Kamis, 26 November 2015

aspek teknik/operasional dan teknologi



B A B I  P E N D A H U L U A N

1.1  Latar Belakang
Setelah melakukan analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran, dan suatu bisnis dinyatakan layak, maka tahap berikutnya adalah melakukan analisis teknik atau operasional dan teknologi. Artinya, apakah dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi operasional bisnis secara teknis dapat dilaksanakan, demikian juga dengan aspek teknologi yang digunakan. Penilaian terhadap aspek ini penting dilaksanakan sebelum bisnis dijalankan, karena akan sangat terkait dengan teknik/operasional, sehingga akan berakibat fatal di kemudian hari jika tidak dilakukan analisis.
Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan analisis dalam aspek ini diantaranya adalah penentuan lokasi, penentuan lokasi produksi, penentuan tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi, metode persediaan, dan sistem informasi manajemen. Kelengkapan kajian aspek teknik/operasional sangat tergantung pada jenis usaha yang dijalankan. Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketetapan lokasi, luas produksi dan tata letak (layout) serta kesiapan mesin-mesin dan teknologi, metode persediaan serta sistem informasi manajemen yang akan digunakan.
Menurut Schroeder (1994), secara umum istilah operasi mengacu pada kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa dan menjadi fungsi inti dari setiap perusahaan. Dalam praktiknya, fungsi operasi diperlukan sama dengan fungsi lainnya, seperti fungsi keuangan dan pemasaran. Dalam sistem operasi terdapat masukan (input) yang berupa energi, material, tenaga kerja, modal dan informasi. Semua masukan ini diubah menjadi barang dan/atau jasa melalui teknologi proses, yaitu metode tertentu yang digunakan untuk melakukan transformasi. Perubahan pada teknologi akan mengubah cara suatu masukan (input) digunakan terhadap lainnya, dan tentu dapat pula mengubah produk (output) yang dihasilkan.
Jenis masukan yang digunakan dalam suatu perusahaan/industri dengan perusahaan/industri yang lain tentu berbeda. Operasi pada industri sepeda motor memerlukan masukan berupa modal dan energi untuk mesin-mesinnya, fasilitas dan peralatan, tenaga kerja untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan serta material yang akan dikonversikan dari bahan baku menjadi bahan jadi. Sedangkan operasi pada industri jasa kapal pesiar memerlukan masukan berupa modal untuk penyediaan kapal pesiar dan fasilitasnya, tenaga kerja yang sangat terlatih (untuk nahkoda kapal dan tenaga pemeliharaan kapal), tenaga kerja biasa, dan sejumlah besar energi lainnya.
Sistem operasi yang disandarkan pada kendali syari’ah akan memastikan berjalannya proses transformasi (konversi) yang amanah. Di samping jaminan halal atas segala masukan yang digunakan serta semua keluaran yang dihasilkan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja analisis yang digunakan dalam aspek teknik/operasional dan teknologi dan pengertiannya?
2.      Dan risiko apa yang dihadapi dalam aspek teknik/operasional dan teknologi?

1.3  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui analisis yang digunakan dalam aspek teknik/operasional dan teknologi dan pengertiannya.
2.      Untuk mengetahui risiko yang dihadapi dalam aspek teknik/operasional dan teknologi.



B A B II  P E M B A H A S A N

2.1  PENENTUAN LOKASI
Penentuan lokasi sangat penting karena apabila perusahaan salah dalam menentukan lokasi yang dipilih akan mengakibatkan terjadinya peningkatan biaya yang harus dikeluarkan. Harga produk yang akan dipasarkan nantinya juga sangat tergantung pada lokasi pabrik yang dipilih, karena harga pasar akan terpengaruh dengan jarak lokasi pabrik dengan pasar. Selanjutnya akan sangat terkait dengan kemampuan bersaing barang yang diproduksi yang nantinya akan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Penentuan lokasi yang tepat akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, baik dari sisi finansial maupun non financial, misalnya: dapat memberikan pelayanan kepada konsumen dengan lebih memuaskan, kemudahan untuk memperoleh tenaga kerja yang diinginkan baik secara kuantitas maupun kualifikasinya, memudahkan dalam memperoleh bahan baku atau bahan lainnya dalam jumlah yang diinginkan dalam jangka waktu yang sudah diperhitungan, kemudahan dalam memperluas lokasi usaha, karena sejak awal sudah dipertimbangkan kebutuhan lahan yang dibutuhkan, mempunyai proyek nilai ekonomis yang tinggi di masa yang akan datang, meminimalisasi konflik terutama dengan masyarakat setempat, serta adanya dukungan pemerintah terhadap usaha yang akan dijalankan.
Untuk memilih lokasi tergantung dari jenis usaha yang dijalankan. Untuk mempertimbangkan lokasi yang dipilih harus disesuaikan dengan keperluan usaha, misalnya untuk lokasi pabrik, lokasi kantor pusat, lokasi kantor pemasaran, lokasi gudang, dan lainnya. Sebenarnya terdapat beberapa pertimbangan yang harus diketahui dalam penentuan lokasi, namun pada garis besarnya terdapat 2 pendekatan sebagai berikut:
1.      Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan bahan baku (raw material approximity approach).
Pendekatan penentuan lokasi ini didasarkan kepada bahwa sebaiknya lokasi perusahaan ditentukan di daerah bahan baku. Dengan demikian biaya angkut bahan baku dari sumbernya ke pabrik seefisien mungkin. Jadi, pertimbangannya adalah biaya angkut bahan baku yang semurah mungkin. Beberapa contoh pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a.       Perusahaan semen sebaiknya ditempatkan di daerah gunung kapur/bahan semen. Itulah sebabnya mengapa pabrik semen didirikan di daerah Gresik dan Tuban karena daerah tersebut merupakan daerah gunung kapur.
b.      Perusahaan pengolahan minyak harus terletak di kawasan yang terdapat tambang minyak, misalnya daerah Cepu, Jawa Tengah.
c.       Perusahaan air minum kemasan sebaiknya ditempatkan pada daerah yang banyak terdapat sumber air yang memadahi, misalnya di daerah Tretes Pandaan Pasuruan.
2.      Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan daerah pemasaran (Market Approximity Approach).
Berdasarkan pendekatan ini, maka perusahaan harus ditempatkan di daerah pemasaran. Pertimbangannya adalah efesiensi pengangkutan hasil produksi dari pabrik ke daerah pemasaran.
Beberapa contoh pendekatan ini di antaranya adalah:
a.       Perusahaan atau pabrik televisi/radio/video dan kaset recorder  hendaknya ditempatkan di daerah pemasaran. Misalnya, beberapa perusahaan perakitan TV, radio, komputer umumnya berada di kota-kota besar bukan di daerah pedalaman.
b.      Perusahaan obat-obatan banyak terletak di daerah perkotaan.
c.       Perusahaan konveksi banyak di daerah pemasaran lainnya.
Meskipun secara umum penentuan lokasi bisnis berdasarkan kedua pendekatan tersebut, namun terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi yang nantinya akan dianalisis untuk mencapai keputusan akhir di mana lokasi akan dipilih. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1.      Faktor primer
Pertimbangan utama faktor primer dalam menentukan lokasi pabrik antara lain:
a.       Kedekatan dengan pasar sasaran atau konsumen potensial di mana tempat produk akan dijual.
b.      Kedekatan dengan sumber (ketersediaan) bahan baku utama.
c.       Ketersediaan tenaga kerja, baik dari sisi kuantitas maupun kualifikasi yang dibutuhkan.
d.      Ketesediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadahi yang dapat memperlancar pengadaan bahan baku dan memasarkan hasil produksi, misalnya jalan raya, jembatan, pelabuhan laut, bandar udara, kereta api dan lainnya.
e.       Ketersediaan sarana listrik, sumber air, telekomunikasi untuk memperlancar kegiatan produksi agar tidak terganggu.
f.       Sikap masyarakat setempat yang dapat mempengaruhi aktivitas usaha baik positif maupun negatif.
2.      Faktor sekunder
Beberapa faktor sekunder yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pabrik adalah:
a.       Kondisi iklim, kelembapan, curah hujan dan tanah, misalnya untuk jenis usaha di bidang agrobisnis harus dapat memilih iklim yang sejuk dan kondisi tanah yang subur.
b.      Strategi kebijakan pemerintah terutama pemerintah daerah setempat yang dapat mendukung atau menghambat usaha yang akan dijalankan serta kebijakan arah pembangunan yang akan dijalankan. Misalnya, masalah peraturan perpajakan, peraturan ketenagakerjaan, peraturan ijin usaha, insentif, dan lainnya.
c.       Kemungkinan perluasan pengembangan perusahaan dan rencana masa depan perusahaan.
d.      Sikap masyarakat setempat yang dapat mempengaruhi aktivitas usaha baik positif maupun negatif, misalnya adat istiadat, budaya, agama, keamanan, dan lainnya.
e.       Biaya untuk investasi dan eksplorasi misalnya pengadaan tanah dan pembangunan gedung.
METODE PENILAIAN PEMILIHAN LOKASI
1.      Metode Penilaian Kualitatif Subyektif
Dalam metode semua faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi proyek akan diberikan penilaian sesuasi dengan situasi dan kondisi masing-masing alternatif daerah yang akan dipilih. Faktor-faktor tersebut dinilai dengan kategori “Skala Likert” dan diberikan skor. Misal: kategori sangat baik (A), baik (B), cukup (C), kurang sekali (E), masing-masing diberi skor 5,4,3,2, dan 1.
Berdasarkan metode penilaian kualitatif subyektif maka lokasi yang mempunyai skor tertinggi yang dipilih yaitu Kota Malang dengan skor 34.
Disamping dengan penilaian diatas, terdapat cara lain yang bisa digunakan dalam metode penilaian kualitatif subyektif, yaitu dengan cara memberikan pembobotan dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
Setelah dilakukan pembobotan untuk variabel iklim dan kondisi tanah dan kebijakan pemerintah ranking tertinggi yang dipilih yaitu Kota Malang.
2.      Metode Perbandingan Biaya
Metode ini membedakan biaya dalam biaya tetap dan biaya variabel untuk membantu pemilihan alternative lokasi. Dengan metode ini akan dapat disusun hubungan antara masing-masing alternative lokasi antar biaya yang ditanggung oleh masing-masing lokasi tersebut dengan volume produksi yang diinginkan. Metode in selain mempertimbangkan biaya tetap dan biaya variabel, juga mempertimbangkan kapasitas produk yang akan dihasilkan, yang nantinya akan sangat menentukan hasil akhir dari penentuan lokasi yang dipilih.
Dari hasil analisis dengan menggunakan perbandingan biaya, maka yang dipilih adalah lokasi dengan biaya termurah, untuk kapasitas produksi 4000 unit lokasi yang dipilih adalah Gresik, untuk kapasitas 5000 unit pilihannya adalah sama untuk keempat kota tersebut, sedangkan untuk kapasitas 6000 unit lokasi dengan biaya termurah adalah Malang.
3.      Metode Transportasi
Dengan teknik “trial and error” dan menggunakan aturan tertentu akan dapat mengetahui pada lokasi mana tercapai minimalisasi biaya. Metode ini terutama digunkaan bila peruashaan telah memiliki beberapa pabrik dan beberapa gudang yang dimaksudkan untuk menambah kapasitas satu pabriknya, atau relokasi pelayanan dari setiap pabrik atau penambahan pabrik/gudang baru.

2.2  PENENTUAN LUAS PRODUKSI/SKALA OPERASI
Skala operasi/luas produksi adalah kuantitas unit produk yang seharusnya dihasilkan pada satu periode tertentu dalam rangka mencapai optimalisasi profit. Penentuan skala produksi berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas produksi dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisisen. Skala operasi dapat dilihat dari segi ekonomis, yaitu yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien dan segi teknis yang diliihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatan serta persyaratan teknis lainnya.
Dalam industri manufaktur, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan skala operasi, antara lain:
a.       Kemungkinan perkembangan pangsa pasar yang dapat diraih.
b.      Kapasitas mesin serta peralatan yang dimiliki.
c.       Kuantitas-kualitas SDM dalam proses produksi.
d.      Kemampuan keuangan perusahaan.
e.       Kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
f.       Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya juga berperan dalam perencanaan skala operasi.
METODE UNTUK MENENTUKAN LUAS PRODUKSI/SKALA OPERASI
Beberapa model/alat untuk membantu menganalisis luas produksi antara lain:
1.      Metode Break Event Point (BEP)
Formula:
Q =                 keterangan:
                                          Q    : Quantity
                                          FC  : Fixed Cost
                                          VC : Variabel Cost
                                          S     : Sales
Contoh: PT. Bintang Kejora ingin merencanakan luas produksi untuk produksi perdananya, dengan data sebagai berikut:
·         Biaya tetap                                    Rp. 800.000.000,00
·         Biaya variabel per unit                              40.000
·         Harga jual per unit                                    200.000
Q =  = 5000 unit

Dari perhitungan di atas maka PT. Bintang Kejora akan memperoleh keuntungan dengan memproduksi 5000 unit ke atas.
2.      Metode Marginal Cost (MC) dan Marginal Revenue (MR)
Pada pendekatan ini luas produksi optimal tercapai pada saat maginal cost (MC) sama dengan marginal revenue (MR).
3.      Metode Linear Progamming
Metode grafik dan metode simple.

