BAB I
P E N D A H U L U A N
1.1 Latar Belakang
Ejaan
Yang Disempurnakan
(EYD)
adalah ejaan Bahasa Indonesia
yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 mei 1972,
sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada
masa itu, Tun
Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri.
Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang
telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan
Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16
Agustus 1972,
berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan
Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi
Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan
buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan”.
Pada
tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih
luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya
No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
Perbedaan-perbedaan
antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
·
‘tj’ menjadi ‘c’ :
tjutji → cuci
·
‘dj’ menjadi ‘j’ :
djarak → jarak
·
‘oe’ menjadi ‘u’ :
oemoem -> umum
·
‘j’ menjadi ‘y’ :
sajang → sayang
·
‘nj’ menjadi ‘ny’ :
njamuk → nyamuk
·
‘sj’ menjadi ‘sy’ :
sjarat → syarat
·
‘ch’ menjadi ‘kh’ :
achir → akhir
·
awalan ‘di-’ dan kata
depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di
sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli,
dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
di maksud dengan Pengertian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)?
2.
Apa sajakah
tanda baca dalam EYD?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2. Untuk mengetahui tanda baca dalam EYD.
BAB II
P E M B A H A S A N
2.1 Pengertian
EYD
Ejaan
Yang Disempurnakan
(EYD) adalah
ejaan Bahasa
Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972.
Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada
23
mei 1972,
sebuah pernyataan bersama telah
ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada
masa itu, Tun
Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri.
Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang
telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan
Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16
Agustus 1972,
berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan
Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi
Bersama (ERB).
2.2 Tanda Baca dalam EYD
2.2.1
Tanda
Titik (.)
1.
Tanda titik dipakai pada
akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
Contoh: Saya suka makan nasi. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2.
Tanda titik dipakai pada
akhir singkatan nama orang. Contoh: Irwan S. Gatot & George W. Bush,
Apabila dua nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contoh:
Anthony Tumiwa
3.
Tanda titik dipakai pada
akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh:
·
Dr. (doktor)
·
S.E. (sarjana ekonomi)
·
Kol. (kolonel)
·
Bpk. (bapak)
4.
Tanda titik dipakai pada
singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang
terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Contoh:
·
dll. (dan lain-lain)
·
dsb. (dan sebagainya)
·
tgl. (tanggal)
·
hlm. (halaman)
5.
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka
waktu. Contoh:
·
Pukul 7.10.12 (pukul 7
lewat 10 menit 12 detik)
·
0.20.30 jam (20 menit,
30 detik)
6.
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Contoh: Kota kecil itu
berpenduduk 51.156 orang.
7.
Tanda titik tidak
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah. Contoh:
·
Nama Ivan terdapat pada
halaman 1210 dan dicetak tebal.
·
Nomor Giro 033983 telah
saya berikan kepada Mamat.
8.
Tanda titik tidak dipakai
dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah
diterima oleh masyarakat. Contoh:
·
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
·
SMA (Sekolah Menengah
Atas)
·
PT (Perseroan Terbatas)
·
WHO (World Health
Organization)
·
UUD (Undang-Undang
Dasar)
·
SIM (Surat Izin
Mengemudi)
·
Bappenas (Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional)
·
Rapim (rapat pimpinan)
9.
Tanda titik tidak
dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang. contoh:
·
Cu (tembaga)
·
52 cm
·
l (liter)
·
Rp. 350,000
10. Tanda titik
tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. contoh:
·
Latar Belakang
Pembentukan
·
Sistem Acara
·
Lihat Pula
2.2.2
Tanda Koma (,)
1.
Tanda koma dipakai di
antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Contoh: Saya
menjual baju, celana, dan topi. Contoh: penggunaan yang salah: Saya membeli
udang, kepiting dan ikan.
2.
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang
didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. Contoh: Saya
bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3.
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mendahului induk kalimatnya. Contoh:
·
Kalau hari hujan, saya
tidak akan datang.
·
Karena sibuk, ia lupa
akan janjinya.
4.
Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Contoh: Saya tidak akan datang kalau
hari hujan.
5.
Tanda koma dipakai di
belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi. Contoh:
·
Oleh karena itu, kamu
harus datang.
·
Jadi, saya tidak jadi
datang.
6.
Tanda koma dipakai di belakang
kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
·
O, begitu.
·
Wah, bukan main.
7.
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: Kata adik,
“Saya sedih sekali”.
8.
Tanda koma dipakai di
antaranya: 1) nama dan alamat, 2) bagian-bagian alamat, 3) tempat dan tanggal,
dan 4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh:
·
Medan, 18 Juni 1984
·
Medan, Indonesia.
9.
Tanda koma dipakai untuk
menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh:
Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT
Wikipedia Indonesia.
10. Tanda koma
dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
11. Tanda koma
dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Contoh: Rinto
Jiang, S.E.
12. Tanda koma
dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka. Contoh:
·
33,5 m
·
Rp10,50
13. Tanda koma
dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
14. Tanda koma dipakai untuk
menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
15. Tanda koma
tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru. contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya Stepheen.
2.2.3
Tanda
Titik Koma (;)
1.
Tanda titik koma
dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2.
Tanda titik koma
dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: Ayah mengurus tanamannya di
kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
2.2.4
Tanda
Titik Dua (:)
1.
Tanda titik dua dipakai
pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
·
Kita sekarang
memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
·
Fakultas itu mempunyai
dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
2.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh:
·
Ketua: Borgx
·
Wakil Ketua: Hayabuse
·
Sekretaris: Ivan Lanin
·
Wakil Sekretaris :
Irwan Gatot
·
Bendahara : Rinto Jiang
·
Wakil bendahara : Rex
3.
Tanda titik dua
dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh: Borgx : “Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!”
Rex : “Siap, Boss!”
Rex : “Siap, Boss!”
4.
Tanda titik dua
dipakai yaitu: 1) di antara jilid atau nomor dan halaman, 2) di antara bab dan
ayat dalam kitab-kitab suci, atau 3) di antara judul dan anak judul suatu
karangan. Contoh:
·
Tempo, I (1971), 34:7
·
Surah Yasin:9
·
Karangan Ali
Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
5.
Tanda titik dua
tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan. Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
2.2.5
Tanda
Hubung (-)
1. Tanda hubung
menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan. Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada
tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
2. Tanda hubung
menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Contoh:
·
p-e-n-g-u-r-u-s
·
8-4-1973
3. Tanda hubung
dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan. Bandingkan:
·
ber-evolusi dengan
be-revolusi
·
dua puluh lima-ribuan
(20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
·
Istri-perwira yang
ramah dengan istri perwira-yang ramah
4. Tanda hubung
dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka
dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau
kata, dan (e) nama jabatan rangkap. Contoh:
·
se-Indonesia
·
hadiah ke-2
·
tahun 50-an
·
ber-SMA
·
KTP-nya nomor 11111
·
Menteri-Sekretaris
Negara
5. Tanda hubung dipakai
untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Contoh:
·
di-charter
·
pen-tackle-an
2.2.6
Tanda
Pisah (–, —)
1.
Tanda pisah em (—)
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di
luar bangun kalimat. Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi
Wikipedia terbesar.
2.
Tanda pisah em (—)
menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih tegas. Contoh: Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3.
Tanda pisah en (–)
dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di
antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’. Contoh:
·
1919–1921
·
Medan–Jakarta
·
10–13 Desember 1999
4.
Tanda pisah en
(–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara,
atau bersama tanda kurang (−). Contoh:
·
dari halaman 45 sampai
65, bukan dari halaman 45–65
·
antara tahun 1492 dan
1499, bukan antara tahun 1492–1499
·
−4 sampai −6 °C, bukan
−4–−6 °C
2.2.7
Tanda
Elipsis (…)
1.
Tanda elipsis
dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah
drama. Contoh: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2.
Tanda elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan,
misalnya dalam kutipan langsung. Contoh: Sebab-sebab kemerosotan … akan
diteliti lebih lanjut. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat,
perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan
satu untuk menandai akhir kalimat. Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus
digunakan dengan hati-hati ….
2.2.8
Tanda
Tanya (?)
1. Tanda tanya
dipakai pada akhir tanya.Contoh:
·
Kapan ia berangkat?
·
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di
dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh:
·
Ia dilahirkan pada
tahun 1683 (?).
·
Uangnya sebanyak 10
juta rupiah (?) hilang.
2.2.9
Tanda
Seru (!)
1. Tanda seru
dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
·
Alangkah mengerikannya
peristiwa itu!
·
Bersihkan meja itu
sekarang juga!
·
Sampai hati ia membuang
anaknya!
·
Merdeka!
Oleh
karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan
ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam
kutipan atau transkripsi drama.
2.2.10
Tanda
Kurung ((…))
1. Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian
dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2. Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan. Contoh:
·
Satelit Palapa
(pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit
domestik di Indonesia.
·
Pertumbuhan penjualan
tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran
dalam negeri.
3. Tanda kurung
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
·
Kata cocaine
diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadikokain(a)
·
Pembalap itu berasal
dari (kota) Medan.
4. Tanda kurung mengapit
angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Contoh: Bauran
Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (d)
promosi.
Hindari
penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda
kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya. Contoh:
·
Tidak tepat: Nikifor
Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan
seorang pemimpin Ukraina.
·
Tepat: Nikifor
Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan
seorang pemimpin Ukraina.
·
Tepat: Nikifor
Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal
sebagai Matviy Hryhoriyiv.
2.2.11
Tanda
Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
2.2.12
Tanda
Petik (“…”)
1. Tanda petik
mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lain. Contoh:
·
“Saya belum siap,” kata
Mira, “tunggu sebentar!”
·
Pasal 36 UUD 1945
berbunyi, “Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.”
2. Tanda petik mengapit
judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Contoh:
·
Bacalah “Bola Lampu”
dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
·
Karangan Andi Hakim
Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan
dalam Tempo.
·
Sajak “Berdiri Aku”
terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
·
Pekerjaan itu
dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
·
Ia bercelana panjang
yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4. Tanda petik penutup
mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Contoh: Kata Tono, “Saya
juga minta satu.”
5. Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata
atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat. Contoh:
·
Karena warna kulitnya,
Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
·
Bang Komar sering
disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
2.2.13
Tanda
Petik Tunggal (‘…’)
1. Tanda petik tunggal
mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh:
·
Tanya Basri, “Kau
dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
·
“Waktu kubuka pintu
depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap
seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal
mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: feed-back, ‘balikan’
2.2.14
Tanda
Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring
dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh:
·
No. 7/PK/1973
·
Jalan Kramat III/10
·
tahun anggaran
1985/1986
2. Tanda garis miring
dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau
sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika. Contoh:
·
harganya
Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
·
kecepatannya 20 m/s
(kecepatannya 20 meter per detik)
·
7/8 atau 7⁄8
·
xn/n!
3. Tanda garis miring
sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar
dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .
Contoh: 10
÷ 2 = 5.
Di
dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi
dapat dipakai.
Contoh: .
4. Tanda garis miring
sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
2.2.15 Tanda
Penyingkat (Apostrof)(‘)
1. Tanda penyingkat
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Contoh:
·
Ali ‘kan kusurati.
(‘kan = akan)
·
Malam ‘lah tiba. (‘lah
= telah)
·
1 Januari ’88 (’88 =
1988)
BAB III
P E N U T U
P
3.1 Kesimpulan
Dari kesimpulan diatas penulis menyimpulkan bahwa,
EYD adalah Ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972, yang telah
disepakati oleh Negara Indonesia dan Malaysia. EYD berisi tentang Ejaan yang
telah disempurnakan dari Ejaan yang sebelumnya dan tanda baca dalam bahasa
Indonesia. EYD digunakan dalam
keseharian hidup kita dalam berbicara sehingga EYD sangat diharapkan bisa menjadikan
bahasa Indonesia sebagai bhasa nasional yang sangat bagus.
3.2 Saran
Saran yang bisa digunakan adalah menerapkan EYD
dimanapun kita berada agar bisa menciptakan bangsa yang sangat mencintai bahasa
nasionalnya sendiri dan bisa mengenalkan kepada dunia bahwa bahasa Indonesia
sangat bagus. Semoga generasi kita bisa memajukan bangsa indonesia dengan berbahasa
yang baik dan benar sesuai dengan EYD.
D A F T A R P U S T A K
A
2. Keranggan.blogspot.com/2009/12/ejaan-yang-disempurnakan-eyd..html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar