Kamis, 02 Juli 2015

teknik manajemen



B A B I  P E N D A H U L U A N

1.1    Latar Belakang
Pak Joko baru saja membeli mobil BMW baru seri 7 yang berharga Rp 1,5 miliar. Dia sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada mobil barunya, seperti kecelakaan yang membutuhkan biaya yang tinggi untuk perawatannya, atau dicuri yang membuat mengalami kerugian besar. Kemungkinan yang seperti itu kelihatannya tidak terlalu besar, karena dia sudah berhati-hati. Tetapi jika terjadi, kerugian yang ditanggung sangat besar. Pak Joko memutuskan untuk membeli asuransi yang mencakup pencurian dan kecelakaan.
PT Kelana merupakan perusahaan taksi dengan armada taksi sekitar 200 mobil. Sebagai bagian operasi taksi, PT Kelana menghadapi risiko yang seperti kecelakaan mobil, tabrakan kecil, pencurian bagian mobil (misal spion). PT Kelana memutuskan untuk menahan atau menanggung risiko tersebut (risk rention). PT Kelana memutuskan untuk tidak membeli asuransi umtuk meng-cover risiko tersebut. Sebagai gantinya, PT Kelana mencadangkan dana sebesar tertentu secara periodik (1% dari total penjualan tahunan) yang bisa dipakai untuk mendanai kerugian jika risiko tersebut muncul (misal memperbaiki mobil yang rusak karena kecelakaan). PT Kelana juga membuat aturan dan prosedur yang ketat untuk menekan kemungkinan munculnya risiko tersebut, misal melalui training terhadap pengemudi taksi (memarkir ditempat yang aman, tidak boleh ngebut).
Jika suatu organisasi menghadapi risiko, alternatif apa saja yang bisa digunakan oleh organisasi? Bab ini membicarakan beberapa alternatif untuk mengelola risiko. Ilustrasi diatas menunjukkan beberapa alternatif pengelolaan risiko yang bisa diambil. Pak Joko mmemutuskan untuk membeli asuransi (mentransfer risiko ke pihak lain). Sementara PT Kelana memutuskan untuk menanggung sendiri (menahan, atau  risk retention) risiko yang dihadapinya. PT Kelana juga melakukan  pengendalian  risiko (risk control) melalui program pelatihan terhadap pengemudinya untuk mengurangi kemungkinana risiko tersebut.
Beberapa alternatif bisa dipilih untuk mengelola risiko yang dihadapi, yaitu:
1.   Penghindaran Risiko (Risk Avoidance)
2.   Pengendalian Risiko (Risk Control)
3.   Penanggungan atau Penahanan Risiko (Risk Retention)
4.   Pengalihan Risiko (Risk Transfer)

Organisasi bisa memilih salah satu alternaatif tersebut atau menggabungkan beberapa alternatif di atas. Jika memilih menggunakan beberapa alternatif, maka organisasi harus menentukan kombinasi alternatif pengelolaan risiko yang optimal.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Penghindaran Risiko?
2.      Apa yang dimaksud Risk Retention?
3.      Apa yang dimaksud dengan Risk Transfer?
4.      Bagaimana Keputusan Memilih Alternatif Manajemen Risiko?
5.      Bagaimana dengan Pengendalian Risiko?

1.3    Tujuan Masalah
1.      Bagaimana Penghindaran Risiko?
2.      Apa yang dimaksud Risk Retention?
3.      Apa yang dimaksud dengan Risk Transfer?
4.      Bagaimana Keputusan Memilih Alternatif Manajemen Risiko?
5.      Bagaimana dengan Pengendalian Risiko?











B A B II  P E M B A H A S A N

2.1    PENGHINDARAN RISIKO  
Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa dihilangkan tanpa ada pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Misalkan saja perusahaan mempunyai dua pilihan untuk gudangnya, satu didaerah rawan banjir, yang lainnya di daerah rawan banjir. Jika segala sesuatunya sama (misal harga sewanya sama), perusahaan seharusnya memilih gudang yang di daerah aman banjir. Dalam kebanyakan situasi, risiko tidak bisa dihindari. Perusahaaan secara sengaja melakukan aktivitas bisnis tertentu untuk memperoleh keuntungan. Dalam melakukan aktivitas bisnis tersebut, perusahaan menghadapi risiko yang berkaitan dengan aktivitas tersebut. Karena itu risiko semacam itu tidak bisa dihindari.

2.2    RISK RETENTION
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah perusahaan menanggung sendiri risiko yang muncul (menahan risiko atau risk retention). Jika risiko benar-benar terjadi, perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk menanggung risiko tersebut. Contoh taksi PT Kelana pada awal bab ini menunjukkan bahwa PT Kelana memilih untuk menahan risiko operasi kendaraannya. Dalam contoh tersebut PT Kelana secara sadar merencanakan untuk menahan risiko tersebut.
2.2.1  Penahanan Yang Direncanakan Dan Yang Tidak Direncanakan
Penahanan risiko bisa terjadi secara terencana dan tidak terencana. Jika suatu perusahaan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian memutuskan untuk menahan sebagian atau seluruh risiko, maka perusahaan tersebut menahan risiko dengan terencana. Pada situasi lain, perusahaan tidak sadar akan adanya risiko yang dihadapinya. Perusahaan tidak melakukan apa-apa. Dalam situasi tersebut perusahaan menahan risiko dengan tidak terencana. Sebagai contoh, suatu perusahaan membuat produk tertentu. Tapi perusahaan tersebut tidak menyadari bahwa produk tersebut bisa memunculkan risiko gugatan oleh konsumen terhadap perusahaan. Perusahaan secara tidak terencana menahan risiko gugatan tersebut.
2.2.2  Pendanaan Risiko Yang Ditahan
Risiko yang ditahan bisa didanai dan bisa juga tidak didanai. Jika perusahaan tidak menetapkan pendanaan yang khusus ditujukan untuk mendanai risiko tertentu, jika risiko tersebut muncul, maka risiko tersebut tidak didanai. Dalam beberapa situasi, alternatif tersebut merupakan pilihan yang masuk akal. Sebagai contoh, supermarket tidak mendanai risiko pencurian oleh pembeli supermarket. Supermarket tersebut beranggapan bahwa pencurian oleh pembeli merupakan bagian dari bisnis supermarket sehingga tidak perlu dibuat pendanaan yang khusus. Pencurian tersebut bisa dimasukkan kedalam biaya operasional. Tetapi jika kerugian yang timbul akibat risiko tersebut sangat besar, maka perusahaan bisa mengalami kesulitan jika harus membiayai kerugian tersebut.
Dalam situasi tersebut, perusahaan bisa mendanai risiko tersebut. Pendanaan bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti menyisihkan dana cadangan, self-insurance, dan captive insurers.
A.    Dana Cadangan
Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang ditujukan untuk membiayai kerugian akibat dari risiko tertentu. Dalam contoh dibagian awal, PT Kelana menyisihkan dana sebesar 1% dari pendapatan untuk membiayai kerugian kecelakaan mobil taksinya. Yang perlu diperhatikan adalah persoalan akuntansinya, yaitu memungkinkan atau tidak, jika memungkinkan bagaimana atuaran dan nama rekening untuk dana cadangan kerugian semacam itu. Perusahaan bisa juga menyiapkan dana cadangan dalam bentuk memegang aset yang likuid (misal kas) yang disiapkan untuk membiayai kerugian jika risiko terjadi. Perusahaan juga bisa membangun akses ke pasar keuangan yang baik sehingga jika terjadi kerugian, perusahaan bisa memperoleh dana dari pasar keuangan, meskipun biasanya bank tidak memberikan pinjaman untuk kerugian akibat terjadinya risiko (misal akibat kebakaran).
B.     Self-Insurance dan Captive Insurers
Pengelolaan dana bisa ditingkatkan lagi menjadi semacam asuransi untuk internal perusahaan sendiri (self-insurance). Meskipun ada keberatan karena istilah self-insurance disini tidak mengindikasikan adanya transfer risiko ke pihak luar. Risiko masih berada di perusahaan. Dengan self-insurance perhitungan dilakukan lebih teliti untuk menentukan berapa besarnya premi yang harus disisihkan, berapa besarnya tanggungan yang bisa diberikan. Kerugian yang terjadi lebih besar dari tanggungan maksimum, bisa dialihkan ke pihak luar (misal diasuransikan). Self-insurance bisa dilakukan jika (1) eksposur di perusahaan cukup besar, sehingga skala ekonomisnya bisa dicapai, (2) Risiko bisa diprediksi dengan baik.
Captive insurers dilakukan dengan mendirikan anak perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Risiko dalam perusahaan bisa diasuransikan ke captive insurers tersebut. Captive insurers tersebut juga bisa menjual asuransi ke pihak eksternal (perusahaan lain). Timbul pertanyaan apakah manfaat captive insurers semacam itu, karena risiko tidak ditransfer ke pihak luar? Risiko masih ditanggung sendiri oleh perusahaannya. Ada beberapa alasan kenapa captive insures menjadi menarik, diantaranya: (1) dibeberapa negara, perlakuan pajak sedemikian rupa sehingga menguntungkan untuk membuat captive insurers (pajak bisa dibayarkan lebih kecil), (2) kontrak asuransi menjadi lebih fleksibel karena praktis berurusan dengan pihak internal. Kadang-kadang manajer captive insurers sekaligus menjadi manajer perusahaan. Dalam hal ini, asimetri informasi dan problem keagenan yang terjadi antara pihak internal dengan eksternal bisa dihilangkan. Sebagai contoh, karena manajer risiko sekaligus menjadi manajer captive insurers, maka premi yang dibayarkan tidak akan lebih mahal dibandingkan kalau membeli asuransi dari pihak luar.

