B A B I
P E N D A H U L U A N
1.1 Latar
Belakang
Setelah melakukan analisis terhadap
aspek pasar dan pemasaran, dan suatu bisnis dinyatakan layak, maka tahap
berikutnya adalah melakukan analisis teknik atau operasional dan teknologi.
Artinya, apakah dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi operasional
bisnis secara teknis dapat dilaksanakan, demikian juga dengan aspek teknologi
yang digunakan. Penilaian terhadap aspek ini penting dilaksanakan sebelum
bisnis dijalankan,
karena akan sangat terkait dengan teknik/operasional, sehingga akan berakibat fatal di kemudian
hari jika tidak dilakukan analisis.
Terdapat beberapa hal yang perlu
dilakukan analisis dalam aspek ini diantaranya adalah penentuan lokasi,
penentuan lokasi produksi, penentuan tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya
termasuk pemilihan teknologi, metode persediaan, dan sistem informasi
manajemen. Kelengkapan kajian aspek teknik/operasional sangat tergantung pada jenis usaha yang dijalankan.
Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk menilai kesiapan perusahaan dalam
menjalankan usahanya dengan menilai ketetapan lokasi, luas produksi dan tata
letak (layout) serta kesiapan
mesin-mesin dan teknologi, metode persediaan serta sistem informasi manajemen
yang akan digunakan.
Menurut
Schroeder (1994), secara umum istilah operasi mengacu pada kegiatan yang
menghasilkan barang atau jasa dan menjadi fungsi inti dari setiap perusahaan.
Dalam praktiknya, fungsi operasi diperlukan sama dengan fungsi lainnya, seperti
fungsi keuangan dan pemasaran. Dalam sistem operasi terdapat masukan (input) yang berupa energi, material,
tenaga kerja, modal dan informasi. Semua masukan ini diubah menjadi barang
dan/atau jasa melalui teknologi proses, yaitu metode tertentu yang digunakan untuk
melakukan transformasi. Perubahan pada teknologi akan mengubah cara suatu
masukan (input) digunakan terhadap
lainnya, dan tentu dapat pula mengubah produk (output) yang dihasilkan.
Jenis
masukan yang digunakan dalam suatu perusahaan/industri dengan perusahaan/industri
yang lain tentu berbeda. Operasi pada industri sepeda motor memerlukan masukan
berupa modal dan energi untuk mesin-mesinnya, fasilitas dan peralatan, tenaga
kerja untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan serta material yang akan
dikonversikan dari bahan baku menjadi bahan jadi. Sedangkan operasi pada industri
jasa kapal pesiar memerlukan masukan berupa modal untuk penyediaan kapal pesiar
dan fasilitasnya, tenaga kerja yang sangat terlatih (untuk nahkoda kapal dan
tenaga pemeliharaan kapal), tenaga kerja biasa, dan sejumlah besar energi
lainnya.
Sistem
operasi yang disandarkan pada kendali syari’ah akan memastikan berjalannya
proses transformasi (konversi) yang amanah. Di samping jaminan halal atas
segala masukan yang digunakan serta semua keluaran yang dihasilkan.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa saja analisis yang digunakan dalam aspek
teknik/operasional dan teknologi dan pengertiannya?
2.
Dan risiko apa yang dihadapi dalam aspek
teknik/operasional dan teknologi?
1.3 Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui analisis yang digunakan dalam aspek
teknik/operasional dan teknologi dan pengertiannya.
2.
Untuk mengetahui risiko yang dihadapi dalam aspek
teknik/operasional dan teknologi.
B A B II
P E M B A H A S A N
2.1 PENENTUAN
LOKASI
Penentuan
lokasi sangat penting karena apabila perusahaan salah dalam menentukan lokasi
yang dipilih akan mengakibatkan terjadinya peningkatan biaya yang harus
dikeluarkan. Harga produk yang akan dipasarkan nantinya juga sangat tergantung
pada lokasi pabrik yang dipilih, karena harga pasar akan terpengaruh dengan
jarak lokasi pabrik dengan pasar. Selanjutnya akan sangat terkait dengan
kemampuan bersaing barang yang diproduksi yang nantinya akan berpengaruh
terhadap laba perusahaan.
Penentuan
lokasi yang tepat akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, baik dari sisi finansial maupun non financial, misalnya: dapat memberikan pelayanan kepada konsumen
dengan lebih memuaskan, kemudahan untuk memperoleh tenaga kerja yang diinginkan
baik secara kuantitas maupun kualifikasinya, memudahkan dalam memperoleh bahan
baku atau bahan lainnya dalam jumlah yang diinginkan dalam jangka waktu yang
sudah diperhitungan, kemudahan dalam memperluas lokasi usaha, karena sejak awal
sudah dipertimbangkan kebutuhan lahan yang dibutuhkan, mempunyai proyek nilai
ekonomis yang tinggi di masa yang akan datang, meminimalisasi konflik terutama
dengan masyarakat setempat, serta adanya dukungan pemerintah terhadap usaha
yang akan dijalankan.
