P E N D A H
U L U A N
1.1.
Latar Belakang Penelitian
Permasalahan
yang dihadapi ekonomi dunia dewasa ini semakin pelik. Melambatnya pertumbuhan
ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga komonitas dunia terutama harga
minyak dan pangan, diperparah lagi dengan krisis keuangan hebat yang melanda
Amerika Serikat yang mengakibatkan luluhnya industri keuangan global. Krisis
ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan inflasi dibeberapa negara, yang
akan diikuti oleh kenaikan suku bunga, dan gejolak nilai tukar.
Mengingat sistem keuangan suatu
negara tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan terintegrasi
dengan sistem keuangan dinegara lain secara global, maka guncangan dunia
keuangan global ini akan menjadi batu ujian pada kekuatan perekonomian nasional
kedepan. Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik
nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai. Itulah mengapa tingkat inflasi
berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada
penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya.
Pada tahun 2008, Bank Indonesia
pernah melakukan penelitian terhadap dampak empiris inflasi terhadap
pertumbuhan dan kualitas kredit perbankan di Indonesia. Secara signifikan
inflasi mempengaruhi perumbuhan dan kualitas kredit (NPL). Namun, pengaruh inflasi tersebut bersifat tidak langsung karena
ditansmisikan melalui pertumbuhan ekonomi dengan proxy Industrial Production
Index (IPI). Selanjutnya dengan memasukkan perkiraan angka IPI, BI rate, nilai
tukar dan oil price ke depan, hasil simulasi memperlihatkan bahwa setiap
kenaikan inflasi sebesar 1% akan menurunkan pertumbuhan kredit sekitar 0,12%
dan meningkatkan NPL sekitar 0,02%.
Sementara itu, Perry Warjiyo (2006) dalam papernya Stabilitas Sistem Perbankan
Dan Kebijakan Moneter: Keterkaitan dan Perkembangannya Di Indonesia, menyatakan
bahwa eratnya keterkaitan antara kondisi kesehatan dan stabilitas perbankan
dengan kebijakan moneter melalui kebijakan suku bunga, perubahan inflasi dan
kurs rupiah. Mekanisme ini menggambarkan
Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target
operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum
akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi.
1.2. Batasan
Masalah
Mengingat
begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan
tersebut pada:
1)
Mengingat banyaknya jumlah bank di Indonesia, maka
penulis dalam penelitian ini hanya menggunakan aktiva pada Bank Rakyat
Indonesia sebagai bahan penelitian.
2)
Aktiva suatu bank terdiri dari beberapa pos, sehingga
penulis akan mengelompokan pos-pos pada aktiva tersebut berdasarkan skala
prioritas penggunaan dana, yaitu:
a)
Cadangan primer; terdiri dari kas, penempatan pada
Bank Indonesia, giro pada bank lain, dan penempatan pada lain.
b)
Cadangan sekunder; terdiri dari surat berharga yang
dimiliki, dan obligasi pemerintah.
c)
Kredit untuk nasabah; terdiri dari kredit yang
diberikan.
d)
Investasi untuk pendapatan; terdiri dari penyertaan.
Dalam
penelitian ini penulis hanya memfokuskan pembahasan pada cadangan primer dan
kredit untuk nasabah.
3)
Sesuatu hal yang tidak mungkin penulis lakukan untuk
memasukan semua data suku bunga, inflasi, dan kurs rupiah terhadap semua
negara, maka dalam penelitian ini penulis membatasinya dengan menggunakan data
suku bunga, inflasi, dan kurs rupiah terhadap negara Amerika Serikat, Inggris,
dan Jepang.
4)
Data penelitian yang digunakan adalah data
per-triwulan dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2013, diawali
dari triwulan IV tahun 2011 sampai
dengan triwulan IV tahun 2013.
5)
Data yang diteliti seluruhnya merupakan data sekunder
yang diperoleh dari laporan bulanan, triwulan, dan tahunan Bank Indonesia. Data
yang dikumpulkan berupa data runtun waktu (time series).
6)
Alat bantu yang digunakan untuk menganalisa data
statistik agar dapat diolah, ditampilkan, dan dimanipulasi sehingga dapat
menyajikan suatu informasi dalam penelitian ini menggunakan peranti lunak atau
software SPSS dan Eview.
1.3. Perumusan
Masalah
Dalam
penelitian ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk pertanyaan:
1.
Bagaimanakah pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD,
GBP, dan JPY terhadap cadangan primer Bank Rakyat Indonesia ?
2.
Bagaimanakah pengaruh suku bunga riil Indonesia,
Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap cadangan primer Bank Rakyat
Indonesia ?
3.
Bagaimanakah pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD,
GBP, dan JPY terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat Indonesia ?
4.
Bagaimanakah pengaruh suku bunga riil Indonesia,
Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat
Indonesia ?
1.4. Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk:
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar
rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap cadangan primer Bank Rakyat
Indonesia.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh suku bunga
riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap cadangan primer
Bank Rakyat Indonesia.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar
rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat
Indonesia.
4.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh suku bunga
riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap kredit untuk
nasabah Bank Rakyat Indonesia.
1.5. Kegunaan
Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini
mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca
atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.
·
Manfaat akademis
Penelitian
ini erat hubungannya dengan mata kuliah Manajemen Dana Bank, Manajemen
Perkreditan, Keuangan Internasional, Institusi Depositori dan Pasar Modal,
sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak
yang berkepentingan dapat lebih memahaminya.
·
Manfaat dalam implementasi atau praktik.
Penelitian
ini memfokuskan kepada Bank Rakyat Indonesia sebagai objek penelitian, sehingga
diharapkan para pengambil kebijakan dalam Bank Rakyat Indonesia maupun pihak-pihak lain
yang berkepentingan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
BAB II
T I N J A U A N P U S T A K A
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Poppy
Marieskha (2010) menguji tentang Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat
Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan Tingkat Suku Bunga berpengaruh positif terhadap
Jumlah Simpanan Masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien regresi Tingkat Suku Bunga yaitu sebesar 192858,8. Artinya
setiap kenaikan Tingkat Suku Bunga sebesar 1% maka jumlah simpanan masyarakat akan
naik sebesar 192858,8 persen, cateris paribus. Tingkat Inflasi berpengaruh
positif terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera
Utara. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi yaitu sebesar 54831,10.
Artinya setiap kenaikan Tingkat Inflasi sebesar 1% maka jumlah simpanan
masyarakat akan naik sebesar 54831,10 persen, cateris paribus.
Friska
Julianti (2013) menguji tentang Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Dan BI Rate
Terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan pengujian secara bersama-sama variabel independen (inflasi, nilai
tukar (kurs), dan BI Rate) secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah).
Widjajanto
Noegroho (2002) menguji tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya
Tingkat Bunga Deposito di Indonesia. Hasil penelitian juga menujukkan secara parsial
bunga luar negeri, nilai tukar, JUB, dan SBI berpengaruh signifikan terhadap
bunga deposito Indonesia dan secara parsial inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap bunga deposito Indonesia.
2.2 Landasan
Teori
1.
Neraca Bank
Penulis
mengutip dari suplemen kuliah Institusi Depositori dan Pasar Modal oleh
Soedijono yang menguraikan bahwa untuk memenuhi ketentuan hukum, sarana
pengambilan keputusan manajerial, dan sarana kegiatan perencanaan dan
pengawasan, semua badan usaha menyelenggarakan sistem akuntansi yang
menghasilkan laporan keuangan, minimal terdiri dari neraca dan laporan rugi
laba. Neraca sebuah bank dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu aktiva dan
pasiva. Selanjutnya pasiva sebuah bank terdiri dari utang dan modal.
Pengertian lain neraca adalah laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan perusahaan dalam suatu tanggal tertentu atau a
moment of time, atau sering juga disebut per tanggal tertentu misalnya per
tanggal 31 Desember 2013. Posisi
yang digambarkan adalah posisi harta (kekayaan), hutang (kewajiban) dan modal.
Isi/elemen neraca bank
Harta
Asset kekayaan atau sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan dan diharapkan akan
memberikan manfaat dimasa yang akan datang.
Menurut FASB
(1985) memberikan definisi sebagai berikut:
“asset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu”.
“asset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu”.
Pengakuan
dan Penilaian Aktiva Prinsip yang
berlaku sekarang dalam pengakuan dan penilaian aktiva sesuai dengan yang
digariskan APB adalah sebagai berikut. “Pencatatan
aktiva berdasarkan pada kejadian kapan perusahaan mendapatkan kekayaan atau
aktiva itu dari pihak lain sedangkan kewajiban kapan muncul kepada pihak lain.
Penilaian keduanya didasarkan pada nilai tukar, nilai pengorbanan pada
pengalihan terjadi.
Kewajiban / Hutang (Liabilities)
Menurut FASB
kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis
dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk
masa yang akan datang sebagai akibat dari suatu transaksi atau kejadian ekonomi
yang sudah terjadi.
Laporan Rugi/Laba Bank
Income
Statement merupakan laporan yang menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya
suatu perusahaan pada periode tertentu.
2. Inflasi dan
Kurs
Beberapa
pengertian inflasi yang penulis kutip dari berbagai sumber, diantaranya adalah:
1.
Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang
secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflai adlah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukkan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan,
dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Penyusutan inflasi uang di dalam
negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai
tukar mata uang terhadap mata uang negara-negara lain dimana tingkat inflasi
yang lebih rendah.
2.
Menurut Wikipedia, inflation is a rise in the general
level of prices of goods and services in an economy over a period of time.
3.
Menurut Investopedia, the rate at which the general
level of prices for goods and services is rising, and, subsequently, purchasing
power is falling. Bank Indonesia dan Inflasi serta Kurs Rupiah.
Kurs Nilai Tukar Mata Uang Asing yang lainnya disebut kurs. Menurut Paul R
Krugman dan Maurice (1994:73) adalah harga sebuah mata uang dari suatu Negara
yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Menurut Nopirin (1996:163)
kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapat
perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut.
Bank
Indonesia dan Inflasi serta Kurs Rupiah
Di Indonesia, fungsi bank sentral
dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Peran dan tugas Bank Indonesia sebagai bank
sentral telah mengalami evolusi yang cukup panjang dari semula sebagai bank
sirkulasi, kemudian pernah menjadi agen pembangunan dari pemerintah, dan
terakhir sejak tahun 1999 telah menjadi lembaga yang independen dengan tujuan
tunggal yaitu mencapai kestabilan nilai Rupiah.
Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004
tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
(Pasal 7). Amanat
ini memberikan kejelasan peran bank sentral dalam perekonomian, sehingga dalam
pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia dapat lebih fokus dalam pencapaian
"single objective"-nya.
Kestabilan nilai Rupiah mempunyai
dua dimensi yaitu kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa (disebut
dengan inflasi) dan kestabilan nilai Rupiah terhadap mata uang Negara lain
(disebut dengan nilai tukar atau kurs Rupiah). Dalam sistem nilai tukar
mengambang yang dianut saat ini, nilai tukar Rupiah ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran di valuta asing, dan karenanya Bank Indonesia tidak
menargetkan atau berupaya untuk mengarahkan perkembangan nilai tukar Rupiah
pada tingkat tertentu. Untuk itu, sasaran akhir Bank Indonesia lebih diarahkan
pada pencapaian laju inflasi yang rendah sesuai dengan kondisi perekonomian
nasional. Namun demikian, walaupun sasaran akhir kebijakan moneter lebih
diarahkan pada pengendalian laju inflasi, Bank Indonesia tidak akan membiarkan
perkembangan nilai tukar Rupiah di pasar bergerak secara bergejolak dan
menimbulkan ketidakpastian, oleh karena itu Bank Indonesia tetap menempuh
langkah-langkah yang diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah
Kestabilan nilai rupiah tercermin
dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi. Tingkat inflasi tercermin
dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi
inflasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu tekanan inflasi yang berasal dari sisi
permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam hal ini, BI hanya memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan. Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Karena itu,
untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil,
diperlukan adanya kerjasama dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik
pemerintah maupun swasta.
3. Suku Bunga
Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi arus modal
internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya modal asing. Salah satu pengaruh yang memiliki korelasi yang
sangat kuat mempengaruhi pergerakan harga-harga saham di bursa efek dan yang
paling sering terjadi adalah pengaruh fluktuasi tingkat suku bunga perbankan
atau suku bunga yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Hubungan pergerakan tingkat suku bunga dan saham
apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga saham-saham yang
diperdagangkan di bursa efek akan mengalami penurunan, maka harga-harga saham
naik karena para investor akan beralih berinvestasi kepada instrument perbankan
seperti deposito dan begitu juga sebaliknya dan para investor akan beralih ke
instrument saham.
Beberapa
pengertian tentang suku bunga, diantaranya adalah:
1.
Menurut
Miller, RL dan Vanhoose, mengatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana, dinilai
dalam uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga
adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.
2.
Menurut Djaslim Saladin, Konsep Dasar Ekonomi Dan
Lembaga, menguraikan pendapat David
Ricardo yang berpendapat bunga adalah jika memang banyak yang dapat dilakukan
dengan mengunakannya, banyak pula yang diberikan dengan mengunakannya.
Sedangkan Bohm Bawaer menganggap bahwa bunga
itu timbul karena orang lebih menyukai barang di masa datang, dan menganggap
bunga adalah diskonto yang harus dibayarkan. Bunga ditentukan oleh penyediaan
dan permintaan akan dana yang dipinjam.
3.
Menurut Manuharawati dan Rudianto Artiono dalam
Matematika Keuangan, bunga adalah suatu jasa yang berbentuk uang yang diberikan
oleh seorang peminjam atau pembeli terhadap orang yang meminjamkan modal atau
penjual atas persetujuan bersama.
4.
Menurut M. Farid M dalam tesisnya menguraikan bahwa dalam literatur ekonomi, yang dimaksud dengan suku bunga
adalah ‘harga’ yang terjadi dipasar uang modal. Harga disini adalah harga dari
penggunaan uang untuk jangka waktu yang ditentukan bersama.
5.
Menurut Nopirin dalam bukunya pengantar ilmu ekonomi
makro-mikro menguraikan bahwa dalam pengertian sempit, kaum klasik berpendapat
bahwa suku bunga merupakan hasil interaksi antara tabungan dan investasi.
Definisi kaum klasik tersebut hanya mencakup aktivitas fiskal. Berbeda dengan
pengertian suku bunga yang dikemukakan oleh John Maynard Keynes, bahwa suku
bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap uang.
4. Cadangan
Primer Dan Kredit
Cadangan primer adalah primary
reserve yaitu jumlah uang kas yang diperlukan untuk kebutuhan operasi bank
ditambah cadangan wajib yang harus disimpan di bank sentral/bank koresponden,
ditambah dengan cek yang belum ditagihkan ke bank; cadangan primer tidak dapat
digunakan untuk menutup penarikan deposito secara mendadak atau krisis
likuiditas sementara. Primary reserve diperlukan untuk memenuhi permintaan
efektif dari para nasabah yang muncul secara tiba-tiba. Bahasa teknis perbankan
dalam mewujudkan primary reserve ini adalah alat-alat yang dikuasai dan
tercermin pada pos-pos aktiva, berupa; saldo kas dan saldo rekening pada Bank
Indonesia. Cadangan primer merupakan garis pertahanan pertama sebuah bank jika
para deposan menarik dana mereka.
Menurut UU Perbankan No. 10
Tahun 1998, Kredit adalah ‘penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarka persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga’.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan penelitian yang
berlangsung maka akan diketahui apakah ada pengaruh yang ditimbulkan oleh nilai
tukar rupiah dan tingkat suku bunga terhadap cadangan primer dan kegiatan kredit
nasabah bank, lalu dengan diketahui pengaruhnya sehingga memungkinkan kemudahan
bagi pihak bank untuk dapat mengambil keputusan-keputusan yang dapat lebih meningkatkan
solvabilitas, mensejahterakan masyarakat pada umumnya.
2.4 Perumusan Hipotesa
Berdasarkan tinjauan
pustaka atau kerangka pemikiran diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan
hipotesis yang akan diuji kebenarannya, apakah hasil penelitian akan menerima
atau menolak hipotesis tersebut, sebagai berikut:
H01: Tidak
ada pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap cadangan
primer Bank Rakyat Indonesia.
H02: Tidak
ada pengaruh suku bunga riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang
terhadap cadangan primer Bank Rakyat Indonesia.
H03: Tidak
ada pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY terhadap kredit
untuk nasabah Bank Rakyat Indonesia.
H04: Tidak
ada pengaruh suku bunga riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang
terhadap kredit untuk nasabah Bank Rakyat Indonesia.
BAB III
M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian
yang peneliti lakukan adalah deskriptif yang memperoleh gambaran secara jelas tentang
pengaruh Nilai
Tukar Rupiah Dan Suku Bunga Riil Terhadap Cadangan Primer Dan Kredit Untuk Nasabah
Bank Rakyat Indonesia.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian
dalam penulisan ini adalah Bank Rakyat Indonesia.
3.3 Periode Penelitian
Data yang digunakan merupakan data
triwulanan dari triwulan IV 2011 sampai dengan
triwulan IV 2013.
3.4 Definisi Operasional
Variabel dan Pengukurannya
Dalam penelitian
ini penulis menggunakan dua bentuk variable yaitu 6 variabel independen (bebas)
dan 2 variabel dependen (terikat), yaitu :
Tabel 3.1 Variabel
Penelitian
Dari tabel
diatas maka akan didapat model penelitian sebagai berikut:
a)
YCP = a + bXUSD + bXGBP + bXJPY + bXSBIN + bXSBAS +
bXSBIG + bXSBJP + ε
b)
b. YKUN = a + bXUSD + bXGBP + bXJPY + bXSBIN + bXSBAS
+ bXSBIG + bXSBJP + ε
3.5 Data
Penelitian
1.
Sumber Data
Data yang
diteliti diperoleh dari Laporan Tahunan Bank Indonesia (LTBI), laporan
triwulanan Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional (PEKKI)
Bank Indonesia, dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Neraca PT. BANK
RAKYAT INDONESIA (PERSERO), TBK.
2.
Jenis Data
a.
Aktiva Bank Rakyat Indonesia
Pos-pos pada
aktiva Bank Rakyat Indonesia merupakan variabel terikat dan dikelompokan
berdasarkan skala prioritas penggunaan dana, yaitu:
·
Cadangan primer, terdiri dari kas, penempatan pada
Bank Indonesia, giro pada bank lain, dan penempatan pada bank lain.
·
Cadangan sekunder, terdiri dari surat berharga yang
dimiliki, dan obligasi pemerintah.
·
Kredit untuk nasabah, terdiri dari kredit yang diberikan,
·
Investasi untuk pendapatan, terdiri dari penyertaan.
Dalam hal
penelitian ini, penulis hanya fokus kepada cadangan primer dan kredit untuk
nasabah.
b.
Kurs rupiah terhadap USD, GBP, dan JPY Kurs rupiah
terhadap USD, GBP, dan JPY merupakan variabel bebas. USD dan GDP merupakan
nilai tukar 1 mata uang Amerika Serikat dan Inggris terhadap rupiah, sedangkan
JPY merupakan nilai tukar 100 mata uang Jepang terhadap rupiah.
c.
Suku bunga dan inflasi di Indonesia, Amerika Serikat,
Inggris, dan Jepang. Suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral
masing-masing negara akan dikurangi dengan inflasi pada masing-masing negara
sehingga diperoleh suku bunga riil. Suku bunga riil di Indonesia, Amerika
Serikat, Inggris, dan Jepang merupakan variabel bebas.
3.
