Pencarian
Cahaya di Langit Eropa
Judul : 99 cahaya di langit Eropa
Penulis : Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra
Kategori :
Novel Islami
Nama Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 412 halaman
Novel
ini merupakan catatan perjalanan penulis dalam menggambarkan bahwa dulu Eropa
merupakan sebuah peninggalan sejarah kejayaan Islam sekitar abad 8 dan menjadi
sumber cahaya terang benderang ketika Eropa pernah mengalami masa Kegelapan
serta membuktikan bahwa Islam merupakan peradaban paling maju di dunia. Islam mempunyai
cara sendiri dalam menyebarkan toleransi antar umat beragama yaitu ketika
dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror dan
kekerasan. Dibalik kemegahan dan keindahan Eropa yang setiap manusia di dunia
ingin melihat langsung, penulis menemukan banyak hal yang tidak terduga dan
membuatnya semakin mendalami bagaimana cahaya Islam dulu pernah berjaya di Benua
Eropa ini.
Eropa
tidak hanya sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola
San Siro, Colosseum Roma, atau gondola-gondola di Venezia. Sesungguhnya lebih
dari itu sehingga banyak hal yang harus diresapi untuk menemukan benang merah
antara Islam dan Eropa. Karena sesungguhnya Eropa menyimpan sejuta misteri yang
tidak bisa dipikir dengan akal, bagaimana bisa sejarah Islam bisa melekat di
benua ini. Di saat Islam di Eropa yang merupakan minoritas dan berjuang untuk
bangkit kembali mencari kebenaran yang hakiki, penulis mencoba menguak kembali
perjalanan Islam tersebut dengan menjelajahinya.
Buku
ini juga merupakan catatan perjuangan seorang
muslim atau muslimah yang menemukan banyak halangan, hambatan dan cara
menyikapinya bukan menjadi seorang yang kalah tetapi menjadi seorang muslim
sejati. Islam di Eropa juga mengalami pasang surut dengan berbagai prasangka
dan dinamika masing-masing para penduduknya sendiri, karena penulis juga
merasakan ada beberapa pihak yang memanfaatkan itu untuk menghancurkan keduanya
sehingga hubungan Islam di Eropa pun semakin memburuk.
Buku
99 Cahaya di Langit Eropa : Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa bermula
ketika penulis bertemu dengan seorang muslim dari Turki bernama Fatma di Wina,
“kota terakhir tempat ekspansi Islam berhenti.” Kota ini merupakan salah satu
saksi bisu bagaimana Islam mencoba menguasai Wina dengan pedang dan meriam
bukan dengan dakwah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Karena kesalahan kakek
moyangnya Fatma, Kara Mustafa Pasha yang menyebarkan kebencian di tanah
Austria, Fatma ingin mengubah paradigma yang menyebut Islam adalah pembunuh dan
penjahat. Kini, Fatma mencobanya dengan cara yang lebih elegan, yaitu dengan
menebar senyum dan kerendahan hatinya.
Sehingga
penulis dan Fatma pun merencanakan untuk menyusuri jejak-jejak kebesaran Islam
yang tertinggal di Eropa dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti,
Granada, Cordova, Vienna, Paris, dan Turkiye. Namun kemudian, Fatma menghilang
secara tiba-tiba sehingga rencana itu pun sulit diwujudkan. Sehingga penulis
mencoba melalukan perjalanan pertamanya dengan menyusuri Kota Paris, ibukota peradaban
di Eropa dengan suaminya yang menjadi teman setia dalam perjalanannya, Rangga
Almahendra.
Di
Paris, penulis bertemu dengan seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja
sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Penjelasan Marion pun telah
membawa penulis untuk membuka hatinya untuk lebih jatuh cinta lagi kepada
agamanya, karena Paris juga menyimpan harta karun yang tersembunyi bagi sejarah
Islam. Terdapat beberapa bangunan yang jika ditarik garis lurus akan mengarah
ke Mekkah, ini sudah menunjukkan bagaimana Islam dulu berperan baik disengaja
ataupun tidak disengaja di Eropa. Dan perjalanan Hanum Salsabiela Rais tidak
berhenti di Paris, penulis melanjutkan perjalanannya ke Cordoba “The True City
of Lights”, Granada dan Istanbul untuk mencari cahaya yang bersinar di
sebagaian belahan Benua Eropa.
Cerita
yang disampaikan oleh penulis sangat santai, lugas dan sederhana sehingga
seakan-akan pembaca berada disana dengan merasakan hal-hal yang riil terjadi di
Eropa baik sebelum Islam Berjaya maupun telah pudar seiring berlalunya waktu.
Novel ini bukan hanya sebagai buku-buku seperti traveler saja tetapi merupakan
perjalanan spiritual hidup yang dialami oleh penulis. Dengan membaca novel ini
pembaca dapat mengetahui perkembangan Islam di Eropa dan menjadi tempat
berkunjung yang tepat selain keindahan dan kemegahan gedung-gedung yang indah
dan bersejarah tetapi wajib menyelami juga dibalik kota-kota indah tersebut.
“Belajar
dari keberhasilan sekaligus kegagalan agar manusia memiliki dua sayap
pengalaman yang lengkap, untuk membuatnya terbang tinggi di kemudian hari. Aku
percaya, suatu hari cahaya Islam akan kembali bersinar di muka bumi ini.”
Kata-kata penulis ini yang membuat saya juga berharap bahwa perjalanan Islam
sebagai agen muslim yang sejati tidak hanya berhenti karena pengetahuan yang
berlari meninggalkan agama, karena suatu hari mereka akan berjalan bersama dan
membawa harapan baru di semua benua serta menyebarkan cahayanya yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar