MODEL DINAMIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN AGREGRATE
Seperti
namanya, model baru ini menekankan sifat dinamis dari fluktuasi ekonomi sebagai
"yang ditandai dengan perubahan atau aktivitas yang terus menerus."
Definisi ini segera berlaku pada perekonomian yang terus dihujani berbagai
guncangan. Guncangan ini berdampak langsung pada ekuilibrium jangka pendek
perekonomian, dan juga mempengaruhi jalur output berikutnya, inflasi, dan
banyak variabel lainnya. Dinamika model AD – AS memusatkan perhatian pada
bagaimana output dan inflasi merespon dari waktu ke waktu terhadap perubahan
eksogen dalam lingkungan ekonomi.
Selain
lebih menekankan pada dinamika, model ini berbeda dari model sebelumnya: model
ini secara eksplisit menggabungkan respons kebijakan moneter terhadap kondisi
ekonomi. Pada bab-bab sebelumnya, kita mengetahui penyederhanaan konvensional
bahwa bank sentral menetapkan jumlah uang beredar, yang menjadi penentu tingkat
bunga ekuilibrium. Namun, di dunia nyata, banyak bank sentral menetapkan target
tingkat suku bunga dan membiarkan jumlah uang beredar menyesuaikan ke tingkat
apa pun yang diperlukan untuk mencapai target tersebut. Selain itu, target suku
bunga yang ditetapkan oleh bank sentral bergantung pada ekonomi kondisi,
termasuk inflasi dan output. Salah satu persamaan yang digunakan dalam model
AD-AS dinamis adalah:
Inflasi: Kurva Phillips
Inflasi dalam perekonomian ini
ditentukan oleh kurva Phillips konvensional ditambah dengan peran ekspektasi
inflasi dan guncangan penawaran eksogen. Persamaannya adalah:
ᴨt = Et-1ᴨt + φ (Yt – Yt)
+ υt
Model ini mirip dengan
kurva Phillips dan persamaan penawaran agregat
jangka pendek di bab sebelumnya dimana output bergantung
secara positif pada tingkat harga dalam jangka pendek. Terdapat dua penyebab
yang mempengaruhi inflasi, yaitu inflasi cost-push artinya jika
ada guncangan penawaran yang merugikan akan mendorong perusahaan untuk
menaikkan harga yang mendorong inflasi naik dan inflasi demand-pull artinya ketika terdapat guncangan positif di permintaan
agregrat akan menyebabkan pengangguran menurun dibawah tingkat alaminya dan
mendorong tingkat inflasi naik. Dan menurut persamaan ini, inflasi
ᴨt tergantung pada ekspektasi inflasi karena beberapa
perusahaan menetapkan harga di muka. Ketika
perusahaan mengharapkan inflasi yang tinggi, mereka mengantisipasi bahwa biaya
mereka akan naik dengan cepat dan pesaing mereka akan menerapkan
kenaikan harga yang substansial. Kenaikan harga ini pada gilirannya menyebabkan
inflasi aktual yang tinggi dalam perekonomian secara keseluruhan. Kemudian,
ketika perusahaan mengharapkan inflasi yang rendah,
mereka memperkirakan bahwa biaya dan harga pesaing hanya akan naik sedikit.
Dalam kasus ini, mereka menahan kenaikan harga
mereka sendiri, yang menyebabkan inflasi aktualnya rendah.
Parameter φ, lebih besar dari nol, mengindikasikan seberapa besar
respons inflasi ketika output berfluktuasi di sekitar tingkat
alaminya. Ketika ekonomi sedang booming dan output naik di atas tingkat
alaminya, perusahaan mengalami peningkatan biaya marjinal yang menaikkan harga. Sebaliknya ketika ekonomi
berada dalam resesi dan output di bawah tingkat
alaminya, biaya marjinal turun maka perusahaan akan memotong
harga. Parameter φ mencerminkan seberapa besar biaya
marjinal merespon keadaan aktivitas ekonomi dan seberapa cepat perusahaan
menyesuaikan harga sebagai respons terhadap perubahan biaya.
Dalam
model ini, keadaan siklus bisnis diukur dari penyimpangan output dari tingkat
alaminya (Yt – Yt). Sedangkan kurva Phillips di bab
sebelumnya tentang tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran
sehingga menekankan penyimpangan pengangguran dari tingkat alaminya. Namun
perbedaan ini tidak signifikan. Ingat hukum Okun: Fluktuasi jangka pendek dalam
output dan pengangguran berkorelasi kuat dan negatif. Ketika output di atas
tingkat alaminya, pengangguran berada di bawah tingkat alaminya, dan
sebaliknya. Dalam pengembangan model ini, perlu diingat bahwa pengangguran
berfluktuasi bersama dengan output, tetapi dalam arah yang berlawanan.
Guncangan
penawaran υt adalah variabel acak yang rata-rata nol tetapi dalam
periode tertentu bisa positif atau negatif. Variabel ini menangkap semua
pengaruh pada inflasi selain ekspektasi inflasi (yang ditangkap dalam Et-1ᴨt)
dan kondisi ekonomi jangka pendek [yang ditangkap dalam φ (Yt – Yt)].
Misalnya, jika kartel minyak yang agresif mendorong harga minyak dunia,
sehingga meningkatkan inflasi secara keseluruhan, peristiwa itu akan diwakili
oleh nilai positif dari υt. Sebaliknya kerjasama di dalam kartel
minyak rusak dan harga minyak dunia anjlok, menyebabkan inflasi turun, υt
akan menjadi negatif. Singkatnya, υt mencerminkan semua peristiwa
eksogen yang secara langsung mempengaruhi inflasi.
Asumsinya, inflasi akan tinggi ketika
orang di masa lalu mengharapkannya menjadi tinggi, permintaan saat ini tinggi
(relatif terhadap PDB alami) dan terdapat guncangan inflasi yang tinggi.
Artinya, jika harga naik dengan cepat karena beberapa alasan eksogen seperti
kelangkaan minyak impor atau kelangkaan pangan yang disebabkan oleh kekeringan.
Kurva Penawaran Agregat Dinamis
Untuk mempelajari
perilaku perekonomian ini dalam jangka pendek, perlu menganalisis
model secara grafis. Karena grafik memiliki dua sumbu maka
variabel output Yt dan inflasi ᴨt menjadi perhatian utama. Seperti pada model AD
– AS konvensional, output akan berada pada sumbu horizontal. Tetapi tingkat
harga akan diwakili tingkat inflasi di sumbu vertikal.
Untuk
menghasilkan grafik ini dibutuhkan dua persamaan untuk mengisolasi hubungan antara
output Yt dan ᴨt.
Hubungan pertama antara output dan inflasi terjadi di persamaan kurva Phillips
dengan mengganti satu variabel endogen dalam persamaan (Et-1ᴨt)
di persamaan ekspektasi (Et-1ᴨt =ᴨt-1) untuk
menggantikan inflasi masa lalu ᴨt-1 dari ekspektasi inflasi Et-1ᴨt.
Dengan substitusi, persamaan kurva Phillips menjadi
ᴨt = ᴨt-1 + φ (Yt – Yt) + υt (
DAS)
Persamaan
ini menghubungkan inflasi ᴨt dan output Yt dengan
dua variabel eksogen (Yt dan υt) dan variabel yang telah
ditentukan (ᴨt-1).
Kesimpulan kurva DAS adalah: pertama, kurva DAS miring ke atas. Kedua, ketika output berada di tingkat alaminya Yt = Y, maka ketinggian kurva DAS selalu ᴨt-1 + υt. Artinya, ketika perekonomian berada pada kesempatan kerja penuh, ketinggian kurva DAS mewarisi inflasi sebelumnya ditambah guncangan penawaran saat ini. Terakhir, pergeseran dalam kurva DAS terjadi setiap kenaikan (penurunan) dalam inflasi periode sebelumnya atau dalam guncangan inflasi periode saat ini menggeser DAS kurva ke atas (bawah) dengan jumlah yang sama dan setiap kenaikan (penurunan) dalam PDB alami menggeser DAS kurva ke kanan (kiri) sebesar jumlah yang sama.
Kurva Penawaran Agregat
Dinamis DASt menunjukkan hubungan
positif antara output Yt dan inflasi ᴨt, Kurva DAS menunjukkan bagaimana inflasi dikaitkan dengan output
dalam jangka pendek Kemiringan ke atas mencerminkan hubungan kurva
Phillips: Hal yang sama, tingkat aktivitas ekonomi yang tinggi dikaitkan dengan
inflasi yang tinggi. Dikarenakan tarikan permintaan inflasi. Kurva penawaran
agregat dinamis digambar untuk nilai yang diberikan dari inflasi masa lalu ᴨt-1,
tingkat output alaminya Yt, dan guncangan penawaran υt.
Saat variabel-variabel ini berubah, kurva DAS akan bergeser.
Guncangan terhadap Penawaran Agregat
Dalam
keseimbangan perekonomian jangka pendek ditentukan oleh perpotongan antara
kurva permintaan agregat dinamis dan kurva penawaran agregat dinamis. Ketika
terjadi peningkatan inflasi periode sebelumnya (πt-1)
atau guncangan inflasi saat ini (νt)
akan mengurangi output dan segera meningkatkan inflasi (stagflasi).
Pertimbangkan ketika
terjadi guncangan di penawaran agregat. Secara khusus, anggap saja υt
naik menjadi 1 persen untuk satu periode dan kemudian kembali ke nol. Ini
mengejutkan kurva Phillips, misalnya, karena kartel minyak internasional
menaikkan harga atau karena perjanjian serikat pekerja yang baru menaikkan upah
dan biaya produksi. Secara umum, penawaran shock υt menangkap
peristiwa apa pun yang mempengaruhi inflasi di luar ekspektasi inflasi Et-1ᴨt
dan aktivitas ekonomi saat ini, yang diukur dengan Yt – Yt.
Gambar
14-6 menunjukkan dalam periode t, saat guncangan terjadi, kurva penawaran
agregat dinamis bergeser ke atas dari DASt-1
ke DASt . Tepatnya,
kurva bergeser ke atas tepat sebesar guncangan, yang diasumsikan sebagai 1 persen.
Karena penawaran shock υt bukan merupakan variabel dalam persamaan
permintaan agregat dinamis, kurva DAD tidak berubah. Oleh karena itu, ekonomi bergerak
di sepanjang kurva permintaan agregat dinamis dari titik A ke titik B. Seperti
yang diilustrasikan pada gambar, guncangan penawaran dalam periode t
menyebabkan inflasi meningkat ᴨt dan output jatuh Yt.
Efek
ini bekerja sebagian melalui reaksi kebijakan moneter terhadap shock. Ketika
guncangan penawaran menyebabkan inflasi naik, bank sentral merespons dengan
mengikuti aturan kebijakannya dan menaikkan suku bunga nominal dan riil. Tingkat
bunga riil yang lebih tinggi mengurangi jumlah barang dan jasa yang diminta, yang
menekan output di bawah tingkat alaminya. (Rangkaian peristiwa ini diwakili
oleh gerakan di sepanjang kurva DAD dari titik A ke titik B.) Tingkat output
yang lebih rendah mengurangi tekanan inflasi sampai tingkat tertentu, sehingga
inflasi naik agak kurang dari guncangan awal.
Pada
periode setelah guncangan terjadi, ekspektasi inflasi lebih tinggi karena
ekspektasi bergantung pada inflasi masa lalu. Dalam periode t + 1, misalnya,
ekonomi berada di titik C. Meskipun variabel shock υt kembali ke
nilai normalnya yaitu nol, kurva penawaran agregat dinamis tidak segera kembali
ke awalnya posisi karena ekspektasi inflasi yang lebih tinggi. Ingat: perekonomian yang berada dalam
ekuilibrium jangka pendek tetapi tidak dalam ekuilibrium jangka panjang akan
berubah — meskipun tidak ada guncangan. Ekonomi akan bergerak sepanjang kurva
bersama DAD menuju lapangan kerja penuh di titik A di keseimbangan jangka
panjang. Sehingga, ia perlahan-lahan bergeser
kembali ke bawah menuju posisi awalnya DASt-1
karena tingkat aktivitas ekonomi yang lebih rendah mengurangi inflasi dan
dengan demikian ekspektasi inflasi masa depan. Selama proses ini, output tetap berada
di bawah tingkat alaminya.
Kesimpulannya
adalah ekonomi tidak akan tetap diam jika pada ekuilibrium jangka pendek yang bukan
ekuilibrium jangka panjang dan perekonomian selalu berakhir dalam ekuilibrium
jangka panjang.
Guncangan Penawaran Sebuah
shock penawaran dalam periode t menggeser kurva penawaran agregat dinamis ke
atas dari DASt-1 ke DASt. Kurva permintaan
agregat dinamis tidak berubah. Ekuilibrium ekonomi jangka pendek bergerak dari
titik A ke titik B. Inflasi naik dan output turun. Di periode berikutnya (t +
1), kurva penawaran agregat dinamis bergeser ke DASt+1 dan ekonomi bergerak ke poin C. Guncangan
penawaran telah kembali ke nilai normal nol, tetapi ekspektasi inflasi tetap
tinggi. Akibatnya, perekonomian hanya kembali secara bertahap ke ekuilibrium
awalnya, titik A.
Ini
menggambarkan fenomena stagflasi dalam model dinamika AD – AS. Guncangan
penawaran menyebabkan inflasi meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan
ekspektasi inflasi. Ketika bank sentral menerapkan aturannya untuk kebijakan
moneter dan merespons dengan menaikkan suku bunga, secara bertahap menekan
inflasi keluar dari sistem, tetapi dengan biaya penurunan yang berkepanjangan
dalam aktivitas ekonomi.
Pergeseran Kebijakan Moneter
Misalkan bank sentral memutuskan untuk menurunkan target tingkat inflasi, bagaimana perekonomian akan bereaksi untuk perubahan kebijakan moneter ini. Maka target inflasi akan berpengaruh pada kurva permintaan agregat dinamis sedangkan kurva DAS tidak akan bergeser dikarenakan target inflasi tidak ada di dalam persamaan penawaran agregrat dinamis. Penjelasan atas perubahan tersebut ditunjukkan di gambar 14-10.
Penurunan dalam target inflasi akan menggeser kurva DAD ke kiri dari DADt+1 ke DADt,t+1 dimana perekonomian bergerak dari titik A ke titik B. Sehingga output dan inflasi pun turun tetapi target inflasi masih berada di atas targetnya sehingga bank sentral mengikuti aturan kebijakannya menaikkan tingkat bunga riil yang lebih tinggi yang mengurangi permintaan barang dan jasa. Ketika output turun, kurva Phillips memberi tahu kita bahwa inflasi juga turun. Inflasi yang lebih rendah, pada gilirannya, mengurangi tingkat inflasi yang diharapkan orang-orang di periode berikutnya. Dalam periode t + 1, inflasi yang diharapkan lebih rendah menggeser kurva penawaran agregat dinamis ke bawah, ke DASt+1. Pergeseran ini menggerakkan ekonomi dari titik B ke titik C, selanjutnya mengurangi inflasi dan memperluas output. Seiring waktu dengan inflasi yang terus turun dan kurva DAS terus bergeser terhadap DAS terakhir, ekonomi mendekati keseimbangan jangka panjang yang baru di titik Z, di mana output kembali ke tingkat alaminya (Yfinal = Yall) dan inflasi berada pada titik baru di target yang lebih rendah (π*t,t+1,..= 1 persen).
Kesimpulannya
adalah pada saat target inflasi diturunkan, output turun di bawah tingkat
alaminya, dan inflasi juga turun ke tingkat target yang baru maka tingkat bunga
riil naik di atas tingkat alaminya (ρ)
sedangkan pengaruhnya terhadap tingkat bunga nominal (i = r + π) menjadi tidak pasti. Ketika output
pulih dan secara bertahap kembali ke tingkat alaminya. Inflasi terus turun dan secara
bertahap mendekati level target baru maka tingkat bunga riil turun, secara
bertahap kembali ke tingkat alaminya (ρ)
sedangkan tingkat bunga nominal jatuh ke tingkat jangka panjang yang baru dan
yang lebih rendah (i = ρ
+ π*).
Sepanjang
analisis ini asumsinya bahwa orang membentuk ekspektasi inflasi mereka
berdasarkan inflasi yang baru-baru ini mereka alami atau akan merespons dengan
mengubah ekspektasi inflasi mereka dengan segera/rasional. Jika demikian, kurva
penawaran agregat dinamis akan segera bergeser ke bawah setelah perubahan
kebijakan, tepat ketika kurva permintaan agregat dinamis bergeser ke bawah.
Pada kasus ini, ekonomi akan segera mencapai ekuilibrium jangka panjang yang
baru. Sebaliknya, jika masyarakat tidak mempercayai kebijakan inflasi rendah
yang diumumkan sampai mereka melihatnya, maka asumsi ekspektasi adaptif adalah
tepat, dan jalur transisi ke inflasi yang lebih rendah akan melibatkan periode
kehilangan output.
Penerapan dalam Kebijakan Moneter
Dalam
model dinamis ini selain mempengaruhi inflasi dan output, bisa menggunakan
model untuk menjelaskan desain moneter kebijakan yaitu bagaimana berbagai
guncangan mempengaruhi jalur output, inflasi, dan suku bunga. Apa yang
seharusnya menjadi parameter aturan kebijakan moneter? Dengan dua parameter
kunci dari aturan kebijakan θπ (tingkat ketanggapan target
tingkat bunga terhadap inflasi) dan θY
(tingkat ketanggapan target tingkat suku bunga terhadap output).
Ketika
terjadi guncangan penawaran yang mengurangi output (buruk) dan meningkatkan inflasi
(juga buruk). Bank sentral akan menghadapi tradeoff antara "hal
buruk" ini - dapat mengurangi efek pada output, tetapi hanya dengan
mentolerir peningkatan efek inflasi. Menurut
dinamika model AD – AS, dampak guncangan
ini sangat bergantung pada kemiringan kurva permintaan agregat dinamis yang
memiliki dampak besar atau kecil pada output dan inflasi. Fenomena ini
diilustrasikan pada gambar 14-12. Dalam dua panel gambar ini, perekonomian
mengalami guncangan penawaran yang sama. Pada panel (a), guncangan penawaran
menggeser kurva DAS ke atas dimana kurva permintaan agregat dinamis hampir
datar karena pengaruh kecil pada inflasi tetapi berpengaruh besar pada output. Singkatnya,
ketika ekonomi mengalami guncangan penawaran yang mendorong inflasi, aturan
kebijakan bank sentral telah meresponnya dengan penuh semangat dengan suku
bunga yang lebih tinggi. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi secara signifikan
mengurangi jumlah barang dan jasa yang diminta, sehingga menyebabkan resesi
besar yang mengurangi dampak inflasi dari guncangan (yang merupakan tujuan dari
respons kebijakan moneter)
Pada
panel (b), kurva permintaan agregat dinamis curam, sehingga guncangan memiliki
pengaruh besar pada inflasi tetapi pengaruh kecil pada output. Ceritanya justru
sebaliknya: Ketika ekonomi mengalami guncangan penawaran yang mendorong inflasi,
aturan kebijakan bank sentral hanya merespons dengan suku bunga yang sedikit lebih
tinggi. Respons kebijakan kecil ini menghindari resesi besar tetapi
mengakomodasi guncangan inflasi.
Dalam pilihan kebijakan moneter ini, bank sentral harus menentukan skenario yaitu variabilitas inflasi yang lebih kecil atau variabilitas output yang lebih sedikit. Atau dapat memilih antara dua skenario yang ekstrem ini yaitu variabilitas inflasi dan output tidak boleh berkurang.
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan kurva Phillips dalam model
dinamis AD-AS menentukan inflasi. Dalam menganalisis perilaku perekonomian
jangka pendek dalam membentuk kurva penawaran agregrat dinamis menggunakan
persamaan kurva Phillips dan persamaan ekspektasi adaptif. Sehingga ketika
terjadi guncangan penawaran mengejutkan kurva Phillips karena υt
menangkap peristiwa yang mempengaruhi inflasi di luar ekspektasi inflasi Et-1ᴨt
dan aktivitas ekonomi saat ini Yt – Yt. Selain itu, kita
bisa melihat reaksi kebijakan moneter ketika terjadi guncangan dengan melihat
respon bank sentral baik menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga riil dan
nominalnya yang akan mempengaruhi tingkat output dan inflasi. Kurva Phillips
juga berperan dalam pergeseran kebijakan moneter ketika bank sentral menetapkan
target tingkat inflasi dimana ketika bank sentral menetapkan target inflasi
yang berpengaruh pada output maka inflasi juga akan berpengaruh di kurva
Phillips.
Dalam parameter aturan kebijakan moneter ketika terjadi guncangan penawaran akan mempengaruhi kemiringan kurva permintaan agregat dinamis dan menentukan apakah memiliki efek yang lebih besar pada output atau inflasi. Sehingga pemilihan kebijakan moneter, bank sentral menghadapi tradeoff antara variabilitas output dan variabilitas inflasi.
Sumber: Mankiw, N. Gregory, 2003, Macroeconomics, Worth Publisher