Senin, 15 Desember 2014

meramal valuta asing


BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang
Meramal valas merupakan strategi yang amat penting bagi suksesnya usaha bisnis internasional. Ketidaktepatan peramalan atau proyeksi valas dapat melenyapkan peluang merebut laba dari transaksi internasional. Dengan demikian, meramal valas merupakan kunci bagi pengambilan keputusan yang melibatkan transfer dana dari satu mata uang ke mata uang lain dalam suatu periode waktu tertentu.
Contoh, bila sebuah perusahaan melirik pasar internasional untuk meminjam maupun menginvestasikan dana yang dimiliki dalam valas, maka perusahaan tersebut mau tidak mau harus memproyeksikan perkembangan kurs dimasa mendatang agar dapat dikalkulasikan kemungkinan laba dan ruginya. Bila suatu perusahaan Indonesia meminjam dalam bentuk Yen Jepang, ia harus meramal kurs Rp/Yen dalam jangka panjang untuk menghitung seberapa besar kewajiban yang harus dibayarkan selama usia pinjaman dan cicilannya. Demikian juga bila perusahaan bermaksud melakukan hedging (indung nilai) guna mengantisipasi resiko akibat fluktuasi valas, meramal valas merupakan langkah yang amat penting. Hanya bila perusahaan dapat meramal pergerakan kurs valas, maka ia dapat memutuskan dengan tepat apakah perlu dilakukan lindung nilai dan menentukan apakah strategi maupun instrument lindung nilai yang dipilihnya adalah yang terbaik.
Bagi perusahaan Transnasional (TNC), peramalan valas merupakan langkah strategic yang harus dilakukan karena hampir semua operasi TNC dapat dipengaruhi oleh perusahaan kurs valas. Beberapa fungsi perusahaan TNC dimana peramalan valas dibutuhkan adalah:
1.      Keputusan melakukan lindung nilai
2.      Keputusan melakukan pembiayaan jangka pendek
3.      Keputusan investasi jangka pendek
4.      Keputusan pembelanjaan modal (capital budgeting)
5.      Keputusan dalam pembiayaan jangka panjang
6.      Menaksir penerimaan
Dalam peramalan perlu diperhitungkan juga factor non ekonomi yang ikut mempengaruhi pergerakan kurs valas, seperti anomali kalender maupun speculative bubles.
1.2  Rumusan Masalah

1. Masalah Dan Syarat Dalam Meramal Valas
2. Ramalan Berdasarkan Perilaku Pasar
3. Ramalan Berdasarkan Model
4. Anomali (Ketidaklaziman) Dalam Valas
5. Strategi Peramalan

1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui Masalah Dan Syarat Dalam Meramal Valas
2. Dapat Mengetahui Ramalan Berdasarkan Perilaku Pasar
3. Dapat Mengetahui Ramalan Berdasarkan Model
4. Dapat Mengetahui Anomali (Ketidaklaziman) Dalam Valas
5. Dapat Mengetahui Strategi Peramalan










BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Masalah Dan Syarat Dalam Meramal Valas
Pergerakan kurs valas tergantung dari interaksi berbagai factor secara simultan. Bagaimana factor ini mempengaruhi pergerakan valas relative sulit dikuantifikasi maupun diramal. Kurs valas dapat saja bereaksi amat tajam akibat suatu peristiwa yang tidak terduga sebelumnya sehingga menjungkir balikkan berbagai teori dan ramalan pada periode tersebut.
Para pelaku dan pemerhati pasar valas selalu menghadapi ketidakpastian perilaku valas. Kendati demikian, hal ini tidak mengurangi keantusiasan dan keinginan mereka untuk menggunakan berbagai teknik untuk meramal kemana kurs valas akan bergerak dimasa mendatang.
Ramalan valas akan mendatangkan keuntungan secara terus-menerus dan hanya bila peramal memenuhi setidaknya 4 syarat berikut (Shapiro,1992:h.170-1):
1.      Ia menggunakan model peramalan yang handal serta eksklusif
2.      Ia secara konsisten mendapatkan ases terhadap informasi sebelum investor lain
3.      Ramalannya hanya mempunyai penyimpanan yang rendah/temporer dari ekuilibrium
4.      Ia dapat meramal kapan dan bagaimana intervensi pemerintah dalam pasar valas

