Senin, 13 April 2015

proposal metpen



BAB I
P E N D A H U L U A N

1.1.   Latar Belakang Penelitian
Permasalahan yang dihadapi ekonomi dunia dewasa ini semakin pelik. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga komonitas dunia terutama harga minyak dan pangan, diperparah lagi dengan krisis keuangan hebat yang melanda Amerika Serikat yang mengakibatkan luluhnya industri keuangan global. Krisis ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan inflasi dibeberapa negara, yang akan diikuti oleh kenaikan suku bunga, dan gejolak nilai tukar.
Mengingat sistem keuangan suatu negara tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan terintegrasi dengan sistem keuangan dinegara lain secara global, maka guncangan dunia keuangan global ini akan menjadi batu ujian pada kekuatan perekonomian nasional kedepan. Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai. Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya.
Pada tahun 2008, Bank Indonesia pernah melakukan penelitian terhadap dampak empiris inflasi terhadap pertumbuhan dan kualitas kredit perbankan di Indonesia. Secara signifikan inflasi mempengaruhi perumbuhan dan kualitas kredit (NPL). Namun, pengaruh inflasi tersebut bersifat tidak langsung karena ditansmisikan melalui pertumbuhan ekonomi dengan proxy Industrial Production Index (IPI). Selanjutnya dengan memasukkan perkiraan angka IPI, BI rate, nilai tukar dan oil price ke depan, hasil simulasi memperlihatkan bahwa setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan menurunkan pertumbuhan kredit sekitar 0,12% dan meningkatkan NPL sekitar 0,02%. Sementara itu, Perry Warjiyo (2006) dalam papernya Stabilitas Sistem Perbankan Dan Kebijakan Moneter: Keterkaitan dan Perkembangannya Di Indonesia, menyatakan bahwa eratnya keterkaitan antara kondisi kesehatan dan stabilitas perbankan dengan kebijakan moneter melalui kebijakan suku bunga, perubahan inflasi dan kurs rupiah. Mekanisme ini menggambarkan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi.

1.2.   Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan tersebut pada:
1)      Mengingat banyaknya jumlah bank di Indonesia, maka penulis dalam penelitian ini hanya menggunakan aktiva pada Bank Rakyat Indonesia sebagai bahan penelitian.
2)      Aktiva suatu bank terdiri dari beberapa pos, sehingga penulis akan mengelompokan pos-pos pada aktiva tersebut berdasarkan skala prioritas penggunaan dana, yaitu:
a)      Cadangan primer; terdiri dari kas, penempatan pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, dan penempatan pada lain.
b)      Cadangan sekunder; terdiri dari surat berharga yang dimiliki, dan obligasi pemerintah.
c)      Kredit untuk nasabah; terdiri dari kredit yang diberikan.
d)     Investasi untuk pendapatan; terdiri dari penyertaan.
Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pembahasan pada cadangan primer dan kredit untuk nasabah.
3)      Sesuatu hal yang tidak mungkin penulis lakukan untuk memasukan semua data suku bunga, inflasi, dan kurs rupiah terhadap semua negara, maka dalam penelitian ini penulis membatasinya dengan menggunakan data suku bunga, inflasi, dan kurs rupiah terhadap negara Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.
4)      Data penelitian yang digunakan adalah data per-triwulan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, diawali dari triwulan IV tahun 2011 sampai dengan triwulan IV tahun 2013.
5)      Data yang diteliti seluruhnya merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan bulanan, triwulan, dan tahunan Bank Indonesia. Data yang dikumpulkan berupa data runtun waktu (time series).
6)      Alat bantu yang digunakan untuk menganalisa data statistik agar dapat diolah, ditampilkan, dan dimanipulasi sehingga dapat menyajikan suatu informasi dalam penelitian ini menggunakan peranti lunak atau software SPSS dan Eview.
1.3.   Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk pertanyaan:
1.      Bagaimanakah pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap cadangan primer Bank Rakyat Indonesia ?
2.      Bagaimanakah pengaruh suku bunga riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap cadangan primer Bank Rakyat Indonesia ?
3.      Bagaimanakah pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat Indonesia ?
4.      Bagaimanakah pengaruh suku bunga riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat Indonesia ?

1.4.   Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap cadangan primer Bank Rakyat Indonesia.
2.      Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh suku bunga riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap cadangan primer Bank Rakyat Indonesia.
3.      Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat Indonesia.
4.      Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh suku bunga riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat Indonesia.

1.5.   Kegunaan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.
·         Manfaat akademis
Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah Manajemen Dana Bank, Manajemen Perkreditan, Keuangan Internasional, Institusi Depositori dan Pasar Modal, sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahaminya.
·         Manfaat dalam implementasi atau praktik.
Penelitian ini memfokuskan kepada Bank Rakyat Indonesia sebagai objek penelitian, sehingga diharapkan para pengambil kebijakan dalam Bank Rakyat Indonesia maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.




























BAB II
T I N J A U A N  P U S T A K A

2.1  Hasil Penelitian Terdahulu
Poppy Marieskha (2010) menguji tentang Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera. Hasil penelitian tersebut menunjukkan Tingkat Suku Bunga berpengaruh positif terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi Tingkat Suku Bunga yaitu sebesar 192858,8. Artinya setiap kenaikan Tingkat Suku Bunga sebesar 1% maka jumlah simpanan masyarakat akan naik sebesar 192858,8 persen, cateris paribus. Tingkat Inflasi berpengaruh positif terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi yaitu sebesar 54831,10. Artinya setiap kenaikan Tingkat Inflasi sebesar 1% maka jumlah simpanan masyarakat akan naik sebesar 54831,10 persen, cateris paribus.
Friska Julianti (2013) menguji tentang Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Dan BI Rate Terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengujian secara bersama-sama variabel independen (inflasi, nilai tukar (kurs), dan BI Rate) secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah).
Widjajanto Noegroho (2002) menguji tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Tingkat Bunga Deposito di Indonesia. Hasil penelitian juga menujukkan secara parsial bunga luar negeri, nilai tukar, JUB, dan SBI berpengaruh signifikan terhadap bunga deposito Indonesia dan secara parsial inflasi tidak berpengaruh signifikan  terhadap bunga deposito Indonesia.

2.2  Landasan Teori
1.      Neraca Bank
Penulis mengutip dari suplemen kuliah Institusi Depositori dan Pasar Modal oleh Soedijono yang menguraikan bahwa untuk memenuhi ketentuan hukum, sarana pengambilan keputusan manajerial, dan sarana kegiatan perencanaan dan pengawasan, semua badan usaha menyelenggarakan sistem akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan, minimal terdiri dari neraca dan laporan rugi laba. Neraca sebuah bank dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu aktiva dan pasiva. Selanjutnya pasiva sebuah bank terdiri dari utang dan modal.
Pengertian lain neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan dalam suatu tanggal tertentu atau a moment of time, atau sering juga disebut per tanggal tertentu misalnya per tanggal 31 Desember 2013. Posisi yang digambarkan adalah posisi harta (kekayaan), hutang (kewajiban) dan modal.
Isi/elemen neraca bank
Harta
Asset kekayaan atau sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan dan diharapkan akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang.
Menurut FASB (1985) memberikan definisi sebagai berikut:
“asset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa yang akan dat
ang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu”.
Pengakuan dan Penilaian Aktiva Prinsip yang berlaku sekarang dalam pengakuan dan penilaian aktiva sesuai dengan yang digariskan APB adalah sebagai berikut. “Pencatatan aktiva berdasarkan pada kejadian kapan perusahaan mendapatkan kekayaan atau aktiva itu dari pihak lain sedangkan kewajiban kapan muncul kepada pihak lain. Penilaian keduanya didasarkan pada nilai tukar, nilai pengorbanan pada pengalihan terjadi.
Kewajiban / Hutang (Liabilities)
Menurut FASB kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk masa yang akan datang sebagai akibat dari suatu transaksi atau kejadian ekonomi yang sudah terjadi.
Laporan Rugi/Laba Bank
Income Statement merupakan laporan yang menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya suatu perusahaan pada periode tertentu.





2.      Inflasi dan Kurs
Beberapa pengertian inflasi yang penulis kutip dari berbagai sumber, diantaranya adalah:
1.      Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflai adlah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang terhadap mata uang negara-negara lain dimana tingkat inflasi yang lebih rendah.
2.      Menurut Wikipedia, inflation is a rise in the general level of prices of goods and services in an economy over a period of time.
3.      Menurut Investopedia, the rate at which the general level of prices for goods and services is rising, and, subsequently, purchasing power is falling. Bank Indonesia dan Inflasi serta Kurs Rupiah.
Kurs Nilai Tukar Mata Uang Asing yang lainnya disebut kurs. Menurut Paul R Krugman dan Maurice (1994:73) adalah harga sebuah mata uang dari suatu Negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Menurut Nopirin (1996:163) kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut.
Bank Indonesia dan Inflasi serta Kurs Rupiah
Di Indonesia, fungsi bank sentral dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Peran dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral telah mengalami evolusi yang cukup panjang dari semula sebagai bank sirkulasi, kemudian pernah menjadi agen pembangunan dari pemerintah, dan terakhir sejak tahun 1999 telah menjadi lembaga yang independen dengan tujuan tunggal yaitu mencapai kestabilan nilai Rupiah.
Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (Pasal 7). Amanat ini memberikan kejelasan peran bank sentral dalam perekonomian, sehingga dalam pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia dapat lebih fokus dalam pencapaian "single objective"-nya.
Kestabilan nilai Rupiah mempunyai dua dimensi yaitu kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa (disebut dengan inflasi) dan kestabilan nilai Rupiah terhadap mata uang Negara lain (disebut dengan nilai tukar atau kurs Rupiah). Dalam sistem nilai tukar mengambang yang dianut saat ini, nilai tukar Rupiah ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di valuta asing, dan karenanya Bank Indonesia tidak menargetkan atau berupaya untuk mengarahkan perkembangan nilai tukar Rupiah pada tingkat tertentu. Untuk itu, sasaran akhir Bank Indonesia lebih diarahkan pada pencapaian laju inflasi yang rendah sesuai dengan kondisi perekonomian nasional. Namun demikian, walaupun sasaran akhir kebijakan moneter lebih diarahkan pada pengendalian laju inflasi, Bank Indonesia tidak akan membiarkan perkembangan nilai tukar Rupiah di pasar bergerak secara bergejolak dan menimbulkan ketidakpastian, oleh karena itu Bank Indonesia tetap menempuh langkah-langkah yang diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah
Kestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi. Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam hal ini, BI hanya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan. Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Karena itu, untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan adanya kerjasama dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta.
3.      Suku Bunga
Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi arus modal internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya modal asing. Salah satu pengaruh yang memiliki korelasi yang sangat kuat mempengaruhi pergerakan harga-harga saham di bursa efek dan yang paling sering terjadi adalah pengaruh fluktuasi tingkat suku bunga perbankan atau suku bunga yang telah ditetapkan Bank Indonesia.  Hubungan pergerakan tingkat suku bunga dan saham apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek akan mengalami penurunan, maka harga-harga saham naik karena para investor akan beralih berinvestasi kepada instrument perbankan seperti deposito dan begitu juga sebaliknya dan para investor akan beralih ke instrument saham.
Beberapa pengertian tentang suku bunga, diantaranya adalah:
1.      Menurut Miller, RL dan Vanhoose, mengatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.
2.      Menurut Djaslim Saladin, Konsep Dasar Ekonomi Dan Lembaga, menguraikan pendapat David Ricardo yang berpendapat bunga adalah jika memang banyak yang dapat dilakukan dengan mengunakannya, banyak pula yang diberikan dengan mengunakannya. Sedangkan Bohm Bawaer menganggap bahwa bunga itu timbul karena orang lebih menyukai barang di masa datang, dan menganggap bunga adalah diskonto yang harus dibayarkan. Bunga ditentukan oleh penyediaan dan permintaan akan dana yang dipinjam.
3.      Menurut Manuharawati dan Rudianto Artiono dalam Matematika Keuangan, bunga adalah suatu jasa yang berbentuk uang yang diberikan oleh seorang peminjam atau pembeli terhadap orang yang meminjamkan modal atau penjual atas persetujuan bersama.
4.      Menurut M. Farid M dalam tesisnya menguraikan bahwa dalam literatur ekonomi, yang dimaksud dengan suku bunga adalah ‘harga’ yang terjadi dipasar uang modal. Harga disini adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu yang ditentukan bersama.
5.      Menurut Nopirin dalam bukunya pengantar ilmu ekonomi makro-mikro menguraikan bahwa dalam pengertian sempit, kaum klasik berpendapat bahwa suku bunga merupakan hasil interaksi antara tabungan dan investasi. Definisi kaum klasik tersebut hanya mencakup aktivitas fiskal. Berbeda dengan pengertian suku bunga yang dikemukakan oleh John Maynard Keynes, bahwa suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap uang.

4.      Cadangan Primer Dan Kredit
Cadangan primer adalah primary reserve yaitu jumlah uang kas yang diperlukan untuk kebutuhan operasi bank ditambah cadangan wajib yang harus disimpan di bank sentral/bank koresponden, ditambah dengan cek yang belum ditagihkan ke bank; cadangan primer tidak dapat digunakan untuk menutup penarikan deposito secara mendadak atau krisis likuiditas sementara. Primary reserve diperlukan untuk memenuhi permintaan efektif dari para nasabah yang muncul secara tiba-tiba. Bahasa teknis perbankan dalam mewujudkan primary reserve ini adalah alat-alat yang dikuasai dan tercermin pada pos-pos aktiva, berupa; saldo kas dan saldo rekening pada Bank Indonesia. Cadangan primer merupakan garis pertahanan pertama sebuah bank jika para deposan menarik dana mereka.
Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Kredit adalah ‘penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarka persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga’.

2.3  Kerangka Berpikir
Berdasarkan penelitian yang berlangsung maka akan diketahui apakah ada pengaruh yang ditimbulkan oleh nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga terhadap cadangan primer dan kegiatan kredit nasabah bank, lalu dengan diketahui pengaruhnya sehingga memungkinkan kemudahan bagi pihak bank untuk dapat mengambil keputusan-keputusan yang dapat lebih meningkatkan solvabilitas, mensejahterakan masyarakat pada umumnya.

2.4  Perumusan Hipotesa
Berdasarkan tinjauan pustaka atau kerangka pemikiran diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya, apakah hasil penelitian akan menerima atau menolak hipotesis tersebut, sebagai berikut:
H01: Tidak ada pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap cadangan primer Bank Rakyat Indonesia.
H02: Tidak ada pengaruh suku bunga riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap cadangan primer Bank Rakyat Indonesia.
H03: Tidak ada pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat Indonesia.
H04: Tidak ada pengaruh suku bunga riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat Indonesia.






















BAB III
M E T O D O L O G I  P E N E L I T I A N

3.1  Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah deskriptif yang memperoleh gambaran secara jelas tentang pengaruh Nilai Tukar Rupiah Dan Suku Bunga Riil Terhadap Cadangan Primer Dan Kredit Untuk Nasabah Bank Rakyat Indonesia.

3.2  Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penulisan ini adalah Bank Rakyat Indonesia.

3.3  Periode Penelitian
Data yang digunakan merupakan data triwulanan dari triwulan IV 2011 sampai dengan triwulan IV 2013.

3.4  Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua bentuk variable yaitu 6 variabel independen (bebas) dan 2 variabel dependen (terikat), yaitu :
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2KbWU2qnYMTge0KnGckdm_X1VvXIXaBiEnkj5ebyrAR8NJrrIE7IRrD8E2s7MWRzDuOsh5sEQsLl0tFbNlvDYOoZUc3O9FYKlLetzleOkIQtPBSYyDm7e6ZP-LQnYUyZ8DoRKE4AulDI/s1600/g2.jpg


Dari tabel diatas maka akan didapat model penelitian sebagai berikut:
a)      YCP = a + bXUSD + bXGBP + bXJPY + bXSBIN + bXSBAS + bXSBIG + bXSBJP + ε
b)      b. YKUN = a + bXUSD + bXGBP + bXJPY + bXSBIN + bXSBAS + bXSBIG + bXSBJP + ε