Tipe Data
Data yang diteliti merupakan data
sekunder yang dikumpulkan berupa data runtun waktu (time series). Data-data
tersebut diterbitkan secara berkala oleh Bank Indonesia dalam bentuk buletin
dan laporan triwulan atau tahunan, dengan demikian keabsahan data tersebut
merupakan tanggung jawab lembaga tersebut.
a.
Teknik Pengumpulan
Data
Untuk variable X penulis memperoleh
melalui data online yang terus di update pada waktu peneliti menguji data,
sedangkan untuk variabel Y penulis memperolehnya melalui data-data yang di
peroleh dari perusahaan secara dokumenter dan studi pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan
cara membaca literatur,
arsip dan buku-buku. (J. Supranto, 1999:47) dan penelitian terhadap laporan
yang telah dibuat untuk mempermudah penelitian penulis.
b.
Metode analisis data
1)
Teknik analisis
data
Teknik
analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
·
Analisis kualitatif, yaitu metode yang digunakan untuk
menganalisis data dengan
menjelaskan secara rinci tentang neraca
bank, inflasi dan kurs serta suku bunga. (S. Supranto, 1999)
· Analisis
Kuantitatif yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis data yang berhubungan dengan masalah
pengaruh Nilai Tukar Rupiah Dan Suku
Bunga Riil Terhadap Cadangan Primer Dan Kredit dengan cara
perhitungan matematis
dan angka-angka statistik. (J. Supranto, 1999)
Alat bantu yang digunakan
untuk mencari keterkaitan diantara variabel-variabel diatas
adalah peranti lunak atau software EViews 5.0 dan SPSS 16.0 for
windows. EViews dan SPSS merupakan peranti lunak atau software yang berbasis
windows yang digunakan untuk menganalisa data statistik agar dapat diolah,
ditampilkan, dan dimanipulasi sehingga dapat menyajikan suatu informasi sesuai
kehendak pengguna.
2)
Model Analisis
Analisis Regresi
Berganda
Analisis
ini digunakan untuk mengetahui besarnya variable independen terhadap variabel
dependen, dengan asumsi variabel yang lain konstan, dimana rumusnya: (Ghozali,
2005)
y
= a + b1x1 + b2x2
Keterangan
:
Y = Cadangan primer dan kredit
xl
=
nilai tukar rupiah
x2 = suku bunga riil
a
= Konstanta regresi
b1, b2 = Koefisien regresi
Model
analisis regresi berguna untuk mengestimasi parameter-parameter regresi untuk membantu menjawab hipotesis penelitian. Perhitungan estimasi parameter
regresi dan uji-uji statistik yang digunakan
dalam penelitian didukung dengan program SPSS for windows release 16.
Secara
statistik ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir aktual
dapat
diukur dari nilai statistik t, nilai
statistik F serta koefisien determinasinya. Suatu perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik
apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak
signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima.
Pengujian
hipotesis menggunakan analisis data panel (pooled data) yang bertujuan untuk
melihat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen serta kemampuan model dalam menjelaskan perilaku suku bunga dan nilai tukar rupiah.
Oleh karena itu pengujian dikelompokkan
menjadi:
a)
Uji Statistik t
Uji
t dilakukan untuk menguji signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat
secara individual, hal ini dilakukan
dengan
membandingkan t hitung dengan tabel pada
level of significant 5% dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
H0 : b1, b2 = 0 artinya tidak ada pengaruh
signifikan variabel independen terhadap variabel dependen atau apakah suatu variable nilai tukar rupiah dan
suku bunga riil bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap cadangan
primer dan kredit nasabah.
H0 : b1, b2 ≠ 0 artinya ada pengaruh
signifikan variabel independen terhadap variabel dependen atau apakah suatu variable nilai tukar rupiah dan suku bunga riil merupakan penjelas yang signifikan
terhadap cadangan primer dan kredit nasabah.
·
Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
·
Jika t hitung > t tabel maka H1
diterima dan H0
ditolak
b)
Uji Statistik F
Uji
F dilakukan untuk menguji signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen secara
bersama-sama.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan
F tabel pada level of significant 5% dengan kriteria pengujian sebagai berikut
:
H0 : b1 = b2 = … ßk = 0 artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen dengan variabel
dependen.
H0 : b1 ≠ b2 ≠… ßk = 0
artinya ada pengaruh yang signifikan
antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.
·
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
·
Jika F hitung > F tabel maka H1
diterima dan H0
ditolak
c)
Koefisien Determinasi
Tujuan
pengujian ini untuk menguji tingkat keeratan atau keterikatan antar variabel dependen dan
variabel independen yang bisa dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi
(adjusted R-square). Nilai
koefisien determinasi adalah
antara nol dan
satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan
keterikatannya dengan variabel dependen amat terbatas sedangkan nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali, 2005)
Kelemahan
mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan
satu variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan
Adjusted
R2.
a)
Uji Normalitas
Uji
Normalitas data yaitu melakukan pengujian terhadap data yang dimiliki untuk menguji normal
tidaknya sebaran data yang akan dianalisis,
dengan uji normalitas residual yaitu dengan menggunakan grafik dan Kolmogorov Smirnov. Jika
tingkat signifikansi > 0,05, maka
data adalah normal. (Ghozali, 2005: 36)
b)
Uji Asumsi Klasik
1.
Multikolinearitas
Multikolinearitas
diartikan sebagai adanya hubungan linear baik yang
pasti maupun yang mendekati pasti diantara variabel X, konsekuensi dan multikolinearitas
yaitu bila ada kolinearitas sempurna
diantara X, koefisien regresinya tak tentu dan kesalahan standarnya tak terhingga. Jika
kolinearitas tingkatnya tinggi tetapi
tidak
sempurna, penaksiran koefisien regresinya adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya
cenderung untuk besar. Sedang hasilnya
nilai populasi dan koefisien tidak dapat ditaksir dengan tepat. Multikolinearitas terjadi bila
nilai VIF (Variance Inflation Factor)
>
10 (Ghozali, 2005: 92).
2.
Uji Autokorelasi
Satu
asumsi penting dalam model regresi linier klasik ialah bahwa tidak ada autokorelasi, yaitu
korelasi antara anggota serangkaian
observasi
runtut waktu (data time series) dan data silang waktu (data crossection). Untuk
mendeteksi hal tersebut maka digunakan
Uji
statistik Durbin Watson (Ghozali, 2005: 96).
H0 : Tidak ada autokorelasi baik
positif maupun negatif
H1 : Ada autokorelasi baik positif
maupun negatif
Jika
dilakukan dengan pengujian tes hipotesis Durbin Watson adalah:
d
< dl = menolak H0
d
> 4 – dl = menolak H0
du
< d < 4 – du = menerima H0
dl
≤
d ≤ du
= pengujian tidak meyakinkan
4
– du ≤
d ≤
4 – dl= pengujian ragu-ragu
3. Uji
Heterokedastisitas
Tujuan
uji heteroskedastisitas adalah menguji sebuah model regresi apakah terjadi
ketidaksamaan varians dan residual dan
satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dan residual dan satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka
disebut
homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam
penelitian ini diuji dengan menggunakan
uji scatter plot. Apabila data menyebar dan tidak membentuk
suatu pola tertentu maka tidak terjadi
heteroskedastisitas
(Ghozali, 2005: 106).
D A F T A
R P U S T A K A
1.
http://ferdinandwisnu.wordpress.com/2013/03/17/pengertian-jenis-jenis-fungsi-laporan-keuangan-bank/
6.
Sutojo, Heru dan Van Horne Wachowicz, Jr, 1997 “Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan
Buku I”.
Jakarta: Salemba Empat.
7.
Fabozzi,
Frank J, Franco Modigliani dan Michael G. Freei, 1999 “Pasar Uang dan Lembaga
Keuangan”. Jakarta: Salemba Empat.
8.
Sutojo,
Siswanto, 1997 “Analisa Kredit Bank Umum, Konsep dan Teknik”. Jakarta: PT Ikrar
Mandiriabadi.
9.
http://www.scribd.com/doc/91107852/PENGERTIAN-KURS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar