BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Etika dalam penggunaan komputer
sedang mendapat perhatian yang lebih besar daripada sebelumnya. Masyarakat
secara umum memberikan perhatian terutama kesadaran bahwa komputer dapat
mengganggu hak privasi individual. Dalam dunia bisnis, salah satu alasan utama
perhatian tersebut adalah pembajakan perangkat lunak yang menggerogoti
pendapatan penjual perangkat lunak hingga milyaran dolar setahun. Namun, subyek
etika komputer lebih dalam daripada masalah privasi dan pembajakan. Komputer
adalah peralatan sosial yang penuh daya, yang dapat membantu atau mengganggu
masyarakat dalam banyak cara. Semua tergantung pada cara penggunaannya. Pembahasan
kali ini akan mempelajari dampak sosial dari komputer dalam konteks etika-yaitu
bagaimana komputer seharusnya diterapkan untuk masyarakat. Mula-mula kita akan
mendefenisikan apa yang dimaksud dengan perilaku moral, etika dan hukum serta menjelaskan
mengapa etika sangat penting dalam bisnis. Kita menyadari perlunya manajemen
menetapkan suatu budaya etika yang menyeluruh di perusahaan. Budaya ini
menyediakan kerangka kerja etika, seperti halnya kode etik dari berbagai
asosiasi profesional di bidang sistem informasi. Adalah tanggung jawab CIO (Chief Information Officer) untuk
mencapai etika dalam sistem yang dibuat dan dalam orang-orang yang membuatnya.
Untuk memenuhi tanggung jawab ini CIO dapat mengikuti suatu strategi yang
terencana baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MORAL, ETIKA
DAN HUKUM
Moral
Moral adalah
tradisi kepercayaan mengenai perilaku benar dan salah. Moral adalah institusi
sosial dengan suatu sejarah dan daftar peraturan. Kita telah diajarkan mengenai
peraturan-peraturan dari perilaku moral sejak kita masih kanak-kanak. Kita
dapatkan itu mulai dari orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan rumah,
ataupun lingkungan sekolah dan masyarakat. Seiring dengan pertumbuhan kita baik
secara fisik maupun mental, seiring dengan bertambahnya usia, kita belajar
mengenai peraturan-peraturan yang masyarakat harapkan untuk kita ikuti.
Aturan-aturan inilah yang mempengaruhi moral kita.
Walaupun
masyarakat di berbagai belahan dunia memiliki aturan-aturan moral yang berbeda,
tetapi terdapat satu aturan yang berlaku umum, yaitu “lakukanlah segala sesuatu
yang secara moral benar”. Hal ini merupakan landasan dasar perilaku sosial pada
umumnya.
Etika
Perilaku
kita juga diarahkan oleh etika (ethics).
Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”,
yang berarti “karakter”. Etika adalah pedoman yang digunakan untuk menjalankan
suatu kepercayaan, standar, atau pemikiran dalam suatu individu, kelompok, dan
komunitas tertentu. Setiap individu bertanggung jawab atas komunitas mereka
atau perilaku mereka.
Etika
berbeda dengan moral. Etika bisa bervariasi dari komunitas satu dengan
komunitas lainnya. Kita melihat perbedaan ini di bidang komputer dalam bentuk
peranti lunak bajakan (pirated software)
– perangkat lunak yang diduplikasi secara ilegal dan kemudian digunakan atau
dijual. Di beberapa negara praktik ini lebih menyebar dibanding dengan negara
lain. Sebagai contoh, pada tahun 1994, diperkirakan sekitar 35% perangkat lunak
yang digunakan di AS telah dibajak, dan kemudian angka ini melonjak menjadi 92%
di Jepang, dan 99% di Thailand.
Apapun
alasan untuk pembajakan peranti lunak tidak seharusnya diterima begitu saja.
Pembajakan peranti lunak adalah suatu masalah, karena tidak terdapat insentif
untuk merancang dan mendistribusikan perangkat lunak baru kecuali jika
penggunanya menyadari nilai ekonomisnya.
Hukum
Hukum adalah
peraturan perilaku formal yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, seperti
pemerintah, terhadap subjek atau warga negaranya. Pada awalnya sekitar 10 tahun
pertama penggunaan komputer di bidang bisnis dan pemerintahan, tidak ada hukum
yang berkaitan dengan penggunaan komputer. Hal ini dikarenakan pada saat itu
komputer merupakan inovasi baru, dan sistem hukum membutuhkan waktu untuk
mengejarnya.
Pada tahun
1966, kasus kejahatan komputer pertama menjadi berita ketika seorang programmer
untuk sebuah bank mengubah suatu program komputer sehingga program tersebut
tidak dapat menunjukkan bahwa pengambilan dari rekeningnya telah melampaui
saldo. Ia dapat terus menulis cek meskipun tidak ada uang di dalam rekeningnya.
Tipuan ini terus berlangsung sampai suatu saat komputer mati, dan pemrosesan
dilakukan secara manual sehingga kejahatan ini terbongkar. Programmer tersebut
tidak dituntut atas kejahatan komputer tersebut, karena pada saat itu tidak ada
hukum mengenai kejahatan tersebut. Sebaliknya, ia dituntut atas tuduhan membuat
entry palsu dalam catatan bank.
Bertahun-tahun
sebelumnya, pemerintah federal AS telah menetapkan The Electronic Communication Privacy Act of 1968. Namun UU ini
hanya mencakup komunikasi suara. Pada tahun 1986 UU ini direvisi sehingga
mencakup komunikasi digital, data dan video. UU tahun 1986 ini juga memiliki
bagian khusus mengenai surat elektronik.dengan demikian, pemerintah AS
berangsur-angsur menetapkan suatu kerangka kerja hukum bagi penggunaan
komputer. Seperti halnya etika, hukum komputer dapat berbeda dari satu negara
ke negara lain.
Menempatkan Moral, Etika dan Hukum
dalam Perspektif
Kita dapat
melihat bahwa penggunaan komputer dalam bisnis diarahkan oleh nilai-nilai moral
dan etika dari para manajer, spesialis informasi dan pemakaian, dan juga hukum
yang berlaku. Hukum paling mudah diinterpretasikan karena berbentuk tertulis.
Di pihak lain, etika tidak didefinisikan secara persis dan tidak disepakati
oleh semua anggota masyarakat. bidang yang sukar dari etika komputer inilah
yang sedang memperoleh banyak perhatian.
2.2
PERLUNYA BUDAYA ETIKA
Pendapat
yang luas terdapat dalam bisnis adalah bahwa suatu perusahaan mencerminkan
kepribadian pemimpinnya. Hubungan antara CEO dengan perusahaan merupakan dasar
budaya etika. Jika perusahaan harus etis, maka manajemen puncak harus etis
dalam semua tindakan dan kata-katanya. Manajemen puncak memimpin dengan memberi
contoh. Perilaku ini adalah Budaya Etika.
Bagaimana
Budaya Etika Diterapkan
Tugas
manajemen puncak adalah memastikan bahwa konsep etikanya menyebar diseluruh
organisasi, melalui semua tingkatan dan menyentuh semua pegawai. Para eksekutif
mencapai penerapan ini melalui suatu metode tiga lapis, yaitu dalam bentuk corporate credo/pernyataan tekad
(komitmen), program-program etika, dan kode etik perusahaan. Gambar 5.1
menunjukkan lapisan-lapisan tersebut dan hubungannya.
Manajemen puncak menerapkan budaya etika dengan cara
dari atas ke bawah.
Corporate Credo/Komitmen adalah pernyataan ringkas
mengenai nilai-nilai yang ditegakkan oleh perusahaan. Tujuan credo ini adalah menginformasikan
orang-orang dan organisasi-organisasi baik di dalam maupun di luar perusahaan
mengenai nilai-nilai etis perusahaan.
Program Etika adalah suatu sistem yang terdiri
dari berbagai aktivitas yang dirancang untuk mengarahkan pegawai dalam
melaksanakan corporate credo. Suatu
aktivitas yang umum adalah pertemuan orientasi yang dilaksanakan bagi pegawai
baru. Selama pertemuan ini, subyek etika mendapat cukup perhatian.
Contoh lain
dari program etika adalah audit etika. Dalam audit etika, sesorang auditor
internal mengadakan pertemuan dengan seorang manajer selama beberapa jam untuk
mempelajari bagaimana unit manajer tersebut melaksanakan corporate credo.
Kode Etik Khusus Perusahaan. Banyak
perusahaan telah merancang kode etik perusahaan mereka sendiri. Kadang-kadang
kode ini diadaptasi dari kode etik dari industri tertentu.
2.3 ETIKA DAN
JASA INFORMASI
Apakah Etika
Komputer?
James H. Moor, profesor di Darmouth mendefinisikan etika komputer sebagai
analisis mengenai sifat dan dampak sosial tekologi komputer, serta formulasi
dan justifikasi kebijakan untuk menggunakan teknologi tersebut secara etis.
Karena itu etika komputer terdiri dari dua aktifitas utama, dan manajer yang
paling bertanggung jawab atas aktifitas tersebut adalah CIO, CIO harus (1)
waspada dan sadar bagaimana komputer mempengaruhi masyarakat, dan (2) karena
itu harus berbuat sesuatu dengan memformulasikan kebijakan-kebijakan yang
memastikan bahwa teknologi tersebut digunakan secara tepat.
Namun ada satu hal yang sangat penting: bukan hanya CIO sendiri yang
bertanggung jawab atas etika komputer. Para manajer puncak lain juga
bertanggung jawab. Keterlibatan seluruh perusahaan merupakan keharusan mutlak
dalam dunia end-user computing saat
ini, semua manajer di semua area bertanggung jawab atas penggunaan komputer
yang etis di area mereka. Dan selain manajer, setiap pegawai bertanggung jawab
atas aktifitas mereka yang berhubungan dengan komputer.
Alasan
Pentingnya Etika Komputer
James Moor
menyatakan ada tiga alasan utama minat masyarakat yang tinggi pada etika
komputer, yaitu: kelenturan logika (logical
malleability), faktor transformasi, dan faktor tak kasat mata (invisibility factors).
1. Kelenturan
Logika.
Yang
dimaksud dengan kelenturan logika (logical
malleability) adalah kemampuan memprogram komputer untuk melakukan apa pun
yang kita inginkan. Komputer bekerja tepat seperti yang diinstruksikan oleh programernya.
Kelenturan logika inilah yang menakutkan masyarakat. Tetapi masyarakat
sebenarnya tidak takut terhadap komputer. Sebaliknya masyarakat takut terhadap
orang-orang yang memberi
perintah di belakang komputer.
perintah di belakang komputer.
2. Faktor Transformasi.
Alasan
kepedulian pada etika komputer ini didasarkan pada fakta bahwa komputer dapat
mengubah secara drastis cara kita melakukan sesuatu. Kita dapat melihat
transformasi tugas yang sama pada semua jenis organisasi. Contoh yang baik
adalah surat electronik (e-mail). Email tidak hanya memberikan cara
bertelepon yang lain, tetapi memberikan cara komunikasi yang sama sekali baru.
Transformasi serupa dapat dilihat pada cara manajer mengadakan rapat. Dulu para
manajer harus berkumpul secara fisik di satu lokasi, sekarang mereka dapat
bertemu dalam bentuk konferensi video.
3. Faktor tak
kasat mata.
Alasan
ketiga minat masyarakat pada etika komputer adalah karena semua operasi
internal komputer tersembunyi dari penglihatan. Operasi internal yang tidak
nampak ini membuka peluang pada nilai-nilai pemprograman yang tidak terlihat,
perhitungan rumit yang tidak terlihat dan penyalahgunaan yang tidak terlihat.
·
Nilai-nilai pemprograman yang tidak terlihat adalah
perintah-perintah yang programer kodekan menjadi program yang mungkin dapat
atau tidak menghasilkan pemrosesan yang diinginkan pemakai. Selama penulisan
program, programer harus membuat serangkaian pertimbangan nilai seperti
bagaimana program mencapai tujuannya. Ini bukan suatu tindakan jahat dari pihak
programer, tetapi lebih merupakan kurangnya pemahaman. Contoh dampak yang dapat
timbul dari nilai-nilai pemrograman yang tidak terlihat adalah insiden nuklir
Three Mile Island. Operator pembangkit listrik tersebut telah dilatih menangani
keadaan gawat dengan menggunakan suatu model matematika. Model tersebut hanya
dirancang untuk mensimulasikan terjadinya kerusakan tunggal. Namun yang terjadi
adalah kerusakan berganda secara serentak. Ketidakmampuan komputer memberikan
apa yang diinginkan pemakainya disebabkan oleh faktor tak kasat mata ini.
·
Perhitungan rumit yang tidak terlihat berbentuk
program-program yang demikian rumit sehingga tidak dimengerti oleh pemakai.