2.3  PENENTUAN TATA LETAK (LAYOUT)
Tata letak (layout) adalah suatu proses dalam menentukan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi atau operasi. Layout dirancang berkenaan dengan produk, proses, sumber daya manusia dan lokasi sehingga efisiensi operasi dapat tercapai. Tujuan penentuan layout adalah optimalisasi pengaturan fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi menjadi optimal.
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya penentuan layout:
1.      Memberikan ruang gerak yang memadahi untuk beraktivitas dan pemeliharaan.
2.      Efisiensi pemakaian ruangan.
3.      Biaya investasi dan produksi bisa dikurangi.
4.      Kelancaran aliran material.
5.      Efisiensi biaya pengangkutan material dan barang jadi.
6.      Kebutuhan persediaan yang rendah.
7.      Adanya kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang lebih baik.
MACAM-MACAM LAYOUT  PABRIK (Subargo, 2000)
1.      Layout  Garis
Layout garis juga disebut sebagai layout produk. artinya pengaturan letak mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik yang berdasarkan atas urut-uratan proses produksi dalam membuat suatu barang. Barang yang dikerjakan setiap hari selalu sama dan arus barang yang dikerjakan setiap hari juga selalu sama seolah-olah menyerupai garis sehingga dikatakan sebagai layout produk.
2.      Layout Fungsional
Layout fungsional ini juga sering disebut dengan layout proses, yaitu pengaturan tata letak fasilitas produksi di dalam pabrik berdasarkan atas fungi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi yang ada. Mesin atau fasilitas yang mempunyai kegunaan yang sama dikelompokkan dan diletakkan pada ruangan atau tempat yang sama. Layout ini biasanya digunakan untuk membuat barang yang bermacam-macam. Contohnya dari layout fungsional ini adalah pabrik yang mengerjakan berbagai macam barang-barang dari besi.
3.      Layout Kelompok
Layout  kelompok adalah suatu pengaturan letak fasilitas suatu pabrik berdasarkan atas kelompok barang yang dikerjakan. Biasanya pabrik yang menggunakan layout kelompok memeiliki produk yang bermacam-macam, tetapi garis besar urutan prosesnya dapat dibagi dalam beberapa kelompok yang sama. Untuk setiap kelompok produk dibuatkan layout tersendiri.
Contoh penggunaan layout ini adalah pada perusahaan pemroses kulit. Perusahaan ini menghasilkan sepatu, sandal, sepatu sandal baik untuk pria maupun wanita, berbagai dompet, tas, dan berbagai macam ikat pinggang. Proses untuk mengerjakan setiap barang tidak sama, tetapi pada dasarnya produk dapat dikelompokkan dalam beberapa marga atau kelompok produk yang garis besar urutan proses pembuatannya hampir sama, meskipun cara pengerjaan setiap barang secara rinci berbeda-beda.
Misalnya pembuatan kelompok sepatu mesti melalui bagian sol, bagian atas, bagian perakitan, dan finishing atau penyelesaian. Hanya cara pembuatan sol setiap macam dan model sepatu agak lain, meskipun garis besarnya sama. Demikian juga pembuatan bagian atas dan perakitannya.

4.      Layout dengan Posisi Tetap
Layout dengan posisi tetap adalah pengaturan fasilitas produksi dalam membuat barang dengan letak barang yang tetap atau tidak dipindah-pindah. Contoh, layout pembuatan jembatan, layout  pembangunan gedung, layout pembuatan jalan, dan layout penghijauan.
Kriteria untuk menilai layout pabrik:
a.       Adanya konsistensi dengan teknologi.
b.      Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari satu proses ke proses yang lain.
c.       Penggunaan ruangan optimal.
d.      Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuasian maupun ekspansi.
e.       Meminimalisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.
Untuk memperoleh layout yang baik maka perusahaan perlu menentukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Perusahaan Manufaktur
a.       Sifat produk yang dibuat dapat menentukan layout yang akan dibuat. Misalnya jika produk yang dibuat padat akan berbeda dengan produk yang bersifat cair atau gas. Jika sifat produk cair atau gas proses pengangkutannya dapat menggunakan pipa, berarti menghemat tempat. Jika produknya besar dan sulit dipindahkan maka digunakan layout dengan posisi tetap.
b.      Jenis proses produksi yang digunakan. Layout garis biasanya digunakan pada pabrik yang memiliki proses produksi continous atau memiliki line flow, sedangkan layout fungsional biasanya digunakan pada proses produksi intermittent.
c.       Jenis barang serta volume produksi barang yang dihasilkan. Apabila perusahaan menghasilkan bermacam-macam barang produk yang jumlah setiap jenis hanya sedikit, biasanya menggunakan layout fungsional. Akan tetapi jika produknya selalu sama setiap jenis banyak, sebaiknya menggunakan layout garis.
d.      Nilai investasi. Penentuan layout harus disesuaikan dengan modal yang tersedia, karena untuk membuat layout memerlukan investasi yang cukup besar.
e.       Keluwesan atau fleksibilitas. Fleksibel adalah jika terjadi perubahan macam barang yang dihasilkan atau terjadi penambahan kapasitas pabrik/penambahan mesin, maka letak mesin dan fasilitas-fasilitas pabrik mudah disesuaikan.
f.       Pengangkutan barang. Untuk layout agar dapat diusahakan dengan menggunakan conveyor  karena jalan yang dilalui barang selalu sama sehingga biaya pengangkutannya murah. Dalam layout fungsional biasanya selalu diusahakan mendekatkan tempat-tempat yang saling berhubungan atau banyak dilakukan pengangkutan barang.
g.      Aliran barang. Mesin-mesin sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga aliran barang yang dikerjakan tidak saling mengganggu.
h.      Efektivitas penggunaan ruangan. Penempatan mesin-mesin sebaiknya sedemikian rupa sehingga ruangan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dapat menghindari pemborosan ruangan. Jangan sampai ada ruangan yang menganggur, jangan pula meletakkan mesin terlalu jauh sehingga menghemat ruangan dan mengurangi pengangkutan dan peletakan mesin jangan terlalu rapat karena akan saling mengganggu.
i.        Lingkungan dan keselamatan kerja. Layout harus memprtimbangkan keselamatan kerja dan lingkungan kerja, jangan sampai keselamatan mesin membahayakan karyawan. Jadi mesin-mesin yang membahayakan sebaiknya diletakkan pada tempat yang jarang dilewati atau diberi pengaman yang cukup.
j.        Pemeliharaan. Peletakan mesin-mesin harus memungkinkan pelaksanaan pemeliharaan dengan mudah. Misalnya, selain untuk tempat mesin disediakan tempat pemeliharaan.
k.      Letak kamar kecil jangan terlalu jauh dari ruang kerja, sehingga tidak terlalu banyak waktu yang terbuang untuk perjalanan ke kamar kecil.
l.        Pengawasan. Sebaiknya mesin atau fasilitas produksi yang lain diletakkan sedemikian rupa sehingga memudahkan pengawasan.
2.      Kantor
a.       Nilai investasi. Penentuan layout harus disediakan dengan modal yang tersedia, karena untuk membuat layout memerlukan investasi yang cukup besar.
b.      Komunikasi. Peletakan fasilitas-fasilitas kantor hendaknya memudahkan untuk melakukan komunikasi.
c.       Fleksibilitas layout kantor kadang-kadang sangat diperlukan untuk kemudahan penggunaan dan menghindari kejenuhan.
d.      Struktur organisasi juga menentukan layout kantor karena dalam organisasi yang berbeda terdapat perbedaan jumlah macam dan jumlah bagian, seksi dan unit yang ada.
e.       Jenis lembaga juga menentukan layout yang digunakan. Misalnya, layout bank dengan di pemda berbeda. Pada bank antara karyawan satu dengan yang lainnya biasanya dipisahkan dengan pembatas kaca karena bank memerlukan ketelitian, pengawasn serta keamanan yang lebih ketat dibandingkan di pemda. Sedangkan di pemda biasanya bagian satu dengan lainnya terpisah.
3.      Gudang
a.       Nilai investasi. Penentuan layout harus disediakan dengan modal yang tersedia, karena untuk membuat layout memerlukan investasi yang cukup besar.
b.      Bongkar muat barang. Penempatan barang di dalam gudang harus membantu kegiatan bongkar muat barang. Jangan meletakkan barang di sembarang tempat agar tidak menggangu kegiatan bongkar muat barang yang lain.
c.       Fleksibilitas. Penempatan barang di gudang harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pengaturan kembali jika jumlah barang yang disimpan ditambah atau berubah macamnya. Misalnya, barang-barang yang keras dan kuat sebaiknya ditaruh di bagian bawah supaya dapat ditumpangi barang-barang yang kurang kuat.
d.      Lingkungan kerja. Agar tidak menganggu lingkungan kerja, penempatan barang dalam gudang harus terencana dengan baik. Misalnya, barang-barang yang beracun dan berbau menyengat dijauhkan dari kesibukan atau kantor gudang.
e.       Keselamatan barang yang disimpan juga harus dilindungi. Misalnya, barang-barang yang mudah kabur sebaiknya ditaruh di tempat aman yang jauh dari tiupan angin. Barang-barang yang jika berdekatan dapat menimbulkan reaksi kimia atau dapat menurunkan kualitas, sebaiknya dijauhkan.
4.      Toko
a.       Nilai investasi. Layout yang baik kadang-kadang harus didukung dengan dana yang banyak karena untuk tambahan rak, dekorasi dan sarana-sarana pengamanan.
b.      Daya tarik untuk pembeli. Took harus menarik bagi para pembeli sehingga layout harus diusahakan sedemikian rupa agar pembeli merasa senang dan nyaman. Misalnya pengaturan harus memudahkan pembeli dalam mencari barang yang dibutuhkan, peletakan beberapa macam barang dagangan yang biasnya dibeli bersamaan sebaiknya berdekatan supaya pembeli tidak usah modar-mandir, pengaturan barang dagangan menarik sehingga enak dipandang, penempatan kipas angin atau AC harus tepat agar pembeli tidak merasa kepanasan dalam toko, dan lainnya.
5.      Tata Letak (Layout) Bagi Industri Jasa
a.       Pertimbangan spesial. Aspek-aspek seperti warna, tekstur proporsi, simetri dan lainnya hendaknya dipertimbangkan, dikombinasikan, dan dikembangkan untuk memancing respons intelektual, maupun emosional dari para pemakai atau orang yang melihatnya.
b.      Perencanaan ruangan. Unsur ini mencakup interior dan arsitektur, seperti penempatan perabotan dan perlengkapannya dalam ruangan, desain aliran sirkulasi, dan lainnya.
c.       Perlengkapan/perabotan. Unsur ini memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai sesuatu yang menunjukkan status pemilik atau penggunanya.
d.      Tata cahaya. Unsur ini selain berfungsi sebagai penerang ruangan, hendaknya juga diperhatikan aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan di ruagan tersebut agar sesuai dengan persepsi penyedia jasa dan pelanggan mereka.
e.       Warna. Pemilihan warna dalam ruangan menjadi penting, karena dapat membangkitkan perasaan dan emosi bagi yang melihatnya.
f.       Pesan-pesan yang disampaikan secara grafis. Aspek yang penting dan saling terkait dalam unsur ini adalah penampilan visual, penempatan, pemilihan bentuk fisik, pemilihan warna, pencahayaan, dan pemilihan bentuk perwajahan lambing atau tanda yang digunakan untuk maksud tertentu (misalnya, penunjuk arah/tempat, keterangan/informasi, dan sebagainya).

2.4  PEMILIHAN TEKNOLOGI
Pemilihan teknologi yang akan digunakan dalam proses produksi baik untuk barang atau jasa hendaknya disesuaikan dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang. Dengan demikian, kemajuan teknologi diharapkan dapat menjadikan proses produksi akan menjadi lebih efisien yang sekaligus dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Teknologi yang digunakan selayaknya harus disesuaikan dengan lingkungan internal maupun eksternal perusahaan.
Tedapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar teknologi yang digunakan sesaui dengan derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, antara lain:
1.      Kesesuaian teknologi dengan bahan mentah yang digunakan.
2.      Keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain.
3.      Kemampuan sumber daya manusia dalam menerapkan/mengoperasikan teknologi.
4.      Kemampuan mengantisipasi perkembangan teknologi lanjutan.
5.      Besarnya biaya investasi serta biaya pemeliharaan.
6.      Peraturan pemerintah terkait dengan kebijakan ketenagakerjaan.
Kriteria Pemilihan Mesin dan Peralatan
Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan untuk memilih mesin dan peralatannya antara lain:
1.      Tersedianya pemasok. Untuk pengadaan mesin dan peralatan sebaiknya memilih yang sudah banya terdaftar di pasaran, artinya banyak pemasok yang menjual mesin dan peralatan tersebut. Disamping itu perlunya garansi dari mesin dan peralatan tersebut.
2.      Tersedianya suku cadang. Pengadaan mesin dan peralatan diusahakan harus tersedia suku cadangnya, hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan sewaktu-waktu memerlukan perbaikan dan penggantian komponen akibat adanya kerusakan.
3.      Kemampuan/kapasitas produksi. Kapasitas mesin dan peralatan hendaknya menyesuaikan dengan rencana penentuan skala produksi/operasi. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi “idle capacity” (kapasitas yang menganggur) yang dapat mengakibatkan beban biaya tetap yang tinggi dan tidak terjadi “full capacity” (kapasitas penuh) yang dapat mempercepat kerusakan mesin dan peralatan.
4.      Kualitas dan taksiran umur kegunaan. Pemilihan mesin dan peralatan diusahakan harus sesuai dengan kualitas yang disyaratkan agar tidak mudah rusak dan sering melakukan pergantian. Umur ekonomis mesin dan peralatan tersebut juga harus dipertimbangkan karena hal ini terkait dengan keberadaan proyek bisnis yang dijalankan.
2.5  MANAJEMEN PERSEDIAAN
Untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang meningkat secara signifikan, atau untuk mensuplai kekurangan bahan baku, maka diperlukan adanya persediaan barang yang memadahi. Ketidaklancaran persediaan barang akan mengurangi jumlah barang jadi yang dapat diproduksi. Jumlah persediaan barang hendaknya sesuai dengan kebutuhan, yakni jangan terlalu banyak dan terlalu sedikit. Untuk mengendalikan persediaan diperlukan adanya manajemen persediaan yang baik. Tujuan utama manajemen persediaan adalah mengendalikan persediaan agar dapat melayani kebutuhan persediaan akan bahan mentah/bahan jadi dari waktu ke waktu serta dapat meminimalkan total biaya operasi perusahaan.
Beberapa hal mengenai manajemen persediaan yang perlu dikaji dalam studi kelayakan bisnis antara lain:
1.      Penentuan jumlah order
Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah order setiap kali pemesanan. Salah satu model yang cukup sederhana adalah economic order quantity (EOQ), yaitu jumlah pemesanan yang paling ekonomis. Jumlah pembelian barang, misalnya bahan baku atau bahan pembantu, yang dapat meminimumkan jumlah biaya pemeliharaan barang di gudang dan biaya pemesanan setiap tahun. Model ini sangat mudah dan sederhana, namun berlakunya memerlukan asumsi-asumsi sebagai berikut:
a.       Jumlah kebutuhan dalam setahun dapat diperkirakan dan kebutuhan barang sepanjang tahun relatif stabil.
b.      Hanya ada dua macam biaya yang relevan, yaitu biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan barang.
c.       Biaya pemesanan untuk setiap kali pemesanan besarnya selalu sama, tidak terpengaruh oleh jumlah yang dipesan.
d.      Biaya pemeliharaan barang setiap unit setiap tahun selalu sama. Dengan kata lain biaya pemeliharaan barang ini bersifat variabel, tergantung jumlah barang yang disimpan dan lama waktu penimpanan.
e.       Usaha barang relatif lama, tidak cepat aus, busuk atau rusak.
f.       Harga barang setiap unit selalu sama (stabil)
g.      Tidak ada kendala atau batasan mengenai jumlah barang yang dapat dipesan.
2.      Safety stock
Safety stock adalah persediaan barang minimum untuk menghindari terjadinya kekurangan barang. Terjadinya kekurangan barang disebabkan antara lain karena kebutuhan barang selama pemesanan melebihi rata-rata kebutuhan barang, yang dapat terjadi karena kebutuhan setiap harinya selalu banyak atau karena jangka waktu pemesanannya terlalu panjang dibanding dengan kebiasaan. Kalau kita memiliki safety stock terlalu banyak akibatnya perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan yang terlalu mahal, teapi kalau safety stock-nya terlalu sedikit maka perusahaan akan menanggung biaya atau kerugian karena kekurangan barang. Oleh karena itu perusahaan harus biasa menentukan besarnya safety stock ini secara tepat. Terdapat beberapa modal yang dapat digunakan dalam menentukan safety stock ini diantaranya adalah model dengan expected value dan model dengan kurva normal.
3.      Inventory system
Inventory system adalah suatu cara untuk menentukan bagaimana dan kapan suatu pembelian dilakukan untuk mengisi persediaan barang. Pada dasarnya ada dua macam, yaitu:
a.       Sistem recorder point, yaitu pembelian dilakukan pada saat jumlah barang yang ada di dalam gudang tinggal sejumlah reorder point (titik pemesanan kembali) saja. Reorder point sama dengan jumlah barang yang dibutuhkan selama jangka waktu pemesanan barang (lead time) sampai barang datang.
b.      Sistem periodik, yaitu pembelian barang dilakukan secara periodik, setiap saat tertentu (seminggu sekali, sebulan sekali, dan lain-lain) dilihat berapa jumlah barang yang masih ada di gudang. Bedasarkan jumlah itu dihitung berapa jumlah yang harus dipesan agar jumlah persediaan mencapai jumlah maksimum persediaan yang telah ditetapkan.
4.      Material Requirement Planning (MRP)
Material requirement planning merupakan model yang lebih proaktif dibandingkan dengan EOQ yang bersifar reaktif. Pembelian barang yang dibutuhkan direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk membuat barang. Ada beberapa keuntungan digunakannya MRP, antara lain:
a.       Mengurangi kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan barang, karena kebutuhan bang didasakan atas rencana jumlah produksi.
b.      Menyajikan informasi untuk perencanan kapasitas pabrik.
c.       Akan selalu memperbaiki jumlah persediaan dan jumlah pemesanan material.

