanfaatkan penerimaan yang dihasilkan oleh kelompok akan dilikuidasi
untuk kurun waktu yang “selama mungkin” yang tidak berlangsung lama karena
kemampuan berbagai satuan usaha yang termasuk kategori akan dilikuidasi itu
memang rendah. Jika mengubah statusnya dari “tanda tanya” ke “kembangkan”
dipandang tidak mungkin sedangkan pemanfaatan dari kelompok yang akan
dilikuidasi berakhir, manajemen puncak sering mengambil langkah menghentikan
korporasi dalam bidang bisnis tersebut. Matriks
yang dibahas di muka digambarkan di bawah ini :
BAGAN. Matriks
Pertumbuhan/Pangsa Pasar
Posisi
Kompetitif Relatif (Pangsa Pasar)
Yang lain dilepas
Dimanfaatkan atau likuidasi
|
Kembangkan Tanda tanya
Beberapa
Satuan
terpilih
Pengguna
dana
dan daya
Penghasil
dana
dan
daya
Pertahankan Likuidasi
|
Tujuan
penggunaan matriks itu ialah agar manajemen puncak suatu perusahaan dapat
menentukan strategi yang memberikan portfolio yang seimbang pada satuan-satuan
bisnis yang dikelola. Mudah pula untuk melihat bahwa situasi ideal yang
didambakan mengenai portfolio yang seimbang itu ialah agar jumlah satuan-satuan
bisnis yang tergolong “untuk dikembangkan” dan “untuk dipertahankan” semakin
besar karena dengan demikian sumber-sumber penghasilan dana dan daya semakin
beraneka ragam dan pada waktu yang bersamaan mengurangi jumlah satuan bisnis
yang tergolong pada kategori “tanda tanya” dan sesedikit mungkin satuan bisnis
yang tergolong pada kategori “untuk likuidasi”. Dengan perkataan lain, dalam melakukan kegiatan analisis stratejik yang
pada akhirnya bermuara pada satu pilihan yang paling tepat dari sekian banyak
alternatif yang tersedia, ada tiga sumbangan besar dari penggunaan matriks ini
yaitu:
1. Memungkinkan manajemen puncak untuk menemukan peranan
spesifik yang harus dimainkan atau misi tertentu yang harus diemban oleh setiap
satuan bisnis dalam lingkungan korporasi;
2. Mengintegrasikan aneka ragam peranan dan misi tersebut
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu strategi bisnis koorporasi sebagai suatu
kesatuan yang utuh;
3. Dengan memfokuskan perhatian pada pertumbuhan komparatif
dan posisi dalam penguasaan pangsa pasar secara stimultan, strategi perusahaan
memungkinkan pemanfaatan semaksimal mungkin keunggulan kompetitif yang dimiliki
oleh perusahaan.
Instrumen
untuk melakukan analisis
stratejik dalam rangka pemilihan alternatif yang paling tepat dan sebagai
pendekatan portfolio yang handal, para perumus strategi perusahaan harus pula
menyadari bahwa penggunaan matriks itu bukannya tanpa keterbatasan. Pengalaman
menunjukkan
adanya paling sedikit enam faktor keterbatasan yang perlu dikenali dan disadari.
Pertama:
Dalam prakteknya sulitnya mendefinisikan
pasar
suatu secara akurat, mengukur pangsa
pasar dan pertumbuhannya dapat menimbulkan masalah. Dengan kesulitan seperti itu, di kalangan manajemen
dapat terjadi manipulasi yang pada gilirannya menimbulkan distorsi, bukan hanya
dalam konsep, akan tetapi juga dalam operasionalisasi konsep tersebut.
Kedua:
Membagi matriks ke dalam empat “sel”
yang didasarkan pada klasifikasi “tinggi” dan “rendah” dapat dikatakan sebagai
pendekatan yang simplitik dalam arti bahwa dengan klasifikasi demikian, pemikiran
lain seperti “pertumbuhan rata-rata” dan “pangsa pasar rata-rata” tidak turut
dipertimbangkan dan tidak pula dikategorisasikan.
Ketiga:
Kenyataan menujukkan
bahwa keterkaitan antara pangsa
psar dan kemampuan meraih keuntungan tidak seragam dalam satu sektorindustri
dengan segmen pasar tertentu.
Keempat:
Matriks diatas dalam kenyataan tidak terlalu bermanfaat dalam melakukan
perbandingan tentang
peluang investasi secara silang antara berbagai satuan usaha dalam portfolio
korporasi.
Kelima: Dalam melakukan evaluasi yang sifatnya
statejik, serangkaian kegiatan bisnis perlu diteliti tidak hanya dalam konteks
pangsa pasar dan pertumbuhannya. Harus disadari pula bahwa nilai suatu kegiatan
bisnis dalam portfolio korporasi sering berkaitan pula dengan
pertimbangan-pertimbangan lain di samping pangsa pasar.
Keenam:
Matriks tidak menggambarkan seluruh opsi yang terbuka bagi manajemen untuk
melakukan analisis yang lebih tajam tentang berbagai alternatif yang layak
untuk dipertimbangkan dalam rangka menciptakan portfolio korporasi yang secepat
mungkin.