2.3    RISK TRANSFER
Alternatif  lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak lain (mentransfer risiko kepihak lain). Pihak lain tersebut biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, atau mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen risiko lebih baik.
Risk transfer bisa dilakukan melalui beberapa cara:
1)      Asuransi
2)      Hedging
3)      Incorporated (membentuk perseroan terbatas)
4)      Teknik lainnya
1.      Asuransi
Asuransi merupakan metode transfer risiko yang paling umum, khususnya untuk risiko murni (pure risk). Asuransi adalah kontrak perjanjian antara yang diansuransikan (insured) dan perusahaan asuransi (insurers), di mana insurers bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi asuransi sebagai balasannya.
Empat dalam hal diperlukan dalam asuransi: (1) perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) Tanggungan (benefit) yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4) penggabungan (pool) sumber daya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk membayar tanggungan.
Bisnis asuransi didasarkan pada prinsip pengumpulan (pool) sumber daya, bukannya mengumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima oleh perusahaan asuransi, perusahaan bisa mengumpulkan sumber daya, sehingga bisa memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi kewajibannya. Penggabungan risiko untuk memperkecil probabilitas ketidakmampuan membayar kewajiban mensyaratkan hubungan yang rendah (atau negatif) sehingga risiko tersebut akan saling menghilangkan. Penggabungan risiko semacam itu merupakan prinsip diversifikasi, bukannya asuransi. Risiko yang bisa ditanggung oleh asuransi cukup beragam. Berikut ini beberapa contoh risiko-risiko tersebut: (1) Risiko kecelakaan kerja, (2) Risiko kematian, (3) Risiko tabungan tidak terbayar oleh bank (asuransi deposito), (4) Risiko kebakaran atau kerusakan property
2.      Hedging
Hedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrumen keuangan. Sebagai contoh, perusahaan Indonesia mempunyai kewajiban untuk membayar cicilan hutang dalam dolar AS tiga bulan mendatang. Perusahaan tersebut menghadapi risiko turunnya nilai rupiah terhadap dolar AS, atau naiknya nilai dolar AS terhadap rupiah. Jika hal tersebut terjadi, maka perusahaan tersebut harus menyediakan rupiah yang lebih banyak, dan bisa menyebabkan perusahaan tersebut mengalami kesulitan keungan (ingat kasus perusahaan Indonesia yang mempunyai hutang dalam dolar, kemungkinan bangkrut ketika rupiah jatuh nilainya terhadap dolar pada saat krisis ekonomi turun tahun 1997).
Untuk menghindari risiko turunnya nilai rupiah terhadap dolar, perusahaan tersebut bisa melakukan hedging dengan beberapa cara, misalnya membeli kontrak forward $ atau future $ dengan posisi long. Forward $ atau futures dolar merupakan instrumen keuangan yang dinamakan instrumen derivatif. Struktur pay-off dari instrumen derivatif beli dolar forward $ atau futures $ long  adalah sedemikian rupa jika rupiah melemah terhadap dolar maka pemilik kontrak tersebut akan memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut bisa dipakai untuk mengkompensasi kerugian dari posisi awalnya (kewajiaban untuk menyediakan dolar tiga bulan mendatang).
Dengan demikian cara kerja hedging mirip dengan asuransi, yaitu jika kita rugi karena risiko tertentu,  kita memperoleh kompensasi dari kontrak lainnya. Jika di asuransi, asuransi di berikan oleh persahaan asuransi. Sedangkan hedging dengan instrumen derivatif, kompensasi di berikan oleh pihak lain (counter party) yang menjual kontrak derivatif tersebut.
3.      Incorporated
Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan alternatif tranfer risiko, karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang di setorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan di transfer ke pihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur (pemegang hutang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemegang saham dan pemegang hutang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan yang berbeda. Pemegang hutang biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi di bandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya di jual, hasil penjualan aset tesebut akan di berikan ke pemegang hutang. Jika masih ada sisa, pemegang saham baru bisa memperoleh bagiannya. Tetapi kewajiban pemegang saham tidak akan sampai di harta pribadinya. Secara umum, mekanisme semacam itu yang terjadi, meskipun dalam situasi khusus, kewajiban pemegang saham bisa sampai ke kekayaan pribadinya.
4.      Teknik Lainnya
Selain teknik transfer risiko yang disebutkan di atas, ada banyak teknik transfer risiko lainnya. Berikut ini ada beberapa contoh bagaimana teknik transfer risiko bisa digunakan dalam situasi tertentu. Misal perusahaan penjual komputer notebook ingin menghindari risiko perubahan kurs. Biasanya komputer notebook diimpor atau banyak komponennya yang diimpor dari luar negeri. Jika harga ditetapkan dalam rupiah, maka harga akan berfluktuasi mengikuti perubahan kurs. Jika rupiah melemah terhadap dolar, maka harga notebook akan naik, dan sebaliknya. Fluktuasi harga tersebut membuat ketidakpastian menjadi tinggi. Penjual komputer notebook biasanya mentransfer risiko perubahan kurs ke pembeli dengan cara menetapkan harga notebook  dalam dolar AS, bukannya rupiah.
Contoh lain, misalnya PT AAA memperoleh tender untuk membangun gedung tertentu. Kemudian dia mensubkontrakkan pengerjaan listrik ke PT BBB. PT AAA bisa menyiapkan kontrak yang mengatakan bahwa jika terjadi kerusakan atau kecelakaan yang berasal dari listrik, maka PT BBB yang akan menanggung risiko tersebut. Dalam hal ini risiko ditransfer dari PT AAA ke PT BBB.

2.4    KEPUTUSAN MEMILIH ALTERNATIF MANAJEMEN RISIKO
Secara umum jika risiko mempunyai frekuensi yang sering dengan severity  yang rendah, maka alternatif risiko ditahan merupakan alternatif yang paling optimal. Jika risiko mempunyai frekuensi yang kecil tetapi mempunyai severity yang besar, maka alternatif ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Jika frekuensi dan severity tinggi, maka perusahaan bisa berpikir untuk menghindari risiko tersebut. Tabel berikut ini meringkaskan alternatif risiko tersebut.
Tabel 13.1. Alternatif Manajemen Risiko
Frekuensi (Probabilitas)
Severity (Keseriusan)
Teknik Yang Dipilih
Rendah
Rendah
Ditahan
Tinggi
Rendah
Ditahan
Rendah
Tinggi
Ditransfer
Tinggi
Tinggi
Dihindari
Beberapa ilustrasi bisa diberikan di sini. Risiko kecelakaan mobil dari perspektif individu mempunyai ciri frekuensi rendah, dengan tingkat severity yang tinggi. Untuk risiko semacam itu, alternatif ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Karena itu akan lebih jika individu membeli asuransi kecelakaan mobil dibandingkan menahan risiko tersebut. Risiko kebakaran atau terkena serangan badai mempunyai ciri frekuensi rendah dengan severity yang tinggi. Untuk jenis risiko tersebut, alternatif transfer risiko merupakan alternatif yang optimal.
Tentunya besar kecil severity dan frekuensi bersifat relatif, tergantung dari sudut pandang tertentu. Sebagai contoh, kerugian sebesar Rp 1 miliar bagi perusahaan kecil akan terlihat sangat besar, tetapi bagi perusahaan besar, angka tersebut merupakan angka yang kecil. Di samping itu, alternatif-alternatif tersebut tidak saling menghilangkan. Perusahaan bisa menggunakan kombinasi alternatif risiko. Sebagai contoh, perusahaan mengasuransikan kerugian dari kebakaran di atas angka Rp 1 miliar. Di bawah angka tersebut, perusahaan bersedia menanggung (menahan) risiko tersebut. Perusahaan berarti menggunakan alternatif menahan dan sekaligus mentransfer risiko.
Di samping itu, penggunaan alternatif-alternatif tersebut perlu dilengkapi dengan pengendalian risiko. Pengendalian risiko berkaitan dengan alternatif-alternatif risiko seperti terlihat berikut ini. Untuk alternatif menahan risiko, maka pengendalian risiko menjadi penting dilakukan. Pengendalian risiko yang baik bisa memperkecil risiko, sehingga alternatif menahan risiko menjadi lebih layak. Untuk alternatif mentransfer risiko bisa menurunkan harga yang dibayar untuk mentransfer risiko tersebut. Sebagai contoh, perusahaan bisa mencoba mengendalikan risiko kebakaran bangunan dengan jalan memasang alarm kebakaran dan tabung pemadam kebakaran di bangunan tersebut. Jika hal tersebut dilakukan, premi untuk asuransi kebakaran bisa diturunkan. Bagian berikut ini membicarakan pengendalian risiko.

2.5    PENGENDALIAN RISIKO
Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity, pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat keseriusan (severity), atau keduanya.
Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap karakteristik risiko perlu dilakukan. Dalam upaya memahami risiko tersebut ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya risiko. Dua teori dibicarakan dalam bagian ini yaitu teori domino dan teori rantai risiko.
1.      Teori Domino (Heinrich, 1959)
Menurut teori ini, kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan lima tahap seperti digambarkan dalam kartu domino berikut ini. Jika salah satu kartu jatuh, maka akan mendorong kartu kedua jatuh, dan seterusnya sampai kartu domino terakhir jatuh (ingat permainan merubuhkan deretan kartu domino).
Bagan 13.1. Kartu Domino
Lingkungan & bawaan
Kesalahan (fault)
Tindakan yang ceroboh atau Fisik yang rentan (physical hazard)
Cedera
kecelakaan
 









Ada lima tahap yang merupakan rangkaian kecelakaan, yaitu :
1.      Lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu  (misal mempunyai temperamen tinggi sehingga gampang marah )
2.      Personal fault (kesalahan individu), dimana individu tersebut tidak mempunyai respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu
3.      Unsafe act or physical hazard (tindakan yang berbahaya atau kondisi fisik yang berbahaya)
4.      Kecelakaan
5.      Cedera
Sebagai contoh adalah kecelakaan kerja yang dialami seseorang. Misalkan orang itu mempunyai temperamen tinggi karena tumbuh dewasa di lingkungan keras (faktor pertama). Kemudian orang tersebut tidak suka mendengarkan saran orang lain atau tidak suka memperhatikan kondisi sekitarnya (faktor kedua). Kemudian orang tersebut bekerja di lingkungan mesin atau bangunan yang rentan terhadap munculnya risiko kecelakaan kerja (faktor ketiga). Tiga faktor tersebut cukup potensial untuk memunculkan terjadinya kecelakaan. Misalkan kecelakaan terjadi, dan orang tersebut (dan barangkali orang lain disekitarnya) mengalami cedera.
Penelitian oleh Heinrich menunjukan bahwa faktor ketiga (tindakan yang berbahaya) menjadi penyebab utama dari kecelakaan kerja (sekitar 88%). Beberapa contoh tindakan yang berbahaya adalah bekerja tanpa alat pengaman yang memadai (misal mengecet gedung lantai 14 tanpa alat pelindung jika jatuh), teman kerja yang mengganggu konsentrasi kerja, peralatan yang tidak digunakan sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil tersebut, pengendalian risiko yang efektif bisa dilakukan dengan memfokuskan pada faktor ketiga (menghilangkan tindakan yang berbahaya, menghilangkan kondisi fisik yang rentan terhadp risiko).
2.      Rantai Risiko (Risk Chain)
Menurut Mekhofer, 1987, risiko yang muncul bisa dipecah ke dalam beberapa komponen :
1.      Hazard (kondisi yang mendorong terjadinya risiko)
2.      Lingkungan di mana hazard tersebut berada
3.      Interaksi antara hazard dengan lingkungan
4.      Hasil dari interaksi
5.      Konsekuensi dari hasil tersebut
Sebagaimana contoh, di gudang yang banyak bahan mudah terbakar (misal kertas) terdapat kompor dengan menggunakan minyak tanah. Gudang adalah lingkungannya, sedangkan kompor tersebut adalah hazard. Kompor dengan menggunakan minyak tanah meningkatkan risiko kebakaran (hazard). Interkasi antara gudang dengan kompor didalamnya akan semakin meningkatkan risiko kebakaran, sehingga suatu saat terjadi kebakaran, (faktor ke empat). Konsekuensi dari kebakaran tersebut adalah kerugian yang cukup signifikan.
Dengan melihat komponen risiko terebut, manajer risiko bisa mengatasi risiko melalui cara menghilangkan hazard. Dalam contoh di atas, kompor minyak tanah bisa diganti dengan kompor listrik. Lingkungan bisa dibuat lebih tahan terhadap munculnya risiko, misal dengan menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar. Dengan kompor listrik dan lingkungan yang bersih dari bahan yang mudah terbakar, interaksi antara keduanya menjadi lebih kecil kemungkinan untuk terjadi. Konsekuensi dari hasil (kebakaran dalam hal ini) yang berupa kerugian bisa dikurangi misal dengan membuat tembok lebih tahan api, sehingga kebakaran pada ruang tersebut tidak akan mudah menjalar ke ruangan lainnya.
3.      Fokus dan Timing Pengendalian Risiko
a)      Fokus Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan (probability) munculnya risiko dan mengurangi keseriusan (severity) konsekuensi risiko tersebut. Sebagai contoh, mengganti kompor minyak tanah dengan kompor listrik bisa mengurangi kemungkinan risiko kebakaran. Memakai peralatan pengaman selama kerja bisa mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Sebaliknya, memasang alat pemadam kebakaran di gedung merupakan contoh usaha untuk mengurangi keseriusan risiko. Perhatikan bahwa alat pemadam kebakaran tidak mencegah terjadinya kebakaran, tetapi kebakaran bisa dengan cepat dipadamkan, sehingga kerugian akibat kebakaran tersebut bisa diminimalkan. Memasang airbag (kantong udara) di mobil merupakan contoh upaya untuk mengurangi severity kecelakaan mobil. Perhatikan bahwa kantong udara tersebut tidak mencegah terjadinya kecelakaan.
Pemisahan (separation) dan duplikasi (duplication) merupkan dua bentuk umum metode untuk mengurangi keseriusan risiko. Contoh pemisahan adalah menyebar operasi perusahaan, sehingga jika terjadi kecelakaan kerja, karyawan yang menjadi korban akan terbatas. Contoh lain, perusahaan mempunyai aturan direktur utama dan wakil direktur tidak boleh berada pada satu pesawat terbang. Jika terjadi kecelakaan pada salah satu pesawat, maka yang lain masih bisa hidup dan menggantikan yang lainnya. Duplikasi dilakukan dengan cara menyimpan produk yang serupa atau mirip di tempat yang terpisah. Sebagai contoh, kita barangkali akan menyimpan file yang penting di beberapa tempat, di hard-disk PC kita di kantor, di hard-disk notebook kita, dan di flash disk atau CD. Jika salah satu file mengalami kerusakan atau serangan virus, file lain (di tempat lain) masih bisa diselamatkan.
Tentunya kita bisa menggunakan metode mengurangi kemungkinan munculnya risiko dengan pengurangan severity secara bersamaan. Sebgai contoh, dokter ahli bedah belajar metode baru dalam pembedahan yang lebih canggih dan lebih aman. Dengan metode baru tersebut, dokter tersebut bisa mengurangi probabilitas terkena risiko digugat akibat mal-praktik, dan juga sekaligus menurunkan severity tuntutan jika risiko gugatan terjadi.
b)      Timing Pengendalian Risiko
Dari sisi timing (waktu), pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum, selama, dan sesudah risiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa melakukan training untuk karyawannya mengenai peraturan, produser, dan teknik untuk menghindari kecelakaan kerja. Karena aktivitas sebelum risiko terjadi.
Pengendalian risiko juga bisa dilkukan pada saat terjadinya risiko. Sebagai contoh, kantong udara pada mobil secara otomatis akan mengembang jika terjadi kecelakaan. Pengendalian risiko bisa juga dilakukan setelah risiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa mengelola nilai sisa dari bangunan yang terbakar, atau memperbaiki mobil yang rusak karena kecelakaan kemudian bisa dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi. Jika hal semacam itu bisa dilakukan, maka kerugian (severity) bisa dikurangi.
B A B III  P E N U T U P

3.1    Kesimpulan
Secara umum alternatif manajemen risiko yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah:
1.      Penghindaran Risiko (Risk Avoidance)
2.      Penanggungan atau Penahanan Risiko (Risk Rentetion)
3.      Pengalihan Risiko (Risk Transfer).
Penghindaran risiko berarti kita menghindari risiko tersebut. Alternatif ini dalam beberapa situasi tidak optimal, karena dalam beberapa situasi kita harus dapat menanggung risiko untuk memperoleh keuntungan.
Erat kaitannya dengan alternatif tersebut adalah pendanaan risiko. Alternatif lainnya adalah menanggung risiko itu sendiri (risk retention). Tergantung karakteristik risikonya, alternatif ini bisa menjadi altentif yang optimal. Sebagai contoh: jika perusahaan taksi mempunyai armada yang cukup banyak, kemudian risiko kerusakan mobil karena kecelakaan bisa diperhitungkan dan relatif kecil, maka barangkali akan lebih optimal jika perusahaan tersebut menanggung sendiri risiko tersebut. Jika risiko tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar, maka altenatif transfer risiko menjadi alteranatif yang lebih optimal. Erat kaitannya dengan altenatif-alternatif itu adalah pengendalian risiko dan pendanaan risiko. Pengendalian risiko itu merupakan upaya-upaya untuk mengendalikan risiko. Sebagai contoh, untuk mengendalikan risiko kebakaran di gudang, perusahaan bisa menyiapkan tabung kebakaran ditiap lorong, menyiapkan detektor asap di setiap ruangan. Pendanaan risiko adalah bagaimana mendanai risiko. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran, bagaimana membiayai kerusakan akibat kebakaran tersebut. Pengendalian dan pendanaan  risiko bisa dilakukan berbarengan dengan teknik manajemen risiko lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFLASI: KURVA PHILLIPS

MODEL DINAMIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN AGREGRATE Seperti namanya, model baru ini menekankan sifat dinamis dari fluktuasi ekonomi sebagai &qu...