3.5  Data Penelitian
1.      Sumber Data
Data yang diteliti diperoleh dari Laporan Tahunan Bank Indonesia (LTBI), laporan triwulanan Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional (PEKKI) Bank Indonesia, dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Neraca PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), TBK.
2.      Jenis Data
a.       Aktiva Bank Rakyat Indonesia
Pos-pos pada aktiva Bank Rakyat Indonesia merupakan variabel terikat dan dikelompokan berdasarkan skala prioritas penggunaan dana, yaitu:
·         Cadangan primer, terdiri dari kas, penempatan pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, dan penempatan pada bank lain.
·         Cadangan sekunder, terdiri dari surat berharga yang dimiliki, dan obligasi pemerintah.
·         Kredit untuk nasabah, terdiri dari kredit yang diberikan,
·         Investasi untuk pendapatan, terdiri dari penyertaan.
Dalam hal penelitian ini, penulis hanya fokus kepada cadangan primer dan kredit untuk nasabah.
b.      Kurs rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY Kurs rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY merupakan variabel bebas. USD dan GDP merupakan nilai tukar 1 mata uang Amerika Serikat dan Inggris terhadap rupiah, sedangkan JPY merupakan nilai tukar 100 mata uang Jepang terhadap rupiah.
c.       Suku bunga dan inflasi di Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral masing-masing negara akan dikurangi dengan inflasi pada masing-masing negara sehingga diperoleh suku bunga riil. Suku bunga riil di Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang merupakan variabel bebas.
3.      Tipe Data
Data yang diteliti merupakan data sekunder yang dikumpulkan berupa data runtun waktu (time series). Data-data tersebut diterbitkan secara berkala oleh Bank Indonesia dalam bentuk buletin dan laporan triwulan atau tahunan, dengan demikian keabsahan data tersebut merupakan tanggung jawab lembaga tersebut.
a.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk variable X penulis memperoleh melalui data online yang terus di update pada waktu peneliti menguji data, sedangkan untuk variabel Y penulis memperolehnya melalui data-data yang di peroleh dari perusahaan secara dokumenter dan studi pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan cara membaca literatur, arsip dan buku-buku. (J. Supranto, 1999:47) dan penelitian terhadap laporan yang telah dibuat untuk mempermudah penelitian penulis.
b.   Metode analisis data
1)      Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
·      Analisis kualitatif, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan menjelaskan secara rinci tentang neraca bank, inflasi dan kurs serta suku bunga. (S. Supranto, 1999)
·      Analisis Kuantitatif yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis data yang berhubungan dengan masalah pengaruh Nilai Tukar Rupiah Dan Suku Bunga Riil Terhadap Cadangan Primer Dan Kredit dengan cara perhitungan matematis dan angka-angka statistik. (J. Supranto, 1999)
Alat bantu yang digunakan untuk mencari keterkaitan diantara variabel-variabel diatas adalah peranti lunak atau software EViews 5.0 dan SPSS 16.0 for windows. EViews dan SPSS merupakan peranti lunak atau software yang berbasis windows yang digunakan untuk menganalisa data statistik agar dapat diolah, ditampilkan, dan dimanipulasi sehingga dapat menyajikan suatu informasi sesuai kehendak pengguna.
2)      Model Analisis
Analisis Regresi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya variable independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel yang lain konstan, dimana rumusnya: (Ghozali, 2005)
y = a + b1x1 + b2x2
Keterangan :
Y        = Cadangan primer dan kredit
xl        = nilai tukar rupiah
x2       = suku bunga riil
a         = Konstanta regresi
b1, b2 = Koefisien regresi
Model analisis regresi berguna untuk mengestimasi parameter-parameter regresi untuk membantu menjawab hipotesis penelitian. Perhitungan estimasi parameter regresi dan uji-uji statistik yang digunakan  dalam penelitian didukung dengan program SPSS for windows release 16.
Secara statistik ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir  aktual dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F serta koefisien determinasinya. Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima.
Pengujian hipotesis menggunakan analisis data panel (pooled data) yang bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap  variabel dependen serta kemampuan model dalam menjelaskan perilaku suku bunga dan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu pengujian dikelompokkan menjadi:
a)   Uji Statistik t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual, hal ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan tabel pada  level of significant 5% dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