2.1.2
Pendekatan Lain dalam
Analisis Stratejik
Salah
satu instrument yang tersedia ialah penggunaan “kisi-kisi” perencanaan, seperti
misalnya dilakukan
oleh General Electric di Amerika Serikat. Memang benar bahwa instrumen “kisi-kisi”
tersebut merupakan penggunaan instrument matriks juga, dengan berbagai
penyesuaian yang terutama ditujukan untuk mengatasi keterbatasan pendekatan
matriks. Penyesuaian yang dimaksud dalam dua hal, yaitu:
1.
Instrument “kisi-kisi”
menggunakan berbagai faktor
untuk mengukur daya tarik suatu sector industri untuk dimasuki oleh suatu
korporasi dan tidak menggunakan hanya satu tolak ukur seperti pangsa pasar atau
pertumbuhan pasar.
2.
Instrumen “kisi-kisi”
memperbanyak “sel” sebagai “tempat” berbagai satuan bisnis dalam perusahaan –
dalam hal ini General Electric menggunakan sembilan “sel” dan bukan hanya empat
seperti terlihat pada Bagan 7.1 dimuka disamping memperbanyak kategorisasi
kondisi yang dihadapi, tidak hanya “tinggi” dan”rendah”, akan tetapi menjadi
“tinggi”. “sedang” dan “rendah”.
Pengalaman
banyak perusahaan menunjukkan
bahwa faktor-faktor stratejik yang tergolong kekuatan satuan bisnis antara lain
adalah:
a. Pangsa
pasar yang dikuasai
b. Margin
keuntungan yang diraih
c. Kemampuan
bersaing
d. Pemahaman
preferensi dan perilaku para pengguna produk satuan bisnis tertentu
e. Pengetahuan
yang mendalam tentang situasi
pasar
f. Posisi
kompetitif
g. Keunggulan
dibidang teknologi yang dimanfaatkan dalam proses produksi
h. Kaliber manajemen pada semua
tingkat, mulai dari tingkat manajemen puncak hingga pada tingkat penyelia
Faktor-faktor yang dijadikan sebagai
tolak ukur untuk menilai menarik tidaknya satu sektor industri tertentu untuk
dimasuki, antara lain ialah:
a. Pertumbuhan
pasar sekarang dan potensi perkembangannya di masa depan
b. Besaran
keuntungan yang diperkirakan dapat diraih
c. Besaran
industriatau sektor industri yang bersangkutan
d. Sifat
persaingan yang akan dihadapi
e. Sifat
pasar, apakah musiman atau siklikal
f. Penguasaan
teknologi yang diperlukan
g. Kondisi
sosial budaya yang secara dominan beelangsung di masyarakat
h. Faktor-faktor
lingkungan eksternal yang harus dihadapi
i.
Ketentuan-ketentuan
peraturan perundang-undangan yang harus diperhatikan dan ditaati
j.
Tersedia tidaknya
sumber daya manusia yang diperlukan dan yang secara kuantitatif memenuhi
persyaratan.
Setelah berbagai faktor tersebut diidentifikasikan, langkah selanjutnya ialah
menentukan posisi setiap satuan bisnis dalam “kisi-kisi” dengan menetapkan
“bobot” setiap faktor yang terdapat dalam dua dimensi yang telah disebutkan
dimuka.
Untuk mengukur daya tarik satu sektor industri, misalnya,
apa yang dilakukan oleh penentu strategi perusahaan ialah sebagai berikut:
1.
Memilih
faktor-faktor yang mendukung.
2.
Menentukan bobot
setiap faktor yang menjadi daya tarik memasuki sektor industri tertentu.
3.
Bobot yang
diberikan mencerminkan persepsi tentangpentingnya satu faktor tertentu
dibandingkan faktor-faktor lain.
4.
Meramalkan kondisi
masa depan yang menguntungkan atau merugikan bagi faktor-faktor tersebut.
5.
Penciptaan suatu
skala yang menggambarkan sistem pmbobotan yang digunakan.
Penggambaran
sederhana”kisi-kisi” dimaksud terlihat dibawah ini:
Bagan 7.2 “Kisi-kisi”
Daya Tarik Industri
Daya
Tarik Industri
|
Bobot
|
Peringkat
|
Nilai
|
Pangsa
Pasar
|
…………..
|
…………..
|
…………..
|
Produksi
|
…………..
|
…………..
|
…………..
|
Kemampuan
|
…………..
|
…………..
|
…………..
|
Efisiensi
|
…………..
|
…………..
|
…………..
|
Lokasi
|
…………..
|
…………..
|
…………..
|
Teknologi
|
…………..
|
…………..
|
…………..
|
Pemasaran
|
…………..
|
…………..
|
…………..
|
Organisasi
|
…………..
|
…………..
|
…………..
|
Promosi
|
…………..
|
…………..
|
…………..
|
Dari pembahasan di muka kiranya jelas bahwa pendekataa]n
portfolio sangat bermanfaat sebagai instrumen untuk menyinak dan mempelajari
berbagai alternatif strategi yang wajar untuk dipertimbangkan pada tingkat
korporasi yang “membawahi” aneka ragam satuan bisnis. Pengalaman
menunjukkan bahwa pendekatan portfolio “membuahkan” tiga jenis manfaat bagi
suatu perusahaan. Pertama: Pendekatan portfolio membantu para penentu
strategi perusahaan untuk mengangkat ke permukaan berbagai alternatif strategi
yang layak untuk di dalami dan dipertimbangkan. Kedua: Pendekatan
portfolio mendorong identifikasi manfaat pengganti dari alokasi dana dan daya
yang dilakukan secara selektif melalui visualisasi dari berbagai isu tersebut,
berbagai pihak yang terlibat dapat menciptakan suatu pendekatan yang baku dan
netral dalam melakukan negoisasi pemanfaatan dana dan daya yang dimiliki oleh
perusahaan. Ketiga: Tidak sedikit kalangan bisnis yang berpendapat bahwa
pendekatan portfolio memperlancar implementasi strategi yang ditentukan karena
dengan adanya focus satuan bisnis yang jelas, dan objektivitas dalam penentuan
posisinya dalam kerangka keseluruhan perusahaan menumbuhkan komitmen yang
semakin besar, bukan hanya terhadap satuan bisnis tertentu saja melainkan
terhadap korporasi sebagai keseluruhan.
Berbagai
satuan bisnis dalam lingkungan perusahaan masih harus mempelajari dan memilih
semua strategi dasar pada tingkat satuan bisnis yang akan berperan sebagai
penuntun bagi satuan bisnis yang bersangkutan untuk mencapai berbagai sasaran
jangka panjangnya.
2.2 PEMILIHAN
STRATEGI DASAR PADA TINGKAT SATUAN BISNIS
Apabila berbagai satuan bisnis dalam lingkungan
perusahaan telah dikategorisasikan sebagai satuan yang akan dikembangkan,
dipertahankan, dimanfaatkan atau dilikuidasi – setiap satuan bisnis perlu
segera mengidentifikasi dan menilai berbagai pilihan strategi yang tersedia
bagi masing-masing satuan bisnis tersebut. Para pakar pada umumnya sependapat
bahwa terdapat tiga jenis pendekatan sebagai instrument untuk menilai berbagai faktor
yang layak diperhitungkan itu, yakni: analisis “SWOT”, pendekatan matriks, dan
penyusunan model kelompok strategi dasar.
2.2.1
Analisis ”SWOT”
Telah diketahui
secara luas bahwa SWOT merupakan akronim dari kata-lata ”Strengths” (Kekuatan),
”Weaknesses” (Kelemahan), ”Opurtunities” (Peluang), dan ”Threats” (Ancaman).
Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat alam tubuh organisasi sedangkan peluang
dan ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapkan oleh organisasi.
Analisis SWOT
merupakan instrumen yang ampuh dalam melalukan analisis stratejik, keampuhan
tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi organisasi untuk
memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan faktor peluang sehingga
sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat
dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus
dihadapi.
Faktor-faktor
kekuatan yang dimiliki oleh suatu organisasi adalah antara lain kompetisi
khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan
komparatif oleh unit usaha di pasaran. Dikatakan demikian karena satuan
bisnis memiliki sumber, keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang
membuatnya lebih kuat dari para pesaing dalam memuaskan kebutuhan paar yang
sudah dan direncanakan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan.
Faktor-faktor
kelemahan yang dimaksud adalah keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber,
keterampilan dan keampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan
kinerja organisasi yang memuaskan.
Faktor-faktor
peluang yang dimaksud adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan
bagi suatu satuan bisnis. Yang dimaksud dengan berbagai situai tersebut antara
lain:
a.
Kecenderungan penting yang terjadi di kalangan pengguna
produk
b.
Identifikasi suatu segmen pasar yag belum mendapat
perhatian
c.
Perubahan dalam kondisi persaingan
d.
Peraturan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka
berbagai kesempatan baru dalam kegiatan yang berusaha
e.
Hubungan dengan para pembeli yang “akrab”
f.
Hubungan denga pemasok yang “harmonis”
Faktor-faktor
ancaman yang dimaksud adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan
suatu satuan bisnis, jika tidak dapat diatasi ancaman akan menjadi ganjalan
bagi organisasi. Contoh:
a.
Masuknya pesaing baru di pasar yang sudah dilayani oleh
satuan bisnis
b.
Pertumbuhan pasar yang lamban
c.
Meningkatnya posisi tawar pembeli produk yang dihasilkan
d.
Menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan
baku yang diperlukan untuk diproses lebih lanjut menjadi produk tertentu
e.
Perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai
f.
Perubahan dalam perundang-undangan yang sifatnya
restriktif.
Pengalaman
banyak perusahaan menunjukkan bahwa analisis ”SWOT” dapat diterapkan dalam
paling sedikit tiga bentuk untuk membuat keputusan yang sifatnya statejik pula.
Pertama: Analisis ”SWOT” memungkinkan para pengambil keputusan kunci
dalam suatu perusahaan menggunakan kerangka berpikir yang logis dalam
pembahasan yang mereka lakukan yang menyangkut situasi dalam mana organisasi
berada, identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang layak untuk
dipertimbangkan dan, akhirnya, menjatuhkan pilihan pada alternatif yang
diperkirakan paling ampuh. Kedua: Penerapan kedua dari analisis SWOT
ialah dengan pembandingan secara sistematik antara peluang dan ancaman
eksternal di satu pihak dan kekuatan dan kelemahan internal di lain pihak. Maksud utama
penerapan pendekatan ini ialah untuk mengidentifikasi dan mengenali satu dari
empat pola ynag bersifat khas dalam keselarasan situasi internal dan eksternal
yang dihadapi oleh satuan bisnis yang bersangkutan. Keempat pola tersebut
digambarkan dalam “sel”.
Gambar 7.3 Suatu Diagaram Analisis SWOT
Berbagai Peluang Lingkungan
|
Sel 3:
Mendukung Strategi Dengan Sel 1:
Mendukung Strategi
Kekuatan Internal
Substansial
|
Kelemahan Internal Yang Kritikal
|
Sel 4: Mendukung Strategi Sel
2: Mendukung
Defensif Strategi
Diversifikasi
Ancaman Utama Dari
Lingkungan
|
Situasi yang paling didambakan ialah Sel 1 karena satuan bisnis
menghadapi berbagai peluang lingkungan dan memiliki berbagai kekuatan yang
mendorong pemanfaatan berbagai peluang tersebut. Dengan demikian, srategi yang
tepat ialah stategi pertumbuhan. Pada Sel 4 menghadapi kondisi yang paling
“buruk” karena harus menghadapi tantangan besar yang bersumber pada lingkungan
dan pada waktu yang bersamaaan “dilanda” berbagai kelemahan internal yang
kritikal sifatnya. Strategi yang tepat ialah strategi yang bersifat defensif
dalam arti mengurangi atau merubah bentuk keterlibatan satuan bisnis dalam
produk atau pasar yang dianalisis dengan menggunakan teknik SWOT. Sel 2
tergambar bahwa satuan bisnis yang memiliki berbagai kekuatan internal
menghadapi situasi lingkungan yang tidak menguntungkan. Strategi yang wajar
ialah strategi diversifikasi dalam arti suatu strategi yang memanfaatkan
kekuatan yang dimiliki sekarang untuk membuka peluang jangka panjang dalam
produk atau pasar yang lain atau baru. Sel 3 menunjukkan posisi suatu satuan
bisnis yang menghadapi peluang pasar yang besar di satu pihak akan tetapi
“dihadang” oleh keterbatasan kemampuan karena berbagai kelemahan yang melekat
dalan tubuh satuan bisnis tersebut. Dalam kondisi demikian untuk “putar haluan”
dalam arti mengambil langkah untuk mengatasi berbagai langkah untuk mengatasi
kelemahan yang dihadapi secara internal agar peluang pasar dapat dimanfaatkan.
Ketiga: Setiap orang
yang sudah memahami dan pernah menggunakan analisis SWOT pasti menyadari bahwa
tantangan utama dalam penerapan analisis SWOT terletak pada identifikasi dari
posisi sebenarnya suatu satuan bisnis. Penting pula untuk menyadari bahwa
berbagai faktor kekuatan dan kelemahan yang sifatnya kritikal berperan sangat
penting dalam membatasi usaha pencaharian berbagai alternatif dan pilihan
stratejik untuk digunakan. Dengan menggunakan SWOT kompetisi khusus yang
dimiliki dan kelemahan yang menonjol dapat dinilai dan dikaitkan dengan
berbagai faktor penentu keberhasilan organisasi. Sasaran akhir analisi SWOT
adalah penentuan strategi dasar, apa sesungguhnya maksud utama strategi dasar?
Dinyatakan dengan cara lain, analisis SWOT harus merupakan masukan bagi teknik
pemilihan strategi dasar tertentu.
2.2.2
Matriks Seleksi Strategi Dasar
Pengalaman
banyak penentu strategi menunjukkan bahwa penggunaan matriks merupakan suatu
teknik yang handal dalam memilih strategi induk, Ide yang melatarbelakangi
penggunaan matriks adalah terdapat dua variabel yang mutlak mendapat perhatian
dalam melakukan analisis yang bersifat stratejik yaitu:
1. Maksud utama
penentuan strategi dasar
2. Pemilihan
penekanan perhatian pada faktor eksternal dan internal yang mengarah pada
orientasi pertumbuhan atau kemampuan memperoleh keuntungan.
Penggunaan
matriks menunjukkan bahwa perhatian ditujukan pada hal-hal sebagai berikut:
1.
Sebagai hasil analisis yang dilakukan,
berbagai kelemahan satuan bisnis dapat diatasi.
2.
Para penentu strategi dapat mengambil
langkah-langkah untuk maksimilisasi berbagai faktor kekuatan yang dimiliki.
3.
Sedara internal melakukan pengaturan
kembali pemanfaatan dana dan daya yang terdapat dalam organisasi.
4.
Secara ekternal melakukan pengggabungan
sebagi teknik meningkatkan kemampuan organisasi memperoleh dana dan daya.
Dengan
memperhitungkan faktor-faktor di atas, empat alternatif strategi dasar tampil
ke permukaan adalah:
1.
Melakukan integrasi vertikal yang
terwujud dalam bentuk diversifikasi kegiatan perusahaan sebagai keseluruhan
yang memungkinkan oleh tindakan penggabungan.
2.
Pengaturan kembali dana dan daya secar
internal, kelemahan organisasi dapat diatasi melalui tindakan ”putar haluan”
atau membebaskan diri dari keterlibatan dalam kegiatan tertentu. Hal ini berari
suatu organisasi dapat memperkuat diri dengan menyederhanakan kegiatan
operasional dan berupaya menghilangkan pemborosan dana dan daya.
3.
Menggabungkan upaya maksimalisasi
kekuatan organisasi dan pengatuan kembali pemanfaatan dana dan daya yang
dimiliki, strategi yang mungkin ditempuh adalah konsentrasi pada pikiran dan
kemampuanmelakuakn berbagai tindakan yang inovatif.
4.
Melakukan integrasi horisontal yang
dimungkinkan terjadi berkat maksimalisasi kekuatan yang dimiliki dan
“eksternalisasi” perusahaan, terutama dalam bentuk diversifikasi konsentrik dan
usaha patungan.
Jika para penentu strategi bisnis dengan secara agresif
memperluas basis operasional usahanya, sesungguhnya berarti manajemen sudah
komit pada penekanan eksternal dalam memilih suatu strategi induk. Opsi yang
ada ialah: (a) integrasi horisontal, (b) diversifikasi konsentrik dan (c) usaha
patungan. Integrai horisontal sering menjadi pilihan menarik karena
memungkinkan perusahaan unutk meningkatkan kemampuan berproduksi. Diversifikasi
konsentrik merupakan kompetensi khas yang dimiliki oleh perusahaan untuk
memperlancar perluasan bidang usaha yang menguntungkan karena satuan-satuan
bisnis – yang lama dan yang baru – bekerja atas prinsip sinergi. Pilihan yang
terakhir merupakan usaha patungan satuan bisnis dimungkinkan untuk memauki
bidang bisnis yang sangat kompetitif dengan keyakinan keberhasilan yang tidak
mungkin dimasukinya dengan mengandalkan kekuatan sendiri.
Hal-hal yang telah dibahas di atas tergambar secara
skematis pada Gambar 7.4.Matriks Seleksi Strategi Dasar
Atasi Berbagai Kelemahan
Putar Haluan Mengundurkan Integrasi
Vertikal Diversifikasi Perusahaan
Diri Mengakhiri Keterlibatan
Likuidasi
Internal II I Eksternal
(Akuisisi Atau
(Pengaturan Dana Dan Daya III IV Penggabungan
Untuk Dalam Satuan Bisnis) Peningkatan
Kemampuan)
Konsentrasi
Perluasan Integrasi Horisontal
Pasar Pengembangan Diversifikasi Konsentrik
Produk Inovasi
Maksimalisasi
Kekuatan
Kuncinya terletak pada pemilihan mitra kerja stratejik
yang tepat. Jika hal itu berhasil dilakukan, kemampuan mitra di bidang produksi, teknologi, keuangan, dan pemasaran
akan mengurangi satuan bisnis yang bersangkutan.
2.2.3
Model Kelompok Strategi Dasar
Yang dimaksud dengan model kelompok
strategi dasar ialah suatu pendekatan yang secara simultan melakukan analisis
mengenai tingkat pertumbuhan pasar dan posisi kompetitif suatu perusahaan, atau
satuan bisnis dalam pasar tertentu.
Ada empat jenis posisi yang akan
ditemukan apabila melakukan analisis simultan tersebut yang pada gilirannya
akan memberikan “arahan” kepada perumus strategi perusahaan untuk memilih
strategi yang paling tepat.
Keempat posisi itu adalah:
a) posisi bersaing yang kuat dalam
kondisi pasar yang bertumbuh dengan cepat
b) posisi bersaing yang lemah dalam
kondisi pasar yang bertumbuh dengan pesat
c) posisi bersaing yang lemah dalam
kondisi pasar yang bertumbuh dengan lambat
d) posisi bersaing yang kuat dalam
kondisi pasar yang bertumbuh dengan lambat.
Bagan 7.5 Model Kelompok Strategi Induk (Pada Tingkat Perusahaan)
Pasar Yang Bertumbuh
Pesat
1.
Konsentrasi 1.
Reformulasi Konsentasi
2.
Integrasi Vertikal 2.
Integrasi Horisontal
3.
Diversifikasi Konsentrik 3.
Melepaskan Keterlibatan
4. Likuidasi
Posisi Bersaing I II Posisi
Bersaing Lemah Kuat IV III
1.
Diversifikasi Konsentrik 1.
Putar Haluan
2.
Diversifikasi Perusahaan 2.
Diversifikasi Konsentrik
3.
Usaha Patungan 3.
Diversifikasi Perusahaan
4. Lepaskan
Kepentingan
5. Likuidasi
Pertumbuhan
Pasar Lambat
Dari Bagan di
atas terlihat berbagai alternatif yang dapat dipilih oleh para perumus strategi
induk suatu peruahaan yang dijelaskan secara rinci berikut ini :
Pertama: Suatu perusahaan yang berada posisi
bersaing yang kuat dan bergerak di pasar pertumbuhan dengan pesat dapat
dikatakan berada pada kondisi stratejik yang menguntungkan, dan bahkan
didambakan oleh para usahawan. Jika suatu perusahaan berada pada kondisi
seperti itu, pilihan strategi yang paling tepat ialah melanjutkan strategi
konsentrasi yang sudah ditempuh hingga sekarang.
Kedua: Suatu perusahaan mungkin berada pada
pisis paar yang bertumbuh dengan pesat, akan tetapi memiliki daya saing yang
lemah. Para perumus strategi induk perlu mempertimbangkan empat pilihan yang
tersedia, yaitu : (a) formulasi atau reformulasi strategi konsentrasi yang
ditempuh selama ini, atau (b) melakukan integrasi horisontal, atau (c)
meninggalkan keterlibatan dalam kegiatan bisnis tertentu, atau (d) harus
melakukan likuidasi.
Ketiga: jika suatu perusahaan menemukan
dirinya pada posisi perkembangan pasar yang lambat dan kemampuan perusahaan
sendiri untuk bersaing lemah, manajemen biasanya akan mengambil langkah untuk
mengurangi komitmen penggunaan dana dan daya pada satuan bisnis yang dimaksud.
Keempat: posisi bersaing yang kuat dalam pasar
yang bertumbuh lambat. Satuan bisnis yang berada pada kondisi demikian tentunya
mempunyai landaan kekuatan sebagai dasar untuk melakukan diversifikasi uasaha
pada bidang-bidang bisnis yang diharapkan bertumbuh dengan pesat.
2.3 FAKTOR-FAKTOR PERILAKU
YANG MEMPENGARUHI PILIHAN
STRATEJIK
Jika seseorang berbicara tentang menjatuhkan pilihan
stratejik pada satu alternatif tertentu setelah melalui analisis yang mendalam,
sesungguhnya tindakan menjatuhkanpilihan tersebut berarti satu bentuk
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan seperti ini harus setepat mungkin
karena “nasib” perusahaan dan satu-satuan bisnis yang terdapat didalamnya di
tentukan oleh bentuk keputusan tersebut.
Melihat dilapangan kenyataan dan pengalaman banyak
orang menunjukkan bahwa situasi ideal itu jarang muncul. Berarti tugas
menganalisis berbagai alternatif dan menjatuhkan pilihan pada satu alternatif
yang kelihatannya terbaik menjadi sangat sulit dan menuntut ketelitian. Karena situasi demikianlah, para penentu strategi harus
memperhitungkan berbagai faktor dalam upaya lebih menjamin bahwa keputusan
merupakan keputusan terbaik.
Ada berbagai faktor antara lain :
a.
Peranan
Strategi Masa Lalu
Kiranya bukan hal yang baru bagi para perumus
strategi perusahaan bila dikatakan bahwa situasi dimana perusahaan sekarang berada merupakan
produk strategi yang anut dimasa silam. Konsekuensi kenyataan itu antara lain
ialah bahwa strategi yang
di anut di masa lalu yang ternyata handalpun, perlu dikaji ulang secara
berkala, misalnya karena perkembangan zaman dan teknologi, masuknya perusahaan pada pasar yang baru
atau karena meluncurkan produk
baru.
Keputusan yang di ambil dimasa lalu,
terutama yang berhasil, mempengaruhi jalannya roda perusahaan sebagai
keseluruhan. Para manajer dilingkungan
perusahaan akan cenderung mendukung
manajemen puncak dalam proses pengambilan keputusan stratejik, terutama apabila
mereka mengetahui bahwa keputusan yang akan di ambil tidak akan jauh berbeda
dari keputusan yang pernah
dibuat.
Dengan situasi seperti ini dapat
berdampak negatif terhadap perusahaan, bukan hanya dalam arti kemampuan
bertumbuh dan bersaing dimasa depan, akan tetapi juga terhadap kemampuan
mempertahankan eksistensi perusahaan. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang
mengambil langkah yang drastis untuk mengatasinya, yaitu dengan menangani para manajer kunci dalam perusahaan. Alasan
utama untuk bertindak demikian ialah karena para manajer kunci yang baru masuk
ke perusahaan
secara psikologis tidak terikat pada strategi masa lalu itu dan oleh karenanya
tidak terlalu terpengaruh oleh “warisan” yang diperolehnya.
b.
Pengaruh
Ketergantungan Eksternal Perusahaan
Telah
umum diketahui bahwa setiap perusahaan berhadapan dengn berbagai pihak yang
berkepentingan, baik eksternal maupun
internal. Telah di maklumi pula bahwa pihak yang berkepentingan eksternal itu
terdiri antara lain: (a) Para
pemilik saham yang tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan sehari-hari, (b) Para pemasok yang dapat
berada pada posisi daya tawar
yang kuat apabila menguasai bahan mentah dan bahan baku yang diperlukan perusahaan
untuk diproses lebih lanjut menjadi produk tertentu terutama yang sifatnya
langka, (c) Para penyalur produk
perusahaan, yaitu para distributor dan agen, (d) Berbagai instansi
pemerintah, baik selaku mitra kerja perusahaan,, karena instansi tersebut
menjadi pengguna produk perusahaan maupun dalam kedudukannya sebagai pemegang
wewenang pengaturan dan penentu kebijaksanaan Negara, dan (e) Para konsumen yang
menjadi pemakai produk perusahaan yang bersangkutan.
Di samping berbagai pihak
yang berkepentingan eksternal tersebut, masih ada dua pihak lain di luar
perusahaan dengan siapa manajemen perusahaan harus berinteraksi yaitu para
pesaing yang menghasilkan produk yang sejenis atau substitusinya dan para
pimpinan serikat kerja.
Jelaslah bahwa makin besar ketergantungan suatu perusahaan kepada para
pihak yang berkepentingan eksternal, semakin terbatas
pula jumlah alternatif yang wajar untuk dipertimbangkan. Jelas pula bahwa
pembatasan jumlah alternatif yang layak dipertimbangkan berakibat pada makin sempitnya
“ruang gerak” manajemen dalan proses pengambilan keputusan dan menjatuhkan
plihan pada strategi yang akan digunakn dimasa depan.
c.
Sikap
Mengenai Pengambilan Resiko
Tidak
dapat disangkal bahwa ditinjau
dari kecenderungan para manajer bersikap terhadap pengambilan resiko, para
manejer dapat digolongkan pada duakategori, yaitu: mereka yang berani dan gemar
mengambil resiko dan yang mengelak pengambilan resiko. Implikasinya terhadap
pemilihan strategi pun jelas. Para manajer yang tidak takut atau bahkan senang
mengambil resiko akan lebih menyenangi pemilihan strategi yang bersifat ofensif
atau bahkan oportunistik dalam konotasinya yang positif dalam arti kuatnya
persepsi mereka tentang adanya berbagai peluang yang terkandung dalam setiap
resiko yang di ambil. Tentunya yang dimaksud disini ialah resiko yang sudah
diperhitungkan secara matang meskipun di akui bahwa perhitungan yang paling
matang sekalipun selalu mengandung unsur ketidakpastian.
Gambar 7.6 Perbandingan
Pilihan Stratejik Akibat
Mengelak Menggemari
Mengurangi
pilihan........................................ Merperluas pilihan
Strategi
defensif............................................
Strategi onfensif
Stabilitas.......................................................
Pertumbuhan
Inkremental...................................................
Inovatif
Minimalisasi
kelemahan perusahaan............
maksimalisasi kekuatan perusahaan
Keterikatan
kuat pada strategi masa lalu......
Keterikatan lemah pada strategi masa lalu
Lingkungan
yang stabil................................
Lingkungan yang dinamis
Produk
andalan............................................
Produk baru
Kemapanan
dipasaran..................................
Pasaran yg baru tumbuh dan berkembang
|
Tugas para manajer yang berada dalam
industri yang “goncang” dapat dikatakan lebih berat dibandingkan dengan manajer
lain yang bergerak dalam industri yang relatif stabil karena mereka harus
mempertimbangkan lebih banyak alternatif dalam proses pemilihan strategi.
Dikatan demikian kaena resiko yang dihadapi akan lebih besar apabila keputusan
stratejik yang dibuat tidak atau kurang tepat.
Tahap pengembangan produk dan pasar
adalah faktor lain yang berpengaruh terhadap sikap para manajer dalam mengambil
resiko. Artinya, jika suatu perusahaan atau satuan bisnis yang dipimpin baru
memulai proses menghasilkan suatu produk baru atau baru memutuskan akan
memasuki suatu pasar yang tadinya belum dimasuki, risiko yang dihadapi pun pada umumnya lebih
besar ketimbang risiko yang dihadapi oleh para manajer lainnya yang sudah “
lebih jauh” dalam
proses produksi dan penguasaan pasar.
d.
Percaturan
Kekuatan Dalam Organisasi
Tahap-tahap dan tindakan
penggunaan kekuatan dimaksud adalah sebagai berikut:
Pertama: tahap identifikasi
dan diagnosis berbagai isu yang sifatnya stratejik. Telah dimaklumi bahwa
ditinjau dari segi proses dan teknik pengambilan keputusan, identifikasi
berbagai masalah yang sifatnya stratejik bagi perusahaan perlu dilakukan dengan
tepat karena dengan identifikasi tersebut hakekat permasalahan yang dihadapi
diketahui dengan jelas, baik penyebabnya maupun dampaknya.
Kedua: bukan
merupakan hal yang baru bagi pengambil keputusan stratejik apabila dikatakan
bahwa langkah yang segera “mengikuti” tahap identifikasi dan diagnosa berbagai
isu stratejik ialah melakukan analisis sedemikian rupa sehingga jumlah
alternatif yang dipandang wajar untuk dianalisis lebih lanjut semakin sedikit.
Ketiga: langkah
berikut dalam pengambilan keputusan stratejik ialah meneliti setiap alternatif
untuk lebih mengenali berbagai kekuatan dan kelemahannya untuk pada akhirnya
memilih salah satu diantaranya yang diyakini merupakan pilihan terbaik.
Keempat: jika pilihan
telah di jatuhkan pada suatu alternatif tertentu, yang tentuna di anggap paling
tepat, langkah berikutnya adalah implementasi alternatif terpilih itu.
Kelima: telah umum di
maklumi dan pengalaman banyak orang menunjukkan tidak ada jaminan absolut bahwa
alternatif terpilih benar-benar merupakan pilihan yang terbaik karena mungkin
saja setelah alternatif itu dilakukan, hasilnya tidak sesuai dengan harapan aau
perkiraan sebelumnya.
e.
Peranan
Manajer Puncak
Dalam
setiap organisasi atau
perusahaan, manajer puncak selalu memiliki kekuasaan tertentu. Pemilikan
kekuasaan oleh manajer puncak itu lebih menonjol lagi apabila yangbersangkutan:
a)
Mengandalkan kekuasaan
formal yang dimiliki
b) Mampu
memainkan aneka ragam peranannya secara efektif
c) Menggunakan
gaya kepemimpinan situasional
d) Merupakan
pimpinan yang kharismatik
e) Mempunyai
visi yang jelas
f) Mampu
memotivasi seluruh bawahannya
f.
Pertimbangan
Tepat Waktu
Para praktisi dan pakar manajemen sama-sama menyepakati pendapat yang
menyatakan bahwa salah satu ciri kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh para manajer
ialah “memiliki naluti tepat waktu”. Artinya seorang
manajer yang efektif adalah seseorang yang mengetahui waktu yang tepat untuk bertindak atau untuk tidak bertindak.
Ada beberapa ramifikasi pertimbangan tepat waktu seperti yang telah pernah di
alami oleh banyak orang, misal:
a. Apabila
manajemen dihadapkan
kepada kendala keterbatasan waktu, kecendrungan bertindak ialah lebih
mempertimbangkan informasi negatif ketimbang yang positif dan dalam situasi demikian
lebih menyenangi strategi yang sifatnya defensif.
b. Suatu
strategi yang “jitu” tidak akan mendatangkan hasil yang diharapkan jika diambil
pada waktu yang tidak tepat.
c. Selalu
terdapat “tenggang waktu” antara
keputusan tentang pilihan strategi diambil dan cakrawala waktu yang menguasai
cara berpikir para menajer pengambil
keputusan strategik.
Yang
jelas ialah bahwa perumus strategi suatu perusahaan harus mampu memperhitungkan
akibat orientasi waktu yang dimiliki
terhadap teknik dan pendekatan yang digunakan dalam melakukan analisis berbagai
alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dan menjatuhkan pilihan atas satu
alternatif tertentu.
g.
Reaksi
Pesaing
Salah
satu faktor eksternal yang mau tidak mau harus diperhitungkan oleh para perumus
strategi suatu organisasi perusahaan adalah pesaingnya. Saat ini banyak sekali
perusahaan yang menggunakan pendekatan kontinjensi dalam menjatuhkan pilihannya
atas berbagai alternatif yang telah dipertimbangkan dalam konsep persaingan.
Pendekatan kontijensi pada dasarnya berarti para perumus strategi:
a. Mengidentifikasikan
berbagai asumsi yang sifatnya kritikal atas mana keberhasilan strategi terpilih
bergantung.
b. Mengidentifikasikan
berbagai kondisi , terutama yang negatif sifatnya yang berbeda dengan kondisi yang diperkirakan
timbul berdasarkan asumsi tertentu.
c. Mengenali
faktor-faktor kontijensi yang harus diperhitungkan seperti perubahan dalam
kehidupan ekonomi, terutama yang memburuk. Pemogokan besar-besaran oleh
pekerja, peningkatan suku bunga kredit, makin langkanya bahan baku atau bahan
mentah, terobosan di bidang teknologi, perubahan yang mendasar dalam pola
kebijaksanaan pemerintah.
Pengalaman banyak perusahaan menunjukkan bahwa pendekatan kontijensi memungkinkan manajemen mengidentifikasi faktor-faktor “pemicu” yang
harus mendapat perhatian serius dari manajemen. Yang dimaksud dengan
faktor-faktor “pemicu” ialah penyimpangan tertentu dari prakiraan yang telah
dilakukan mengenai kondisi industri dan lingkungan yang harus dihadapi. Dua
maksud pengenalan faktor-faktor pemicu tersebut ialah: (a) menyiagakan
manajemen tentang pentingnya perumusan strategi kontijensi dan (b) memberikan
waktu bagi manajemen untuk “bernafas” dan mengamati respon situasi kontijensi
tersebut dalam pelaksanaan strategi yang telah diputuskan untuk ditempuh
B A B III P E N U
T U P
3.1
Kesimpulan
Pembahasan
tentang analisis strategik dan pemilihan alternatif tertentu, yang menjadi
sorotan dalam makalah kami, dapat disimpulkan dengan mengetengahkan butir-butir
sebagai berikut:
a.
Bentuk dari analisis
strategik dan penentuan pilihan dari berbagai alternatif yang di teliti,
berbeda dari satu perusahaan dan perusahaan yang lain, tergantung pada tahap
perkembangan dalam mana perusahaan mereka.
b.
Fokus analisis ternyata
berbeda tergantung pada apakan analisis dilakukan untuk memilih strategi yang
akan diterapkan pada tingkat perusahaan atau pada tingkat satuan bisnis yang
terdapat dalam perusahaan yang bersangkutan.
c.
Untuk perusahaan besar
yang terdiri dari berbagai satuan bisnis
dan menghasilkan beraneka ragam produk, analisis strategik dimulai pada tingkat
perusahaan.
d.
Siapa pun menyadari
bahwa analisis strategik dan penentuan pilihan atas strategi tertentu tidak
berakhir dangan ditetapkannya strategi pada tingkat perusahaan.
e.
Analisis strategik
biasanya membatasi jumlah alternatif yang dipelajari dan dipertimbangkan.
f.
Banyak perumus strategi
yang menggunakan pendekatan kontinjensi dalam menentukan pilihan strategiknya
dengan sikap yang luwes dan kesediaan mengubah suatu strategi terpilih bila
dituntut oleh perubahan dalam asumsi yang digunakan sebagai dasar bertindak.
g.
Memilih strategi
tertentu yang akan digunaakan, baik pada tingkat perusahaan atau tingkat satuan
bisnis, tidak berarti berakhirnya proses manajemen strategik. Masih diperlukan
langkah lanjutan yaitu menentukan strategi yang akan diberlakukan pada berbagai
bidang fungsional yang penerapannya di maksudkan untuk menyelenggarakan dan
mengendalikan berbagai kegiatan bisnis yang konsisten dengan strategi bisnis
dan perusahaan yang telah ditetapkan.
B A B IV D A F T A
R P U S T A K A
1.
Siagian, Sondang P. 2005. Manajemen
Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara.
bagaimana cara download artikel ini
BalasHapusmau download artikelnya tapi tidak bisa. ada yang tau caranya??
BalasHapus