2.6  SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
 Secara umum manajemen operasi meliputi kegiatan yang berakitan untuk menghasilkan barang dan jasa dengan secara tepat, baik jenis, mutu, jumlah maupun waktunya, disertai dengan biaya yang minim. Dalam rangka memnuhi tugas manajemen operasi seperti disebutkan diatas. Sistem Informasi Manajemen (SIM) berperan untuk memnerikan informasi berbagai fasilitas operasi secara benar, lengkap, dan tepat waktu sehingga pimpinan perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang efektif dalam upaya melaksanakan operasi perusahaan. Ruang lingkup SIM di bidang operasi tidak hanya berkaitan dengan pengendalian persediaan (inventory control) dan pengendalian mutu (quality control), tetapi menyangkut berbagai aspek proses operasi.
Untuk mengorganisir antar bagian agar berkinerja secara efektif dan efisien, manajemen perlu menyiapkan system aplikasi pembantu (sofrware) computer.

2.7  RISIKO
Risiko yang akan dihadapi dalam sapek teknik/ operasi dan teknologi adalah sebagai berikut:
a.       Kesalahan menentukan lokasi, baik lokasi pabrik, kantor maupun gudang sehingga terjadi inefisiensi biaya.
b.      Kesalahan menata layout pabrik, kantor, gudang maupun toko sehingga kurang menarik bagi konsumen.
c.       Kesalahan memilih teknologi yang digunkan sehingga operasional perusahaan tidak optimal dancepat ketinggalan jaman.
d.      Risiko sistem informasi terutama terkait dengan komputerisasi (kerusakan data, kehilangan data karena adanya virus, kesalahan pemakai, kerusakan perangkat keras atau perangkat lunak, adanya hacker, dan lain-lain)
e.       Pemasok tidak memenuhi komitmen yang sudah mereka buat, misalnya komponen-komponen yang dibutuhkan ternyata terlambat dikirim ataupun ruask.
f.       Berkurangnya daya saing produk dengan produk sejenis di pasar, misalnya karena desain yang dibuat dengan teknologi yang sudah tertinggal.


B A B III  P E N U T U P

3.1  Kesimpulan
Kajian aspek dan teknologi menekankan pada analisis penilaian atas kelayakan proyek bisnis dar sisi teknik dan teknologi yang mencakup penentuan lokasi proyek dengan mempertimbangkan faktor-faktor primer dan faktor-faktor sekunder. Teknik analisis yang digunakan untuk menetukan kelayakannya dengan menggunakan metode kualitatif subyektif, metode perbandingan biaya, dan metode transportasi. Pemilihan mesin dan peralatan serta teknologi harus mempertimbangkan suku cadang, pemasok, kapasitas produksi, kemampuan SDM, dan kualitas yang disyaratkan. Penentuan layout  baik untuk perusahaan manufaktur maupun jasa. Penentuan skala operasi dengan menggunakan beberapa metode diantaranya break evemt point, marginal cost, dan  marginal revenue, dan linear programming. Manajemen persediaan terkait dengan penentuan jumlah order, safety stock, inventory system, dan material requirement planning. Sistem informasi manajenen terkait dengan system aplikasi pembantu (software) computer untuk mengorganisir antar bagian agar berkinerja secara efetif dan efisien. Dalam pandangan Islam, untuk menjalankan operasional perusahaan yang harus diperhatikan adalah kehalalan masukan berupa sumber daya yang diperlukan sehingga dapat menghasilkan keluaran yang halal pula.
Hasil analisis terhadap elemen-elemen diatas, akan berupa pernyataan apakah rencana proyek bisnis dinyatakan layak atau tidak. Jika dinyatakan layak, maka bisa dilanjutkan pada kajian aspek yang lain. Tetapi jika dinyatakan tidak layak, dapat dilakukan kajian ulang yang lebih realisitis dengan melakukan penyesuaian serta perbaikan yang memungkinkan kajian menjadi layak. Namun demikian, jika tidak munkin dilakukan perbaikan sebaiknya mencari alternatif bisnis yang lain.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFLASI: KURVA PHILLIPS

MODEL DINAMIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN AGREGRATE Seperti namanya, model baru ini menekankan sifat dinamis dari fluktuasi ekonomi sebagai &qu...