Untuk
memilih lokasi tergantung dari jenis usaha yang dijalankan. Untuk
mempertimbangkan lokasi yang dipilih harus disesuaikan dengan keperluan usaha,
misalnya untuk lokasi pabrik, lokasi kantor pusat, lokasi kantor pemasaran,
lokasi gudang, dan lainnya. Sebenarnya terdapat beberapa pertimbangan yang harus
diketahui dalam penentuan lokasi, namun pada garis besarnya terdapat 2
pendekatan sebagai berikut:
1.
Pendekatan
berdasarkan kedekatan dengan bahan baku (raw
material approximity approach).
Pendekatan penentuan lokasi ini didasarkan kepada
bahwa sebaiknya lokasi perusahaan ditentukan di daerah bahan baku. Dengan
demikian biaya angkut bahan baku dari sumbernya ke pabrik seefisien mungkin.
Jadi, pertimbangannya adalah biaya angkut bahan baku yang semurah mungkin.
Beberapa contoh pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a.
Perusahaan
semen sebaiknya ditempatkan di daerah gunung kapur/bahan semen. Itulah sebabnya
mengapa pabrik semen didirikan di daerah Gresik dan Tuban karena daerah
tersebut merupakan daerah gunung kapur.
b.
Perusahaan
pengolahan minyak harus terletak di kawasan yang terdapat tambang minyak,
misalnya daerah Cepu, Jawa Tengah.
c.
Perusahaan
air minum kemasan sebaiknya ditempatkan pada daerah yang banyak terdapat sumber
air yang memadahi, misalnya di daerah Tretes Pandaan Pasuruan.
2.
Pendekatan
berdasarkan kedekatan dengan daerah pemasaran (Market Approximity Approach).
Berdasarkan pendekatan ini, maka perusahaan harus
ditempatkan di daerah pemasaran. Pertimbangannya adalah efesiensi pengangkutan
hasil produksi dari pabrik ke daerah pemasaran.
Beberapa contoh pendekatan ini di antaranya adalah:
a.
Perusahaan
atau pabrik televisi/radio/video dan kaset recorder
hendaknya ditempatkan di daerah
pemasaran. Misalnya, beberapa perusahaan perakitan TV, radio, komputer umumnya
berada di kota-kota besar bukan di daerah pedalaman.
b.
Perusahaan
obat-obatan banyak terletak di daerah perkotaan.
c.
Perusahaan
konveksi banyak di daerah pemasaran lainnya.
Meskipun secara umum penentuan lokasi bisnis
berdasarkan kedua pendekatan tersebut, namun terdapat beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi yang nantinya akan dianalisis untuk
mencapai keputusan akhir di mana lokasi akan dipilih. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
1.
Faktor
primer
Pertimbangan
utama faktor primer dalam menentukan lokasi pabrik antara lain:
a.
Kedekatan
dengan pasar sasaran atau konsumen potensial di mana tempat produk akan dijual.
b.
Kedekatan
dengan sumber (ketersediaan) bahan baku utama.
c.
Ketersediaan
tenaga kerja, baik dari sisi kuantitas maupun kualifikasi yang dibutuhkan.
d.
Ketesediaan
sarana dan prasarana transportasi yang memadahi yang dapat memperlancar
pengadaan bahan baku dan memasarkan hasil produksi, misalnya jalan raya,
jembatan, pelabuhan laut, bandar udara, kereta api dan lainnya.
e.
Ketersediaan
sarana listrik, sumber air, telekomunikasi untuk memperlancar kegiatan produksi
agar tidak terganggu.
f.
Sikap
masyarakat setempat yang dapat mempengaruhi aktivitas usaha baik positif maupun
negatif.
2.
Faktor
sekunder
Beberapa faktor
sekunder yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pabrik adalah:
a.
Kondisi
iklim, kelembapan, curah hujan dan tanah, misalnya untuk jenis usaha di bidang
agrobisnis harus dapat memilih iklim yang sejuk dan kondisi tanah yang subur.
b.
Strategi
kebijakan pemerintah terutama pemerintah daerah setempat yang dapat mendukung
atau menghambat usaha yang akan dijalankan serta kebijakan arah pembangunan
yang akan dijalankan. Misalnya, masalah peraturan perpajakan, peraturan
ketenagakerjaan, peraturan ijin usaha, insentif, dan lainnya.
c.
Kemungkinan
perluasan pengembangan perusahaan dan rencana masa depan perusahaan.
d.
Sikap
masyarakat setempat yang dapat mempengaruhi aktivitas usaha baik positif maupun
negatif, misalnya adat istiadat, budaya, agama, keamanan, dan lainnya.
e.