2.2         Ramalan Berdasarkan Perilaku Pasar
Di dalam bab syarat paritas internasional, menunjukan hubungan antara kurs valas dengan suku bunga. Studi empiris berdasarkan syarat paritas umumnya menunjukan bahwa pasar keuangan dinegara-negara maju secara efisien memperhitungkan harapan perubahan kurs dalam bentuk biaya memperoleh uang (cost of money) dan kurs forward. Dalam hal ini berarti ramalan valas dapat diperoleh dengan mengamati apa yang tercermin dalam suku bunga dan kurs forward valas.
1.        Kurs Forward
Ramalan Berdasarkan Perilaku Pasar Valas Dapat Diperolah dengan mengamati kurs forward saat ini. Kurs forward untuk suatu periode saat ini (f1) biasanya merupakan estimasi yang tidak bias bagi kurs spot di masa mendatang. Bila S1 merupakan harapan kurs spot di masa mendatang, maka seharusnya sama gengan S1.
2.        Suku Bunga
Meskipun kurs {forward mampu menyajikan cara yang mudah dalam meramal valas, horizon peramalannya relatif  terbatas hanya sampai dengan satu tahun. Ini terjadi Karena umumnya tidak ada kontrak forward yang jangka waktunya Iebih dari satu lahun. Sebagai altematifnya, perbedaan suku bunga dapat dipergunakan untuk rneramal kurs valas dalam periode di atas satu tahun. Misalnya, suku bunga Iima tahun atas dolarAS dan DM masing-masing adalah 12% dan 8%. Bila kurs spot saat ini untuk DM adalah 390,40 dan kurs DM (tidak diketahui) dalam 5 tahun adalah S5, maka bila $1.00 yang diinvestasikan hari ini dalam DM akan senilai dengan (1 ,08)5 x S5/0,4 dolar pada akhir tahun ke-5 namun bila diinvestasikan dalam sekuritas dolar, maka akan bemilai sebesar (1,12)5 dalam tempo 5 tahun. Ramalan pasar dari S5 dapat diperoleh dengan asumsi bahwa investor menginginkan persamaan antara hasil membeli sekuritas dolar dan DM, atau: (1 ,08)5 X S5/0,4 = (1 ,12)5 Dengan dermikian, kurs spot DM daiam 5 tahun mendalang secara implisit tercermin dalam suku bunga relativ, yailu: S5 I $04798 (o,4o X 1.125/1,085).
2.3 Ramalan Berdasarkan Model
Dalam ramalan berdasarkan model dikenal setidaknya dua cara meramal kurs valas, yaitu. Analisis fundamental dan analisis teknikal. Perbedaan mendasar antara dua analisis ini yaitu:




Aplikasi Fundamental dan Teknikaldalam Meramal Kurs Valas
Teknik peramalan
Pertimbangan menggunakan teknik ini
Penggunaan statistik dalam teknik ini
Fundamental              
Membandingkan faktor-faktor ekonomi, seperti inflasi suatu negara lebih tinggi dibandingkan negara lain, untuk meramalkan perubahan kurs valas di masa mendatang.
Menggunakan model statistik, seperti analisis regresi, untuk ; (1) menentukan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kurs valas; (2) menggunakan informasi ini untuk menyusun nilai sekarang dari faktor-faktor tersebut.
Teknikal                     

Mengamati suatu seri kurs valas untuk menentukan apakah terdapat beberapa pola nonacak, dan membuat proyeksi berdasarkan pola ini.                       
Menggunakan program komputer untuk mendeteksi pola nonacak, atau menghitung rata-rata bergerak, dan yang lain-lain.

a.      Analisis Fundamental
Ramalan fundamental adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk meramal valas di masa mendatang. Pada dasarnya ramalan fundamental mengamati berbagai variabel ekonomi makro dan kebijakan yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap prospek suatu valas. Tabal12.2 menunjukkan secara  garis besar variabel yang diamati meliputi faktor politik (kontrol terhadap arus modal dan spread kurs valas) dan ekonomi makro fundamental (inflasi, suku bunga, situasi neraca pembayaran, trend pertumbuhan pendapatan nasional, pengeluaran pemerintah, dan perubahan jumlah uang beredar). Interpretasi dari variabel-variabel ini dan implikasinya terhadap kurs valas masa mendatang tergantung dari bagaimana para analisis menyusun model penentu kurs valas.
Masalah mendasar dalam menggunakan analisis fundamental adalah masalah kesenjangan waktu antara periode kejadian-kejadian yang mempengaruhi valas, dan antara saat kejadian tersebut terjadi dengan dampaknya terhadap kurs valas. Masalah kesenjangan waktu ini sulit diukur. Apalagi data terbaru mengenai variabel-variabel ekonomi makro yang relevan agar dapat membuat estimasi kuantitatif yang tepat jarang tersedia dengan cepat. Barangkali kelemahan terbesar analisis fundamental adalah hanya memperhitungkan beberapa faktor yang mempengaruhi kurs valas. Tentunya ada faktor lain, baik faktor non-ekonomi dan faktor yang tak terduga, seperti sentimen pasar, ketakutan investor, hasrat berspekulasi, dan kejadian politik, yang menimbulkan pengaruh besar terhadap kurs valas, dan seringkali dalam jangka pendek mengabaikan pertimbangan faktor-faktor fundamental.

Pedoman Bagi Pengguna Analisis Fundamental
Variabel kunci            
            Penjelasan


Faktor-faktor politik yang mempengaruhi


Kontrol devisa           
Hambatan yang dilakukan pemerintah bagi pengguna valas dalam transaksi bisnis jelas merupakan kontrol terhadap kurs valas. Kendati pemerintah tidak bermaksud mengumumkan kontrol maupun pembebasan devisa, tanda-tanda seperti spreads dalam kurs pasar gelap sering dapat digunakan sebagai petunjuk.

Perbedaan kurs(exchange rate speads)          
Mata uang yang tidak diperdagangkan secara bebas (akibat restriksi pemerintah) akan dijual secara”tidak resmi” baik melalui pasar gelap maupun luar pasar gelap. Bila terdapat kenaikan perbedaan (spreads) antara kurs resmi dan kurs pasar gelap, ini menunjukkan adanya tekanan potensial menuju devaluasi atau depresiasi.
Ekonomi makro fundamental


Neraca pembayaran    
Neraca pembayaran merupakan dampak penawaran dan permintaan akan valas.
Cadangan devisa        
Suatu pemerintah yang melakukan intervensi ke pasar valas akan menggunakan cadangan devisanya untuk mendorong nilai mata uang domestiknya ke atas maupun ke bawah.

Pertumbuhan GNP atau GDP
           
            Pertumbuhan ekonomi merupakan kekuatan tunggal terbesar yang mempengaruhi impor dan ekpor.

Pengeluaran pemerintah         
Karena hampir semua negara memiliki sektor pemerintah yang besar, kenaikan yang peasat dalam pengeluaran pemerintah, terutama bila dibiayai dengan anggaran defisit, mengakibatkan naiknya tekanan inflasioner terhadap perekonomian. Inflasi cenderung mengakibatkan depresiasi.
Inflasi relatif  
            Suatu negara yang mengalami inflasi relatif lebih tinggi akan mendorong depresiasi bagi mata uangnya.

Pertumbuhan jumlah uang beredar    

Salah satu sumber utama inflasi adalah pertumbuhan jumlah uang beredar yang pesat. Banyak negara memilih memerangi resesi dengan meningkatkan pertumbuhan jumlah uang beredar agar suku bunga domestik menurun. Langkah ini mengakibatkan naiknya laju inflasi domestik, dan pada gilirannya terjadilah depresiasi mata uang domestik.

           
Memperhitungkan dua faktor fundamental yang mempengaruhi poundsterling, yaitu:
1.      Laju inflasi di AS relatif terhadap inflasi di Inggris
2.      Pertumbuhan pendapatan nasional di AS relatif terhadap pertumbuhan pendapatan nasional di Inggris.
Langkah pertama untuk menentukan bagaimana variabel di atas mempengaruhi persentase perubahan kurs pound berdasarkan atas data historis. Dalam tahap ini biasanya digunakan analisis regresi. Pertama, data inflasi dan suku bunga secara kuartalan dapat dikompilasi baik untuk Inggris maupun AS. Sumber data misalmya dapat diperoleh dari International Financial Statistics  terbitan International Monetary Fund. Variabel terikat (dependent variable) adalah persentase perubahan poundsterling/$ (untuk selanjutnya disebut BP). Variabel bebas (independent variables) dapat disusun sebagai berikut:
1.      Persentase perubahan perbedaan inflasi (selisih antara inflasi AS dengan inflasi Inggris) secara kuartalan disebut INF.
2.      Persentase perubahan perbedaan pertumbuhan pendapatan nasional (selisih pertumbuhan ekonomi AS dengan Inggris) secara kuartalan disebut INC.
BP =bo + b1 INF + b2 INC + µ
 
Persamaan regresi dapat didefinisikan sebagai:

Dimana : bo adalah konstanta,
b1 mengukur sensitivitas BP terhadap perubahan INF,
b2 mengukur sensitivitas BP terhadap perubahan INC, dan
µ menunjukkan variabel gangguan (untuk mengakomodasi variabel bebas selain INF dan INC).
Koefisien regresi b1 diharapkan secara teoritis menghasilkan tanda positif. Artinya, bila INF berubah maka BP juga berubah dengan arah yang sama, cateris paribus. Dengan kata lain, bila inflasi di AS meningkat relatif terhadap inflasi di Inggris, maka hal ini akan mendongkrak nilai poundsterling. Namun bila hasil estimasi tandanya negatif berarti BP dan INF bergerak dalam arah yang berlawanan.
Koefisien regresi b2 (yang mengukur dampak INC terhadap BP) diharapkan bertanda positif, karena bila pertumbuhan ekonomi AS melebihi pertumbuhan ekonomi Inggris maka nilai poundsterling akan cenderung meningkat.
Misalkan dari hasil estimasi komputer diperoleh hasil sebagai berikut: bo = 0,002, b1 = 0.8, b2 = 1,0. Hasil ini dapat ditafsirkan sebagai berikut. Untuk 1 unit persentase perubahan perbedaan inflasi, poundsterling diharapkan berubah sebesar 0,8% dengan arah yang sama, cateris paribus. Untuk 1 unit persentase perubahan perbedaan pendapatan, poundsterling diharapkan berubah sebesar 1% dengan arah yang sama, cateris paribus. Untuk menyusun ramalan, diasumsikan persentase perubahan INF dan INC dalam kuartal ini masing-masing adalah 4% dan 2%, maka ramalan untuk BP adalah:
BP = bo + b1 INF + b2 INC
      = 0,002 + 0.8 (4%) + 1(2%)
      = 5,4%
Jadi, berdasarkan data inflasi dan laju pertumbuhan saat ini, poundsterling akan mengalami apresiasi sebesar 5,4% dalam kuartal mendatang.
b.      Analisis Teknikal
Analisis teknikal mengandalkan data kurs valas di masa lalu dalam menyusun model kuantitatif dan grafik yang digunakan untuk meramal kurs valas di masa mendatang. Dengan demikian, berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal mengabaikan faktor-faktor ekonomi dan politik dalam meramal kurs valas. Sukses meramal dengan cara ini tergantung apakah para analisis teknikal dapat menemukan pola harga yang berulang, dan karena itu bermanfaat bagi peramalan. Bila pola pergerakan kurs valas dari waktu ke waktu bersifat random, maka peramalan teknikal tidak tepat untuk dipergunakan. Boleh dikata analisis teknikal lebih mengandalkan pendapat dan persepsi pribadi daripada analisis ekonomi yang kuat.
Beberapa studi menunjukkan bahwa model teknikal terbukti bukan merupakan alat peramal yang akurat bagi pergerakan kurs yang akan datang. Namun karena banyak pelaku pasar menggunakan analisis ini, uniknya justru analisis teknikal juga berpengaruh terhadap pergerakan kurs. Karena banyak pelaku pasar menggunakan model teknikal yang serupa maka mereka juga bertindak dengan cara yang sama, sehingga kurs valas akhirnya bergerak sesuai dengan arah yang ditunjukkan dalam model mereka. Ada semacam konsensus tidak tertulis di kalangan para pengguna analisis teknikal bahwa: “Nilai valas akan cenderung menurun setelah terjadi kenaikan secara rata-rata bergerak dalam tiga periode berturut-turut”.
Umumnya model-model teknikal memfokuskan para periode yang relatif pendek. Selain itu, model ini disukai dan didukung oleh para pelaku pasar yang berkepentingan dalam perdagangan valas jangka pendek serta spekulasi di pasar valas. Dari sudut pandang perusahaan, penggunaan analisis teknikal amat terbatas karena memfokuskan pada periode yang relatif pendek sehingga kurang bermanfaat bagi formulasi kebijakan perusahaan.
Dengan demikian, semakin lama horizon waktu peramalan, semakin kurang akurat peramalan dengan analisis teknikal. Satu elemen mendasar dari analisis teknikal adalah bahwa kurs valas di masa mendatang didasarkan atas kurs valas saat ini. Pergerakan kurs valas, sama seperti pergerakan harga saham, dapat dibagi dalam tiga periode; (1) pergerakan dari hari ke hari (day-to-day movements) yang nampaknya random; (2) pergerakan jangka pendek yang berkisar dari beberapa hari hingga trend yang berlangsung selama beberapa bulan; (3) pergerakan jangka panjang yang ditandai oleh trend naik-turun dalam jangka panjang. Dewasa ini analisis teknikal jangka panjang menjadi popular gara-gara penelitian Engel dan Hamilton (1990) menunjukkan adanya “gelombang” (waves) pergerakan valas jangka panjang dalam sistem devisa mengambang.
2.4 Anomali (Ketidaklaziman) Dalam Valas
Selain mengikuti suatu irama seperti yang diproyeksikan oleh analisis teknikal, perilaku valas seringkali bergerak tidak lazim. Inilah yang disebut anomalies (ketidaklaziman) karena tidak konsisten dengan hipotesis pasar yang efisien. Contoh anomali sering dikemukakan adalah January effect dan speculative bubles.
January effect dapat dilihat pada kasus dolar AS. Bila kita amati perilaku dolar AS selama dasawarsa 1980-an ternyata dolar mengalami apresiasi terhadap sekeranjang valas setiap bulan Januari, kecuali tahun 1986 dan 1987 (Tucker, et al., 1991: h.52-53). Lebih menarik lagi, kinerja dolar pada bulan Januari dapat digunakan untuk meramal kinerja dolar dalam tahun tersebut selama 1980-1989, kecuali tahun 1985. Artinya bila dolar menguat (melemah) pada bulan Januari maka bulan-bulan selanjutnya pada tahun tersebut juga cenderung menguat (melemah). Fenomena ini mungkin disebabkan karena banyak perusahaan yang membuat rencana valas pada bulan Januari dan langsung mengimplementasikannya pada tahun itu. Bila diharapkan dolar menguat tahun itu, maka mereka akan ramai-ramai menjual dolarnya, dengan demikian, harapan cenderung akan menghasilkan apresiasi atau depresiasi, dan menjadi ramalan yang berlangsung dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy).
Speculative bubles (gelembung spekulasi) adalah fenomena menyimpangnya nilai actual suatu mata uang dari nilai fundamentalnya. Ini terjadi karena pelaku ekonomi membentuk harapan valasnya berdasarkan suatu perilaku ekstrapolatif tertentu. Dengan demikian, perubahan dalam fariabel financial atau iklim investasi yang menguntungkan akan cenderung menimbulkan apresiasi valas, yang pada gilirannya menciptakan harapan akan apresiasi lebih lanjut. Proses semacam gelembung ini berlangsung terus sepanjang pasar percaya bahwa kurs valas akan bergerak terus pada arah yang sama. Karena kurs actual bergerak semakiin menjauh dari harga fundamentalnya, keuntungan yang diperoleh akan cukup besar untuk mengkompensasi risiko pecahnya gelombang kurs.
Gelembung spekulasi terbukti didukung dengan fakta empiris. Gelembung spekulasi ditemukan dalam kasus kurs DM/dolar AS dan franc perancis/dalar AS selama periode jhuni hingga oktober 1978. Woo (1987) menunjukkan bahwa DM dinilai terlalu tinggi terhadap nilai fundamentalnya sebesar 12%, demikian juga franc prancis dinilai terlalu tingggi sebesar 11%. Gelembung spekulasif juga ditemukan di AS ketika dolar mengalami apresiasi secara substansial selama periode 1980 hingga 1985.