H0 : b1, b2 = 0 artinya tidak ada pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen atau apakah suatu variable nilai tukar rupiah dan suku bunga riil bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap cadangan primer dan kredit nasabah.
H0 : b1, b2 ≠ 0 artinya ada pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen atau apakah suatu variable nilai tukar rupiah dan suku bunga riil merupakan penjelas yang signifikan terhadap cadangan primer dan kredit nasabah.
·         Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
·         Jika t hitung > t tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak
b)   Uji Statistik F
Uji F dilakukan untuk menguji signifikansi variabel  independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Pengujian dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel pada level of significant 5% dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
H0 : b1 = b2 = … ßk = 0 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen dengan variabel dependen.
H0 : b1 ≠ b2 ≠…  ßk  = 0 artinya ada pengaruh yang signifikan  antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.
·         Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
·         Jika F hitung > F tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak
c)   Koefisien Determinasi
Tujuan pengujian  ini untuk menguji  tingkat keeratan  atau keterikatan antar variabel dependen dan variabel independen yang bisa dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi (adjusted R-square). Nilai  koefisien  determinasi  adalah  antara  nol  dan  satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan  keterikatannya dengan variabel dependen amat terbatas sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali, 2005)
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R2.
a)      Uji Normalitas
Uji Normalitas data yaitu melakukan pengujian terhadap data yang dimiliki untuk menguji normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis, dengan uji normalitas residual yaitu dengan menggunakan grafik dan Kolmogorov Smirnov. Jika tingkat signifikansi > 0,05, maka data adalah normal. (Ghozali, 2005: 36)
b)      Uji Asumsi Klasik
1.   Multikolinearitas
Multikolinearitas diartikan sebagai adanya hubungan linear baik yang pasti maupun yang mendekati pasti diantara variabel X, konsekuensi dan multikolinearitas yaitu bila ada kolinearitas sempurna diantara X, koefisien regresinya tak tentu dan kesalahan standarnya tak terhingga. Jika kolinearitas tingkatnya tinggi tetapi tidak sempurna, penaksiran koefisien regresinya adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya cenderung untuk besar. Sedang hasilnya nilai populasi dan koefisien tidak dapat ditaksir dengan tepat. Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10 (Ghozali, 2005: 92).
2.   Uji Autokorelasi
Satu asumsi penting dalam model regresi linier klasik ialah bahwa tidak ada autokorelasi, yaitu korelasi antara anggota serangkaian observasi runtut waktu (data time series) dan data silang waktu (data crossection). Untuk mendeteksi hal tersebut maka digunakan Uji statistik Durbin Watson (Ghozali, 2005: 96).
H0 : Tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif
H1 : Ada autokorelasi baik positif maupun negatif
Jika dilakukan dengan pengujian tes hipotesis Durbin Watson adalah:
d < dl = menolak H0
d > 4 – dl = menolak H0
du < d < 4 – du = menerima H0
dl d du = pengujian tidak meyakinkan
4 – du d 4 – dl= pengujian ragu-ragu
3.   Uji Heterokedastisitas
Tujuan uji heteroskedastisitas adalah menguji sebuah model regresi apakah terjadi ketidaksamaan varians dan residual dan satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dan residual dan satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji scatter plot. Apabila data menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 106).























D A F T A R   P U S T A K A

5.      www.idx.co.id
6.      Sutojo, Heru dan Van Horne Wachowicz, Jr, 1997Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Buku I”. Jakarta: Salemba Empat.
7.      Fabozzi, Frank J, Franco Modigliani dan Michael G. Freei, 1999 “Pasar Uang dan Lembaga Keuangan”. Jakarta: Salemba Empat.
8.      Sutojo, Siswanto, 1997 “Analisa Kredit Bank Umum, Konsep dan Teknik”. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
9.      http://www.scribd.com/doc/91107852/PENGERTIAN-KURS



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFLASI: KURVA PHILLIPS

MODEL DINAMIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN AGREGRATE Seperti namanya, model baru ini menekankan sifat dinamis dari fluktuasi ekonomi sebagai &qu...