Biaya
untuk investasi dan eksplorasi misalnya pengadaan tanah dan pembangunan gedung.
METODE PENILAIAN PEMILIHAN
LOKASI
1. Metode
Penilaian Kualitatif Subyektif
Dalam
metode semua faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi proyek akan
diberikan penilaian sesuasi dengan situasi dan kondisi masing-masing alternatif
daerah yang akan dipilih. Faktor-faktor tersebut dinilai dengan kategori “Skala Likert” dan diberikan skor. Misal:
kategori sangat baik (A), baik (B), cukup (C), kurang sekali (E), masing-masing
diberi skor 5,4,3,2, dan 1.
Berdasarkan
metode penilaian kualitatif subyektif maka lokasi yang mempunyai skor tertinggi
yang dipilih yaitu Kota Malang dengan skor 34.
Disamping
dengan penilaian diatas, terdapat cara lain yang bisa digunakan dalam metode
penilaian kualitatif subyektif, yaitu dengan cara memberikan pembobotan dapat
dilihat pada uraian di bawah ini.
Setelah dilakukan
pembobotan untuk variabel iklim dan kondisi tanah dan kebijakan pemerintah
ranking tertinggi yang dipilih yaitu Kota Malang.
2. Metode
Perbandingan Biaya
Metode ini
membedakan biaya dalam biaya tetap dan biaya variabel untuk membantu pemilihan
alternative lokasi. Dengan metode ini akan dapat disusun hubungan antara
masing-masing alternative lokasi antar biaya yang ditanggung oleh masing-masing
lokasi tersebut dengan volume produksi yang diinginkan. Metode in selain
mempertimbangkan biaya tetap dan biaya variabel, juga mempertimbangkan
kapasitas produk yang akan dihasilkan, yang nantinya akan sangat menentukan
hasil akhir dari penentuan lokasi yang dipilih.
Dari hasil
analisis dengan menggunakan perbandingan biaya, maka yang dipilih adalah lokasi
dengan biaya termurah, untuk kapasitas produksi 4000 unit lokasi yang dipilih
adalah Gresik, untuk kapasitas 5000 unit pilihannya adalah sama untuk keempat
kota tersebut, sedangkan untuk kapasitas 6000 unit lokasi dengan biaya termurah
adalah Malang.
3. Metode
Transportasi
Dengan
teknik “trial and error” dan
menggunakan aturan tertentu akan dapat mengetahui pada lokasi mana tercapai
minimalisasi biaya. Metode ini terutama digunkaan bila peruashaan telah
memiliki beberapa pabrik dan beberapa gudang yang dimaksudkan untuk menambah
kapasitas satu pabriknya, atau relokasi pelayanan dari setiap pabrik atau
penambahan pabrik/gudang baru.
2.2 PENENTUAN
LUAS PRODUKSI/SKALA OPERASI
Skala
operasi/luas produksi adalah kuantitas unit produk yang seharusnya dihasilkan
pada satu periode tertentu dalam rangka mencapai optimalisasi profit. Penentuan
skala produksi berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang dihasilkan dalam
waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas produksi dan peralatan yang
dimiliki serta biaya yang paling efisisen. Skala operasi dapat dilihat dari
segi ekonomis, yaitu yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan
dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien dan segi teknis yang
diliihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan
peralatan serta persyaratan teknis lainnya.
Dalam
industri manufaktur, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
merencanakan skala operasi, antara lain:
a.
Kemungkinan
perkembangan pangsa pasar yang dapat diraih.
b.
Kapasitas
mesin serta peralatan yang dimiliki.
c.
Kuantitas-kualitas
SDM dalam proses produksi.
d.
Kemampuan
keuangan perusahaan.
e.
Kemungkinan
adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
f.
Peraturan
pemerintah dan ketentuan teknis lainnya juga berperan dalam perencanaan skala
operasi.
METODE UNTUK MENENTUKAN LUAS
PRODUKSI/SKALA OPERASI
Beberapa model/alat untuk membantu menganalisis luas
produksi antara lain:
1. Metode
Break Event Point (BEP)
Formula:
Q = keterangan:
Q : Quantity
FC : Fixed Cost
VC : Variabel Cost
S : Sales
Contoh: PT.
Bintang Kejora ingin merencanakan luas produksi untuk produksi perdananya,
dengan data sebagai berikut:
·
Biaya
tetap Rp.
800.000.000,00
·
Biaya
variabel per unit 40.000
·
Harga
jual per unit 200.000
Q = = 5000 unit
Dari perhitungan
di atas maka PT. Bintang Kejora akan memperoleh keuntungan dengan memproduksi
5000 unit ke atas.
2. Metode
Marginal Cost (MC) dan Marginal Revenue (MR)
Pada
pendekatan ini luas produksi optimal tercapai pada saat maginal cost (MC) sama dengan marginal
revenue (MR).
3. Metode
Linear Progamming
Metode
grafik dan metode simple.
2.3 PENENTUAN TATA LETAK (LAYOUT)
Tata
letak (layout) adalah suatu proses
dalam menentukan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan
efisiensi produksi atau operasi. Layout dirancang
berkenaan dengan produk, proses, sumber daya manusia dan lokasi sehingga
efisiensi operasi dapat tercapai. Tujuan penentuan layout adalah optimalisasi pengaturan fasilitas-fasilitas operasi
sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi menjadi optimal.
Keuntungan
yang diperoleh dengan adanya penentuan layout:
1.
Memberikan
ruang gerak yang memadahi untuk beraktivitas dan pemeliharaan.
2.
Efisiensi
pemakaian ruangan.
3.
Biaya
investasi dan produksi bisa dikurangi.
4.
Kelancaran
aliran material.
5.
Efisiensi
biaya pengangkutan material dan barang jadi.
6.
Kebutuhan
persediaan yang rendah.
7.
Adanya
kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang lebih baik.
MACAM-MACAM LAYOUT PABRIK (Subargo, 2000)
1. Layout Garis
Layout garis juga disebut sebagai layout produk. artinya pengaturan letak mesin-mesin
atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik yang berdasarkan atas urut-uratan
proses produksi dalam membuat suatu barang. Barang yang dikerjakan setiap hari
selalu sama dan arus barang yang dikerjakan setiap hari juga selalu sama
seolah-olah menyerupai garis sehingga dikatakan sebagai layout produk.
2. Layout Fungsional
Layout fungsional ini juga sering disebut dengan layout proses, yaitu pengaturan tata letak fasilitas produksi di
dalam pabrik berdasarkan atas fungi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas
produksi yang ada. Mesin atau fasilitas yang mempunyai kegunaan yang sama
dikelompokkan dan diletakkan pada ruangan atau tempat yang sama. Layout ini biasanya digunakan untuk
membuat barang yang bermacam-macam. Contohnya dari layout fungsional ini adalah pabrik yang mengerjakan berbagai
macam barang-barang dari besi.
3. Layout Kelompok
Layout kelompok adalah suatu pengaturan
letak fasilitas suatu pabrik berdasarkan atas kelompok barang yang dikerjakan.
Biasanya pabrik yang menggunakan layout kelompok
memeiliki produk yang bermacam-macam, tetapi garis besar urutan prosesnya dapat
dibagi dalam beberapa kelompok yang sama. Untuk setiap kelompok produk
dibuatkan layout tersendiri.
Contoh
penggunaan layout ini adalah pada
perusahaan pemroses kulit. Perusahaan ini menghasilkan sepatu, sandal, sepatu
sandal baik untuk pria maupun wanita, berbagai dompet, tas, dan berbagai macam
ikat pinggang. Proses untuk mengerjakan setiap barang tidak sama, tetapi pada
dasarnya produk dapat dikelompokkan dalam beberapa marga atau kelompok produk
yang garis besar urutan proses pembuatannya hampir sama, meskipun cara
pengerjaan setiap barang secara rinci berbeda-beda.
Misalnya
pembuatan kelompok sepatu mesti melalui bagian sol, bagian atas, bagian
perakitan, dan finishing atau
penyelesaian. Hanya cara pembuatan sol setiap macam dan model sepatu agak lain,
meskipun garis besarnya sama. Demikian juga pembuatan bagian atas dan
perakitannya.
4. Layout dengan Posisi Tetap
Layout dengan posisi tetap adalah pengaturan fasilitas produksi dalam membuat
barang dengan letak barang yang tetap
atau tidak dipindah-pindah. Contoh, layout
pembuatan jembatan, layout pembangunan gedung, layout pembuatan jalan, dan layout
penghijauan.
Kriteria
untuk menilai layout pabrik:
a.
Adanya
konsistensi dengan teknologi.
b.
Adanya
arus produk dalam proses yang lancar dari satu proses ke proses yang lain.
c.
Penggunaan
ruangan optimal.
d.
Terdapat
kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuasian maupun ekspansi.
e.
Meminimalisasi
biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga
kerja.
Untuk
memperoleh layout yang baik maka
perusahaan perlu menentukan hal-hal sebagai berikut:
1.
Perusahaan
Manufaktur
a.
Sifat
produk yang dibuat dapat menentukan layout
yang akan dibuat. Misalnya jika produk yang dibuat padat akan berbeda
dengan produk yang bersifat cair atau gas. Jika sifat produk cair atau gas
proses pengangkutannya dapat menggunakan pipa, berarti menghemat tempat. Jika
produknya besar dan sulit dipindahkan maka digunakan layout dengan posisi tetap.
b.