2.5 Strategi Peramalan
Dalam praktik tidak ada satu teknik peramalan yang benar-benar akurat dalam meramalkan pergerakan kurs valas dimasa mendatang. Bisa dipahami apabila banyak perusahaan dan pelaku pasar menggunakan kombinasi berbagai teknik dan pengalaman mereka dalam meramal kurs valas. Cara semacam ini disebut teknik peramalan campuran (mixed forecasting). Tiap teknik peramalan bagi suatu valas diberi bobot dengan nilai total bobot 100; teknik yang dipandang lebih dapat diandalkan diberi bobot yang lebih tinggi, peramalan actual suatu valas oleh perusahaan merupakan rata-rata tertimbang dari berbagai teknik peramalan yang digunakan.
Table 12.3 menerangkan berbagai periode peramalan, system devisa, dan metode peramalan yang direkomendasi. Peramalan jangka pendek umumnya didorong oleh keinginan melakukan hedging terhadap piutang, utang, atau deviden untuk periode yang berkisar antara satu minggu hingga satu tahun. Untuk peramalan semacam ini dibutuhkan keakuratan, kecepatan dan dengan biaya serendah mungkin.
Peramalan valas dalam jangka panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk analisis runtut waktu dengan computer ()disebut ARIMA = autoregressive integrated moving average), ataupun analisis ekonometri dengan regresi berganda dan analisis fundamental.

Peramalan valas dalam praktik
Periode peramalan
System devisa
Metode peramalan yang direkomendasikan

Jangka pendek
Tetap
1.      Asumsikan kurs tetap dipertahanka.
2.      Adakah indikasi tekanan terhadap kurs tetap?
3.      Control modal; terdapat kurs gelap.
4.      Adakah indicator kemampuan pemerintah mempertahankan kurs tetap?
5.      Perubahan dalam cadangan devisa pemerintah.

Mengambang
1.      Metode teknikal untuk menangkap trend.
2.      Kurs forward sebagai ramalan: (a) < 30 hari diasumsikan terjadi random walk: (b) 30-90 hari: kurs forward: (c) 90-360 hari: kombinasi trend dengan analisis fundamental
3.      Analisis fundamental tentang inflasi menjadi perhatian.
4.      Pernyataan dan persetujuan pemerintah mengenai tujuan kurs.
5.      Persetujuan kerja sama dengan Negara lain.

Jangka panjang
Tetap
1.      Analisis fundamental.
2.      Menejemen neraca pembayaran.
3.      Kemampuan mengontrol inflasi domestic.
4.      Kemampuan menggerakkan cadangan devisa untuk investasi.
5.      Kemampuan untuk melakukan surplus perdagangan.
Mengambang
1.      Memfokuskan pada gejala inflasioner fundamental dan PPP.
2.      Indicator kesehatan ekonomi secara umum seperti pertumbuhan ekonomi dan stabilitas.
3.      Analisis teknikal untuk trend jangka panjang: penelitian terbaru menunjukkan kemungkinan teknikal jangka panjang.













BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Pergerakan kurs valas tergantung dari interaksi berbagai factor secara simultan. Bagaimana factor ini mempengaruhi pergerakan valas relative sulit dikuantifikasi maupun diramal. Kurs valas dapat saja bereaksi amat tajam akibat suatu peristiwa yang tidak terduga sebelumnya sehingga menjungkir balikkan berbagai teori dan ramalan pada periode tersebut.
Para pelaku dan pemerhati pasar valas selalu menghadapi ketidakpastian perilaku valas. Kendati demikian, hal ini tidak mengurangi keantusiasan dan keinginan mereka untuk menggunakan berbagai teknik untuk meramal kemana kurs valas akan bergerak dimasa mendatang.
Dalam praktik tidak ada satu teknik peramalan yang benar-benar akurat dalam meramalkan pergerakan kurs valas dimasa mendatang. Bisa dipahami apabila banyak perusahaan dan pelaku pasar menggunakan kombinasi berbagai teknik dan pengalaman mereka dalam meramal kurs valas. Cara semacam ini disebut teknik peramalan campuran (mixed forecasting). Tiap teknik peramalan bagi suatu valas diberi bobot dengan nilai total bobot 100; teknik yang dipandang lebih dapat diandalkan diberi bobot yang lebih tinggi, peramalan actual suatu valas oleh perusahaan merupakan rata-rata tertimbang dari berbagai teknik peramalan yang digunakan.
Table 12.3 menerangkan berbagai periode peramalan, system devisa, dan metode peramalan yang direkomendasi. Peramalan jangka pendek umumnya didorong oleh keinginan melakukan hedging terhadap piutang, utang, atau deviden untuk periode yang berkisar antara satu minggu hingga satu tahun. Untuk peramalan semacam ini dibutuhkan keakuratan, kecepatan dan dengan biaya serendah mungkin.
Peramalan valas dalam jangka panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk analisis runtut waktu dengan computer ()disebut ARIMA = autoregressive integrated moving average), ataupun analisis ekonometri dengan regresi berganda dan analisis fundamental.
3.2 Saran
            Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang berkaitan dengan Pasar Valas agar lebih memahami beberapa hal tersebut. Penulis berharap dari penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan, terimakasih.


1 komentar:

  1. Sumber : Manajemen Keuangan Internasional oleh mudjarad kuncoro

    BalasHapus

INFLASI: KURVA PHILLIPS

MODEL DINAMIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN AGREGRATE Seperti namanya, model baru ini menekankan sifat dinamis dari fluktuasi ekonomi sebagai &qu...