Manajer menggunakan tanpa mengetahui sama sekali bagaimana program tersebut
melaksanakan perhitungan.
·
Penyalahgunaan yang tidak terlihat meliputi tindakan
yang sengaja melanggar batasan hukum dan etika. Semua tindakan kejahatan komputer
termasuk kategori ini, demikian pula tindakan tidak etis seperti mengganggu hak
privasi individual, dan memata-matai.
Masyarakat
karena itu sangat memperhatikan komputer – bagaimana komputer dapat diprogram
untuk melakukan hampir segala sesuatu, bagaimana komputer mengubah sebagian
besar cara kita melakukan sesuatu, dan fakta bahwa yang dikerjakan komputer
pada dasarnya tidak terlihat. Masyarakat mengharapkan bisnis diarahkan oleh
etika komputer dan dengan demikian meredakan kekhawatiran tersebut.
2.4
HAK SOSIAL DAN KOMPUTER
Masyarakat
memiliki hak-hak tertentu berkaitan dengan penggunaan komputer.
Hak atas Komputer
Komputer
merupakan peralatan yang begitu penuh daya sehingga tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat. Deborah Johnson, professor pada Rensselaer
Polytechnic Institute, yakin bahwa masyarakat memiliki hak atas akses
komputer, keahlian komputer, spesialis komputer dan pengambilan keputusan
komputer.
1.
Hak atas akses komputer.
Setiap orang
tidak perlu memiliki sebuah komputer, seperti juga tidak setiap orang memiliki
mobil. Namun, pemilikan atas akses komputer merupakan kunci mencapai hak-hak
tertentu lain. Misalnya akses ke komputer berarti kunci mendapatkan pendidikan
yang baik. Karena aplikasi perangkat lunak dapat menjadi alat bantu untuk
memperbaiki pendidikan, dll. Menyadari hal tersebut, masyarakat berhak atas
akses komputer.
2.
Hak atas keahlian komputer.
Saat
komputer mula-mula muncul, ada ketakutan yang luas dari para pekerja bahwa
komputer akan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja masal. Hal itu tidak
terjadi. Kenyataannya, komputer telah menciptakan pekerjaan lebih banyak
daripada yang dihilangkannya. Tidak semua pekerjaan menggunakan komputer atau
memerlukan pengetahuan komputer, tetapi banyak yang demikian. Dalam
mempersiapkan pelajar untuk bekerja di masyarakat modern, pendidik sering
menganggap pengetahuan tentang komputer sebagai suatu kebutuhan.
3.
Hak atas spesialis komputer.
Adalah
mustahil seseorang memperoleh semua pengetahuan dan keahlian komputer yang
diperlukan. Karena itu kita harus memiliki akses ke para spesialis tersebut,
seperti kita memiliki akses ke dokter, pengacara, dan tukang ledeng.
4.
Hak atas pengembalian keputusan komputer.
Walau
masyarakat tidak banyak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
bagaimana komputer diterapkan, masyarakat memiliki hak tersebut. Hal ini layak
jika komputer dapat berdampak buruk bagi masyarakat. Hak-hak ini dicerminkan
dalam UU komputer yang telah mengatur penggunaan komputer.
Hak atas Informasi.
Klasifikasi
hak asasi manusia dalam era komputer yang paling luas dipublikasikan adalah
PAPA yang dibuat Richard O. Mason, seorang professor di Southern Methodist University, menciptakan akronim PAPA untuk
menggambarkan empat hak asasi masyarakat dalam hal informasi. PAPA merupakan
singkatan dari Privacy (privasi), accuracy (akurasi), property (kepemilikan), dan accessibility
(aksesibilitas).
1.
Hak atas privasi.
Hakim
Pengadilan Tinggi Louis Branders dikenal karena mengakui “hak untuk dibiarkan
menyendiri.” Mason menganggap hak ini sedang terancam karena dua kekuatan. Yang
satu adalah meningkatnya kemampuan komputer untuk digunakan bagi pengintaian,
dan yang lain adalah meningkatnya nilai informasi dalam pengambilan keputusan.
Contoh-contoh diatas adalah contoh-contoh pengintaian yang tidak menggunakan
komputer. Masyarakat umum sadar bahwa komputer dapat digunakan untuk tujuan
ini, namun barangkali tidak sadar akan data pribadi mana yang dengan mudah
dapat diakses. Jika Anda tahu cara mencarinya, Anda dapat memperoleh informasi
data pribadi dan informasi keuangan apapun yang dimiliki oleh warga negara AS.
2.
Hak atas akurasi.
Komputer
dipercaya mampu mencapai tingkat akurasi yang tidak dapat dicapai oleh sistem
nonkomputer. Potensi ini selalu ada, tetapi tidak selalu tercapai. Sebagian
sistem berbasis komputer mengandung kesalahan lebih banyak daripada yang dapat
ditolerir sistem manual. Dalam banyak kasus, kerusakan terbatas pada gangguan
sementara, seperti saat Anda harus memproses penagihan yang telah Anda bayar.
Dalam kasus lain, biayanya mungkin lebih besar.
3.
Hak atas kepemilikan.
Di sini kita
berbicara mengenai hak milik intelektual, umumnya dalam bentuk program-program
komputer. Kita sering melihat para pemakai yang telah membeli hak untuk
menggunakan perangkat lunak jadi menggandakannya secara illegal, kadang-kadang
untuk dijual kembali. Dalam kasus lain, suatu penjual perangkat lunak mungkin
meniru produk popular dari penjual lain.
Para penjual
perangkat lunak dapat menjaga hak milik intelektual mereka dari pencurian
melalui hak cipta, paten, dan perjanjian lisensi. Hingga tahun 1980-an,
perangkat lunak tidak dilindungi oleh UU hak cipta atau paten. Namun, sekarang
keduanya dapat digunakan untuk memberikan perlindungan. Paten memberikan
perlindungan yang sangat kuat di negara-negara yang menegakkannya, karena
perlindungan hak cipta menetapkan bahwa suatu tiruan (clone) tidak harus persis serupa dengan versi orisinalnya.
Para penjual
perangkat lunak mencoba menambal lubang-lubang dalam hukum melalui perjanjian
lisensi yang diterima para pelanggan saat mereka menggunakan perangkat lunak
tersebut. Pelanggaran perjanjian membuat pelanggan dapat dituntut di
pengadilan.
4.
Hak atas akses.
Sebelum
adanya database komputer, banyak informasi yang tersedia bagi masyarakat umum
dalam bentuk dokumen tercetak atau mikrofilm diperpustakaan. Informasi tersebut
terdiri dari beritaberita, hasil penelitian ilmiah, statistik pemerintah, dan
lain-lain. Sekarang, banyak dari informasi tersebut yang telah diubah menjadi database
komersial yang menjadikannya kurang dapat diakses masyarakat. Untuk memiliki
akses ke informasi tersebut, seseorang harus memiliki perangkat lunak dan
perangkat keras komputer yang diperlukan, dan membayar biaya akses. Dengan
melihat fakta bahwa komputer dapat mengakses data dari penyimpanan lebih cepat
dan lebih mudah dari teknologi lain, maka menjadi ironis bahwa hak untuk akses
merupakan masalah etis jaman modern ini.
Kontrak Sosial Jasa Informasi
Mason yakin
bahwa untuk memecahkan permasalahan etika komputer, jasa informasi harus masuk
ke dalam suatu kontrak sosial yang memastikan bahwa komputer akan digunakan
untuk kebaikan sosial. Jasa informasi membuat kontrak tersebut dengan individu
dan kelompok yang menggunakan atau yang dipengaruhi oleh output informasinya.
Kontrak ini tidak tertulis tetapi tersirat dalam segala sesuatu yang dilakukan
jasa informasi.
Kontrak
tersebut menyatakan bahwa:
·
Komputer tidak akan digunakan untuk sengaja mengganggu
privasi seseorang
·
Setiap ukuran akan dibuat untuk memastikan akurasi
pemprosesan komputer
·
Hak milik intelektual akan dilindungi
·
Komputer akan dapat diakses masyarakat sehingga
anggota masyarakat terhindar dari ketidaktahuan informasi.
Singkatnya,
masyarakat jasa informasi harus bertanggung jawab atas kontrak sosial yang
timbul dari sistem yang dirancang dan diterapkannya.
2.5
ETIKA DAN
CIO
Perilaku CIO
dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut ada dalam hierarki
seperti yang tampak dalam Gambar 5.3.
Yang memberikan
pengaruh terbesar adalah hukum, diikuti oleh budaya etika perusahaan dan kode
etik profesional. Di bawah terdapat tekanan sosial yang dapat berasal dari
orang atau kelompok di luar perusahaan, dan tekanan pribadi, yang mungkin
berasal dari dalam perusahaan.
Persepsi
Etika CIO
Berdasarkan hasil survey oleh Scott
J. Vitell dan Donald L. Davis, diperoleh hasil
·
Memanfaatkan
Kesempatan Untuk Bertindak Etis
Di
sejumlah perusahaan terdapat kesempatan bagi CIO untuk berperilaku tidak etis.
Namun ada perasaan kuat bahwa CIO tidak bertindak tidak etis. Ini berarti bahwa
banyak CIO tidak bertindak tidak etisbahkan saat kesempatan itu ada.
·
Etika
Membuahkan Sukses
Jika
menghubungjan etika dengan keberhasilan, para CIO yang berhasil berperilaku
etis, dan untuk sukses seseorang tidak perlu mengkompromikan etikanya serta
tidak menyembunyikan informasi, menjelekkan saingan, mencari kambing hitam,
atau mengambil pujian yang bukan haknya.
·
Perusahaan
dan Manajer Memiliki Tanggung jawab Sosial
Manajer
sering harus mendahulukan tanggung jawab mereka pada masyarakat daripada
tanggung jawab pada perusahaan, dan baik perusahaan maupun manajer memiliki
tanggung jawab sosial yang melebihi tanggung jawab pada pemegang saham.
·
Manajer
Mendukung Keyakinan Etika mereka dengan Tindakan
Para
spesialis informasi yakin bahwa manajemen puncak pada perusahaan mereka telah
menyatakan tidak dapat mentolerir perilaku tidak etis dan akan mengambil
tindakan terhadap yang melanggar standar tersebut.
Rencana
Tindakan untuk Mencapai Operasi Komputer yang Etis
Rencana tindakan untuk mencapai
operasi komputer yang etis (menurut Don Parker) ada sepuluh langkah, yaitu :
- Formulasikan suatu kode prilaku
- Tetapkan aturan prosedur yang berkaitan dengan masalah seperti penggunaan jasa komputer untuk pribadi, hak milik atas program dan data komputer.
- Jelaskan sanksi yang akan diambil terhadap pelanggar – seperti teguran, penghentian dan tuntutan
- Kenali prilaku etis
- Fokuskan perhatian pada etika melalui program-program seperti pelatihan dan bacaan yang disyaratkan
- Promosikan UU kejahatan komputer (cyberlaw) dengan memberikan informasi kepada para karyawan
- Simpan suatu catatan formal yang menetapkan pertanggungjawaban tiap spesialis informasi untuk semua tindakannya, dan kurangi godaan untuk melanggar dengan program-program seperti audit etika
- Dorong penggunaan program-program rehabilitasi yang memperlakukan pelanggar etika dengan cara yang sama seperti perusahaan memperdulikan pemulihan bagi alkoholik atau penyalah guna obat bius.
- Dorong partisipasi dalam perkumpulan profesional
- Berikan contoh.
Menempatkan Etika Komputer dalam Perspektif
Berbagai masalah sosial yang gawat
ada sekarang ini, karena pemerintah dan organisasi bisnis gagal untuk
menegakkan standar etika tertinggi dalam penggunaan komputer. Masalah ini ada
dalam bentuk pelanggaran privasi dan pembajakan perangkat lunak. Walau
statistik menunjukkan pelanggaran etika yang luas, namun, diperkirakan banyak
perusahaan dan manajernya yang tidak hanya menyadari tanggung jawab etis mereka
namun juga jujur berusaha untuk berpegang pada etika.
Ini bukan berarti bahwa perbaika
tidak perlu lagi. Sepuluh langkah tindakan Parker nampak sangat rasional untuk
diikiti CIO mana pun. Namun, hanya 13% dari spesialis informasi dalam
penelitian Vitell-Davis yang menyatakan bahwa perusahaan mereka memiliki kode
etik formal dan tertulis. Terdapat kesempatan luas bagi para CIO untuk
memformalkan keyakinan etis mereka menurut cara yang Parker sarankan.
DAFTAR
PUSTAKA
4. McLeod,
Jr. Raymond, dan Schell, George. Sistem Informasi Manajemen Edisi Ke Delapan.
Jakarta: PT INDEKS, 2004