Jenis
proses produksi yang digunakan. Layout garis
biasanya digunakan pada pabrik yang memiliki proses produksi continous atau memiliki line flow, sedangkan layout fungsional biasanya digunakan
pada proses produksi intermittent.
c.
Jenis
barang serta volume produksi barang yang dihasilkan. Apabila perusahaan
menghasilkan bermacam-macam barang produk yang jumlah setiap jenis hanya
sedikit, biasanya menggunakan layout fungsional.
Akan tetapi jika produknya selalu sama setiap jenis banyak, sebaiknya
menggunakan layout garis.
d.
Nilai
investasi. Penentuan layout harus
disesuaikan dengan modal yang tersedia, karena untuk membuat layout memerlukan investasi yang cukup
besar.
e.
Keluwesan
atau fleksibilitas. Fleksibel adalah jika terjadi perubahan macam barang yang
dihasilkan atau terjadi penambahan kapasitas pabrik/penambahan mesin, maka
letak mesin dan fasilitas-fasilitas pabrik mudah disesuaikan.
f.
Pengangkutan
barang. Untuk layout agar dapat diusahakan
dengan menggunakan conveyor karena jalan yang dilalui barang selalu sama
sehingga biaya pengangkutannya murah. Dalam layout
fungsional biasanya selalu diusahakan mendekatkan tempat-tempat yang saling
berhubungan atau banyak dilakukan pengangkutan barang.
g.
Aliran
barang. Mesin-mesin sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga aliran
barang yang dikerjakan tidak saling mengganggu.
h.
Efektivitas
penggunaan ruangan. Penempatan mesin-mesin sebaiknya sedemikian rupa sehingga
ruangan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dapat menghindari pemborosan
ruangan. Jangan sampai ada ruangan yang menganggur, jangan pula meletakkan
mesin terlalu jauh sehingga menghemat ruangan dan mengurangi pengangkutan dan
peletakan mesin jangan terlalu rapat karena akan saling mengganggu.
i.
Lingkungan
dan keselamatan kerja. Layout harus
memprtimbangkan keselamatan kerja dan lingkungan kerja, jangan sampai
keselamatan mesin membahayakan karyawan. Jadi mesin-mesin yang membahayakan
sebaiknya diletakkan pada tempat yang jarang dilewati atau diberi pengaman yang
cukup.
j.
Pemeliharaan.
Peletakan mesin-mesin harus memungkinkan pelaksanaan pemeliharaan dengan mudah.
Misalnya, selain untuk tempat mesin disediakan tempat pemeliharaan.
k.
Letak
kamar kecil jangan terlalu jauh dari ruang kerja, sehingga tidak terlalu banyak
waktu yang terbuang untuk perjalanan ke kamar kecil.
l.
Pengawasan.
Sebaiknya mesin atau fasilitas produksi yang lain diletakkan sedemikian rupa
sehingga memudahkan pengawasan.
2.
Kantor
a.
Nilai
investasi. Penentuan layout harus
disediakan dengan modal yang tersedia, karena untuk membuat layout memerlukan investasi yang cukup
besar.
b.
Komunikasi.
Peletakan fasilitas-fasilitas kantor hendaknya memudahkan untuk melakukan
komunikasi.
c.
Fleksibilitas
layout kantor kadang-kadang sangat
diperlukan untuk kemudahan penggunaan dan menghindari kejenuhan.
d.
Struktur
organisasi juga menentukan layout kantor
karena dalam organisasi yang berbeda terdapat perbedaan jumlah macam dan jumlah
bagian, seksi dan unit yang ada.
e.
Jenis
lembaga juga menentukan layout yang
digunakan. Misalnya, layout bank
dengan di pemda berbeda. Pada bank antara karyawan satu dengan yang lainnya
biasanya dipisahkan dengan pembatas kaca karena bank memerlukan ketelitian,
pengawasn serta keamanan yang lebih ketat dibandingkan di pemda. Sedangkan di
pemda biasanya bagian satu dengan lainnya terpisah.
3.
Gudang
a.
Nilai
investasi. Penentuan layout harus
disediakan dengan modal yang tersedia, karena untuk membuat layout memerlukan investasi yang cukup
besar.
b.
Bongkar
muat barang. Penempatan barang di dalam gudang harus membantu kegiatan bongkar
muat barang. Jangan meletakkan barang di sembarang tempat agar tidak menggangu
kegiatan bongkar muat barang yang lain.
c.
Fleksibilitas.
Penempatan barang di gudang harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
pengaturan kembali jika jumlah barang yang disimpan ditambah atau berubah
macamnya. Misalnya, barang-barang yang keras dan kuat sebaiknya ditaruh di
bagian bawah supaya dapat ditumpangi barang-barang yang kurang kuat.
d.
Lingkungan
kerja. Agar tidak menganggu lingkungan kerja, penempatan barang dalam gudang
harus terencana dengan baik. Misalnya, barang-barang yang beracun dan berbau
menyengat dijauhkan dari kesibukan atau kantor gudang.
e.
Keselamatan
barang yang disimpan juga harus dilindungi. Misalnya, barang-barang yang mudah
kabur sebaiknya ditaruh di tempat aman yang jauh dari tiupan angin. Barang-barang
yang jika berdekatan dapat menimbulkan reaksi kimia atau dapat menurunkan
kualitas, sebaiknya dijauhkan.
4.
Toko
a.
Nilai
investasi. Layout yang baik
kadang-kadang harus didukung dengan dana yang banyak karena untuk tambahan rak,
dekorasi dan sarana-sarana pengamanan.
b.
Daya
tarik untuk pembeli. Took harus menarik bagi para pembeli sehingga layout harus diusahakan sedemikian rupa
agar pembeli merasa senang dan nyaman. Misalnya pengaturan harus memudahkan
pembeli dalam mencari barang yang dibutuhkan, peletakan beberapa macam barang
dagangan yang biasnya dibeli bersamaan sebaiknya berdekatan supaya pembeli
tidak usah modar-mandir, pengaturan barang dagangan menarik sehingga enak
dipandang, penempatan kipas angin atau AC harus tepat agar pembeli tidak merasa
kepanasan dalam toko, dan lainnya.
5.
Tata
Letak (Layout) Bagi Industri Jasa
a.
Pertimbangan
spesial. Aspek-aspek seperti warna, tekstur proporsi, simetri dan lainnya
hendaknya dipertimbangkan, dikombinasikan, dan dikembangkan untuk memancing
respons intelektual, maupun emosional dari para pemakai atau orang yang
melihatnya.
b.
Perencanaan
ruangan. Unsur ini mencakup interior dan arsitektur, seperti penempatan
perabotan dan perlengkapannya dalam ruangan, desain aliran sirkulasi, dan
lainnya.
c.
Perlengkapan/perabotan.
Unsur ini memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai sesuatu yang
menunjukkan status pemilik atau penggunanya.
d.
Tata
cahaya. Unsur ini selain berfungsi sebagai penerang ruangan, hendaknya juga
diperhatikan aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan di ruagan tersebut
agar sesuai dengan persepsi penyedia jasa dan pelanggan mereka.
e.
Warna.
Pemilihan warna dalam ruangan menjadi penting, karena dapat membangkitkan
perasaan dan emosi bagi yang melihatnya.
f.
Pesan-pesan
yang disampaikan secara grafis. Aspek yang penting dan saling terkait dalam
unsur ini adalah penampilan visual, penempatan, pemilihan bentuk fisik,
pemilihan warna, pencahayaan, dan pemilihan bentuk perwajahan lambing atau
tanda yang digunakan untuk maksud tertentu (misalnya, penunjuk arah/tempat,
keterangan/informasi, dan sebagainya).
2.4 PEMILIHAN
TEKNOLOGI
Pemilihan
teknologi yang akan digunakan dalam proses produksi baik untuk barang atau jasa
hendaknya disesuaikan dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang. Dengan
demikian, kemajuan teknologi diharapkan dapat menjadikan proses produksi akan
menjadi lebih efisien yang sekaligus dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Teknologi yang digunakan selayaknya harus disesuaikan dengan lingkungan
internal maupun eksternal perusahaan.
Tedapat
beberapa hal yang harus diperhatikan agar teknologi yang digunakan sesaui
dengan derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan,
antara lain:
1.
Kesesuaian
teknologi dengan bahan mentah yang digunakan.
2.
Keberhasilan
pemakaian teknologi di tempat lain.
3.
Kemampuan
sumber daya manusia dalam menerapkan/mengoperasikan teknologi.
4.
Kemampuan
mengantisipasi perkembangan teknologi lanjutan.
5.
Besarnya
biaya investasi serta biaya pemeliharaan.
6.
Peraturan
pemerintah terkait dengan kebijakan ketenagakerjaan.
Kriteria Pemilihan Mesin dan
Peralatan
Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan untuk
memilih mesin dan peralatannya antara lain:
1.
Tersedianya
pemasok. Untuk pengadaan mesin dan peralatan sebaiknya memilih yang sudah banya
terdaftar di pasaran, artinya banyak pemasok yang menjual mesin dan peralatan
tersebut. Disamping itu perlunya garansi dari mesin dan peralatan tersebut.
2.
Tersedianya
suku cadang. Pengadaan mesin dan peralatan diusahakan harus tersedia suku
cadangnya, hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan sewaktu-waktu memerlukan
perbaikan dan penggantian komponen akibat adanya kerusakan.
3.
Kemampuan/kapasitas
produksi. Kapasitas mesin dan peralatan hendaknya menyesuaikan dengan rencana
penentuan skala produksi/operasi. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi
“idle capacity” (kapasitas yang
menganggur) yang dapat mengakibatkan beban biaya tetap yang tinggi dan tidak terjadi
“full capacity” (kapasitas penuh)
yang dapat mempercepat kerusakan mesin dan peralatan.
4.
Kualitas
dan taksiran umur kegunaan. Pemilihan mesin dan peralatan diusahakan harus
sesuai dengan kualitas yang disyaratkan agar tidak mudah rusak dan sering melakukan
pergantian. Umur ekonomis mesin dan peralatan tersebut juga harus
dipertimbangkan karena hal ini terkait dengan keberadaan proyek bisnis yang
dijalankan.
2.5 MANAJEMEN
PERSEDIAAN
Untuk
mengantisipasi permintaan konsumen yang meningkat secara signifikan, atau untuk
mensuplai kekurangan bahan baku, maka diperlukan adanya persediaan barang yang
memadahi. Ketidaklancaran persediaan barang akan mengurangi jumlah barang jadi
yang dapat diproduksi. Jumlah persediaan barang hendaknya sesuai dengan
kebutuhan, yakni jangan terlalu banyak dan terlalu sedikit. Untuk mengendalikan
persediaan diperlukan adanya manajemen persediaan yang baik. Tujuan utama manajemen
persediaan adalah mengendalikan persediaan agar dapat melayani kebutuhan
persediaan akan bahan mentah/bahan jadi dari waktu ke waktu serta dapat
meminimalkan total biaya operasi perusahaan.
Beberapa
hal mengenai manajemen persediaan yang perlu dikaji dalam studi kelayakan
bisnis antara lain:
1. Penentuan
jumlah order
Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk menentukan
jumlah order setiap kali pemesanan. Salah satu model yang cukup sederhana
adalah economic order quantity (EOQ),
yaitu jumlah pemesanan yang paling ekonomis. Jumlah pembelian barang, misalnya
bahan baku atau bahan pembantu, yang dapat meminimumkan jumlah biaya
pemeliharaan barang di gudang dan biaya pemesanan setiap tahun. Model ini
sangat mudah dan sederhana, namun berlakunya memerlukan asumsi-asumsi sebagai
berikut:
a.
Jumlah
kebutuhan dalam setahun dapat diperkirakan dan kebutuhan barang sepanjang tahun
relatif stabil.
b.
Hanya
ada dua macam biaya yang relevan, yaitu biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan
barang.
c.
Biaya
pemesanan untuk setiap kali pemesanan besarnya selalu sama, tidak terpengaruh
oleh jumlah yang dipesan.
d.
Biaya
pemeliharaan barang setiap unit setiap tahun selalu sama. Dengan kata lain
biaya pemeliharaan barang ini bersifat variabel, tergantung jumlah barang yang
disimpan dan lama waktu penimpanan.
e.
Usaha
barang relatif lama, tidak cepat aus, busuk atau rusak.
f.
Harga
barang setiap unit selalu sama (stabil)
g.
Tidak
ada kendala atau batasan mengenai jumlah barang yang dapat dipesan.
2. Safety stock
Safety
stock adalah
persediaan barang minimum untuk menghindari terjadinya kekurangan barang.
Terjadinya kekurangan barang disebabkan antara lain karena kebutuhan barang
selama pemesanan melebihi rata-rata kebutuhan barang, yang dapat terjadi karena
kebutuhan setiap harinya selalu banyak atau karena jangka waktu pemesanannya
terlalu panjang dibanding dengan kebiasaan. Kalau kita memiliki safety stock terlalu banyak akibatnya
perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan yang terlalu mahal, teapi kalau safety stock-nya terlalu sedikit maka
perusahaan akan menanggung biaya atau kerugian karena kekurangan barang. Oleh
karena itu perusahaan harus biasa menentukan besarnya safety stock ini secara tepat. Terdapat beberapa modal yang dapat
digunakan dalam menentukan safety stock ini
diantaranya adalah model dengan expected
value dan model dengan kurva normal.
3. Inventory system
Inventory
system adalah suatu
cara untuk menentukan bagaimana dan kapan suatu pembelian dilakukan untuk
mengisi persediaan barang. Pada dasarnya ada dua macam, yaitu:
a.
Sistem
recorder point, yaitu pembelian
dilakukan pada saat jumlah barang yang ada di dalam gudang tinggal sejumlah reorder point (titik pemesanan kembali)
saja. Reorder point sama dengan
jumlah barang yang dibutuhkan selama jangka waktu pemesanan barang (lead time) sampai barang datang.
b.
Sistem
periodik, yaitu pembelian barang dilakukan secara periodik, setiap saat
tertentu (seminggu sekali, sebulan sekali, dan lain-lain) dilihat berapa jumlah
barang yang masih ada di gudang. Bedasarkan jumlah itu dihitung berapa jumlah
yang harus dipesan agar jumlah persediaan mencapai jumlah maksimum persediaan
yang telah ditetapkan.
4. Material Requirement Planning (MRP)
Material
requirement planning merupakan
model yang lebih proaktif dibandingkan dengan EOQ yang bersifar reaktif.
Pembelian barang yang dibutuhkan direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk membuat
barang. Ada beberapa keuntungan digunakannya MRP, antara lain:
a.
Mengurangi
kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan barang, karena kebutuhan bang didasakan
atas rencana jumlah produksi.
b.
Menyajikan
informasi untuk perencanan kapasitas pabrik.
c.
Akan
selalu memperbaiki jumlah persediaan dan jumlah pemesanan material.
2.6 SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN
Secara umum manajemen operasi meliputi kegiatan yang
berakitan untuk menghasilkan barang dan jasa dengan secara tepat, baik jenis,
mutu, jumlah maupun waktunya, disertai dengan biaya yang minim. Dalam rangka
memnuhi tugas manajemen operasi seperti disebutkan diatas. Sistem Informasi
Manajemen (SIM) berperan untuk memnerikan informasi berbagai fasilitas operasi
secara benar, lengkap, dan tepat waktu sehingga pimpinan perusahaan dapat
mengambil langkah-langkah yang efektif dalam upaya melaksanakan operasi
perusahaan. Ruang lingkup SIM di bidang operasi tidak hanya berkaitan dengan
pengendalian persediaan (inventory
control) dan pengendalian mutu (quality
control), tetapi menyangkut berbagai aspek proses operasi.
Untuk
mengorganisir antar bagian agar berkinerja secara efektif dan efisien,
manajemen perlu menyiapkan system aplikasi pembantu (sofrware) computer.
2.7 RISIKO
Risiko
yang akan dihadapi dalam sapek teknik/ operasi dan teknologi adalah sebagai
berikut:
a.
Kesalahan
menentukan lokasi, baik lokasi pabrik, kantor maupun gudang sehingga terjadi
inefisiensi biaya.
b.
Kesalahan
menata layout pabrik, kantor, gudang
maupun toko sehingga kurang menarik bagi konsumen.
c.
Kesalahan
memilih teknologi yang digunkan sehingga operasional perusahaan tidak optimal
dancepat ketinggalan jaman.
d.
Risiko
sistem informasi terutama terkait dengan komputerisasi (kerusakan data,
kehilangan data karena adanya virus, kesalahan pemakai, kerusakan perangkat
keras atau perangkat lunak, adanya hacker, dan lain-lain)
e.
Pemasok
tidak memenuhi komitmen yang sudah mereka buat, misalnya komponen-komponen yang
dibutuhkan ternyata terlambat dikirim ataupun ruask.
f.
Berkurangnya
daya saing produk dengan produk sejenis di pasar, misalnya karena desain yang
dibuat dengan teknologi yang sudah tertinggal.
B
A B III P E N U T U P
3.1 Kesimpulan
Kajian
aspek dan teknologi menekankan pada analisis penilaian atas kelayakan proyek
bisnis dar sisi teknik dan teknologi yang mencakup penentuan lokasi proyek
dengan mempertimbangkan faktor-faktor primer dan faktor-faktor sekunder. Teknik
analisis yang digunakan untuk menetukan kelayakannya dengan menggunakan metode
kualitatif subyektif, metode perbandingan biaya, dan metode transportasi.
Pemilihan mesin dan peralatan serta teknologi harus mempertimbangkan suku
cadang, pemasok, kapasitas produksi, kemampuan SDM, dan kualitas yang
disyaratkan. Penentuan layout baik untuk perusahaan manufaktur maupun jasa.
Penentuan skala operasi dengan menggunakan beberapa metode diantaranya break evemt point, marginal cost, dan marginal revenue, dan linear programming. Manajemen persediaan terkait dengan penentuan
jumlah order, safety stock, inventory
system, dan material requirement
planning. Sistem informasi manajenen terkait dengan system aplikasi
pembantu (software) computer untuk
mengorganisir antar bagian agar berkinerja secara efetif dan efisien. Dalam
pandangan Islam, untuk menjalankan operasional perusahaan yang harus
diperhatikan adalah kehalalan masukan berupa sumber daya yang diperlukan
sehingga dapat menghasilkan keluaran yang halal pula.
Hasil
analisis terhadap elemen-elemen diatas, akan berupa pernyataan apakah rencana
proyek bisnis dinyatakan layak atau tidak. Jika dinyatakan layak, maka bisa
dilanjutkan pada kajian aspek yang lain. Tetapi jika dinyatakan tidak layak,
dapat dilakukan kajian ulang yang lebih realisitis dengan melakukan penyesuaian
serta perbaikan yang memungkinkan kajian menjadi layak. Namun demikian, jika
tidak munkin dilakukan perbaikan sebaiknya mencari alternatif bisnis yang lain.