Reformasi
Pasar Bebas Menghidupkan Kembali Perekonomian Cile
Para manajer bisnis harus memiliki
pengetahuan yang baik mengenai teori ekonomi agar memahami strategi
perkembangan ekonomi suatu negara yang sangat tergantung pada keyakinan dan
pendidikan perencana ekonomi pemerintah. Dengan mengikuti dari dekat tindakan
dan pidato tersebut. Jika mereka mengetahui teori-teori yang di garisbawahi, mereka
dapat mengantisipasi perubahan strategi pemerintah dan menggunakan pengetahuan
tersebut untuk keuntungan mereka.
Perekonomian cile berada dalam
kekacauan setelah rezim Allende. Inflasi naik lebih dari 1000 persen pertahun,
dan utang negara yang membebani benar-benar tidak dapat diatur. Pemerintahan
Allende telah mengikuti kebijakan dari banyak negara berkembang pada saat itu
keterlibatan mendalam dalam ekonomi termasuk bea cukai yang tinggi pada impor
untuk melindungi industri lokal, pengadaan pajak penghasilan dari sektor
swasta, dan pemberian subsidi yang besar untuk industri-industri terpilih.
Pejabat pemerintahan Allende
menunjuk satu group ekonom konservatif cile untuk merancang program baru. Group
itu disebut “Chicago Boys” karena mereka adalah lulusan dari university of
chicago. Isi dari program Chicago Boys dan pengaruhnya terhadap bisnis cile
tidaklah mengejutkan siapa pun yang memiliki pengetahuan teori ekonomi.
Salah satu perubahan paling penting
yang direkomendasikan oleh para ekonom dan mempengaruhi pemerintah adalah
penurunan bea impor dari setinggi 1.000 persen menjadi tingkat dasar 10 persen.
Terlebih lagi hambatan-hambatan impor lainnya dihilangkan, sehingga secara
nyata siapa pun bebas mengimpor apa saja. Sebagai hasilnya, para produsen dan
penanam modal dipaksa untuk bersaing dipasar dunia untuk bertahan dalam bisnis.
Selanjutnya, bea impor yang lebih rendah mengurangi biaya impor peralatan
pokok, yang mendorong investasi bisnis.
Presiden pembuat perkakas terbesar
cile, yang industrinya telah dilindungi dari persaingan asing dengan 1.000
persen bea impor, memberikan opini mengenai program baru ini “ kami dulu
memiliki 5000 tenaga kerja dan produktivitas tahunan per satu orang tenaga
kerja hanyalah 59.000. sekarang kami memiliki 1,860 tenaga kerja, dan akhirnya
usaha kami dapat menunjukan keuntungan.”
Tidaklah mengejutkan bagi siapa pun
yang memiliki pengetahuan ekonomi bahwa akan ada kontraksi dari industri lokal
ketika perusahaan kehilangan perlindungan dari impor. Walaupun pembuat perkakas
ternama menyebutkan sebelumnya bahwa ia dapat bersaing setelah kehilangan
perlindungan dari impor. Walaupun pembuat perkakas ternama menyebutkan
sebelumnya bahwa ia dapat banyak dari pembuat perkakas yang terpaksa keluar
dari bisnis dan kontrak kegiatan operasional mereka.
Walaupun kebijakan moneter ketat
yang berkaitan dengan krisis keuangan global disertai dengan kekeringan parah
menyebabkan turunnya pertumbuhan pada tahun 1998 dan tahun 1999, cile
mempertahankan kebijakan pasarnya dan kepercayaan dirinya terhadap pasar dunia.
Perbaikan dimulai pada akhir tahun 1999 dan pertumbuhan telah dipercepat
menjadi lebih dari 6 persen pada tahun 2005. Selain itu, naiknya nilai tembaga
cile berkontribusi terhadap cepatnya pertumbuhan nilai ekspor. Cile telah
menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara dan daerah,
termasuk uni eropa, mercosur, amerika serikat, kanada, korea, peru, merendahkan
seperti “ Chicago Boys” di cile, “tecnicos” di meksiko, dan “ Barkeley Mafia”
(ekonom yang berpendidikan di university of california-Barkeley) di indonesia.
Teori Perdagangan
Internasional
Mengapa negara
melakukan proses perdagangan? Pertanyaan ini dan proposisi dari memprediksi
arah, komposisi, dan volume barang yang diperdagangkan akan sama pentingnya
dengan apa yang berusaha dituju dari teori perdagangan internasional.
Menariknya, seperti halnya dengan banyaknya buku ekonomi, rumus pertama dari
teori perdagangan dunia adalah motivasi politik Adam Smith, yang kecewa dengan
campur tangan dan kontrol pemerintah atas perdaganangan domestik dari asing,
akhirnya menerbitkan An Inquiry into the
Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776), sebuah buku yang
mengetengahkan idenya untuk berusaha mengembangkan filosofi merkantilisme.
MERKANTILISME
Merkantilisme, Filosofi
ekonomi yang dipopulerkan oleh Smith, berkembang di eropa antara abad ke 16 dan
18. Merupakan sebuah pengaturan politik dan ekonomi yang kompleks,
merkantilisme secara sederhana telah ditafsirkan sebagai akumulasi pandangan
logam mulia sebagai kegiatan penting untuk kesejahteraan suatu negara. Logam
ini, dalam pandangan merkantilis melihat perdagangan internasional sebagai
sebuah cara untuk memasok emas dan perak.
TEORI KEUNGGULAN
ABSOLUT
Adam Smith membuktikan merkantilisme
dengan mengklaim bahwa kekuatan pasar
bukan kontrol pemerintah seharusnya menentukan arah, volume, dan
komposisi perdagangan internasional. Dia membantah bahwa di bawah perdagangan
bebas dan tidak diatur, setiap negara seharusya mengkhususkan produksi barang
dan memproduksi dengan lebih efisien (yang akan mendatangkan keunggulan
absolut, baik secara alami maupun yang diperoleh melalui usaha).
TEORI KEUNGGULAN
KOMPARATIF
David Ricardo (1817)
mendemonstrasikan walaupun sebuah negara memegang keunggulan absolut di atas
negara lainnya dalam produksi masing-masing dari dua produk berbeda,
perdagangan internasional akan dapat menciptakan keuntungan untuk setiap negara
(dengan demikian mewakili positive-sum-game,
yakni ketika kedua negara “menang” dalam keterlibatan perdagangan).
Menggambarkan
kombinasi yang mungkin dari barang-barang untuk konsumsi. Sebelum perdagangan,
Cina mungkin memproduksi dan mengonsumsi 5 ton kedelai dan 5 gulung kain (poin
A), sementara Amerika Serikat memproduksi dan mengonsumsi 4 ton kedelai dan 2
gulung kain (poin A).
Bila
setiap Negara yang berspesialisasi dalam produksi barang memiliki keunggulan
komparatif dan memperdagangkan kelebihan produksinya dengan yang lain, kedua
Negara dapat mengonsumsi di poin B. daerah yang diarsir di bawah setiap kurva
mengindikasikan keuntungan dari perdagangan.
Konsep
sederhana keunggulan komparatif ini berfungsi sebagai dasar untuk perdagangan
internasional, meskipun ketika satu Negara memiliki keunggulan diatas yang lain
dalam produksi setiap barang yang diperdagangkan.
Perhatikan
bahwa contoh kami menyebutkan unit input.
Ini adalah versi yang lebih modern dari contoh Ricardo dan Smith. Yang hanya
menggunakan input tenaga kerja. Mereka
melakukannnya karena pada masa itu hanya tenaga kerja yang dianggap penting
dalam menghitung biaya produksi. Juga karena tidak ada pertimbangan yang
diberikan pada kemungkinan produksi barang yang sama dengan kombinasi dari
banyak faktor, dan tidak ada keterangan yang diberikan mengapa biaya produksi
berbeda. Hal itu tidak berlangsung lama. Pada tahun 1933, Bertil Ohlin seorang
ekonom berkebangsaan Swedia mengkaji penelitian oleh professor ekonominya yang
juga berkebangsaan Swedia pada tahun 1919 yakni Eli Heckscher, yang
mengembangkan teori faktor dukungan.
Teori
Faktor Dukungan Heckscher-Ohlin
Teori faktor dukungan Heckscher-Ohlin
menyatakan bahwa perbedaan internasional dan inter regional dalam biaya
produksi terjadi karena perbedaan pasokan dari faktor produksi. Barang-barang
yang dibutuhkan sejumlah faktor kekayaan yang berlimpah sehingga lebih murah
akan memiliki biaya produksi yang lebih rendah, yang memungkinkan barang-barang
tersebut dijual dengan lebih murah di pasar internasional. Misalnya, india,
yang relatif dianugerahi sumberdaya manusia (tenaga kerja) jika dibandingkan
dengan Jerman, harus berkonsentrasi dalam memproduksi barang-barang dengan yang
intensif; Jerman dengan modal yang relatif lebih besar daripada tenaga kerja,
seharusnya mengkhususkan produk dengan modal intensif. Ketika Negara-negara ini
melakukan proses perdagangan, masing-masing akan memperoleh harga lebih rendah
untuk barang-barang yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi yang relatif
langka di Negara mereka sendiri, dan keduanya akan memperoleh keuntungan dan
transaksi.
Seberapa
pentingkah teori ini untuk menjelaskan pola perdagangan di masa sekarang?
Secara umum, pola perdagangan berhubungan cukup baik dengan teori
Heckscher-Ohlin. Negara-negara yang secara relatif memilik sejumlah lahan
relatif cukup besar (seperti Australia) memang mengekspor produk dengan lahan
yang intensif (seperti biji-bijian dan ternak), sementara negara-negara dengan
populasi yang relatif besar (seperti Indonesia dan bangladesh) mengekspor barang-barang
dengan tenaga kerja yang intensif. Meskipun demikian, ada pengecualian yang
disebabkan oleh sebagian dari asumsi Ohlin. Salah satu asumsi tersebut adalah
bahwa harga dari banyak hanya tergantung pada faktor dukungan. Kita mengetahui
hal ini tidaklah benar. Faktor harga tidak beratur dalam pasar yang sempurna.
Misalnya, upah minimum dan keuntungan yang di sahkan dapat memaksa biaya tenaga
kerja meningkat ke titik yang lebih besar dari nilai produk yang dapat
dihasilkan para tenaga kerja. Kredit pajak investasi dapat menurunkan biaya
modal di bawah biaya pasar, dan sebagainya. Sebagai hasilnya, faktor harga
tidak sepenuhnya mencerminkan faktor pasokan.
Ohlin juga
berasumsi bahwa teknologi yang diberikan tersedia secara universal tetapi
tidaklah seperti itu. Selalu ada keterlambatan antar pengenalan metode produksi
baru dan aplikasinya di seluruh dunia. Sebagai hasilnya, teknologi superior
sering memungkinkan sebuah Negara untuk memproduksi barang-barang dengan biaya
yang lebih rendah dari negara yang didukung dengan faktor yang diperlukan.
Sebuah asumsi yang terkait erat adalah bahwa produk yang diberikan adalah
tenaga kerja atau modal intensif. Namun, pengamatan metode konstruksi,
misalnya, di Negara yang kurang maju akan menunjukkan beton basah dapat
dituangkan dengan baik oleh sekumpulan buruh dengan ember atau mesin derek dan
operatornya.
Paradox
Leontief. Sebuah kajian yang dibuat pada tahun
1953 oleh seorang ekonom Wassily Leontief membantah kegunaan dari teori
Heckscher-Ohlin sebagai orang yang memprediksi arah perdagangan. Kajian ini
kemudian dikenal sebagai paradoks
Leontief, yang menemukan bahwa Amerika Serikat, salah satu Negara dengan
modal yang paling intensif di dunia, telah mengekspor produk dengan tenaga
kerja yang intensif secara relatif dalam pertukaran untuk impor produk dengan
modal yang intensif secara relatif. Para ekonom telah berspekulasi bahwa hal
ini terjadi karena Amerika Serikat mengekspor produk dengan teknologi yang
intensif yang diproduksi oleh tenaga kerja yang memiliki keterampilan tinggi
yang membutuhkan investasi modal besar untuk dididik dan dilatih. Pada saat
yang sama, Amerika Serikat mengimpor barang yang dibuat dengan teknologi matang
yang memerlukan proses produksi massal dengan modal yang intensif yang
dioperasikan oleh tenaga kerja yang tidak telatih. Penelitian oleh ekonom
Harvard, Sachs dan Shatz telah benar menunjukkan bahwa Amerika Serikat
menaikkan ekspor dari barang-barang dengan keterampilan yang intensif ke
Negara-negara berkembang sementara mengurangi produksi dari barang-barang yang
dikerjakan oleh tenaga kerja yang tidak terlatih. Penjelasan lainnya untuk
paradoks yang jelas ini dalam pola perdagangan adalah banyaknya produk yang
mungkin diproduksi baik dengan proses modal ataupun tenaga kerja yang intensif,
seperti yang kita perhatikan di paragraf sebelumnya. Struktur internasional
pada hambatan perdagangan juga secara terpisah menjelaskan hasil Leontief.
Sebuah masukan penting dari Leontief adalah mengenali potensi perbedaan dalam
bervariasinya tenaga kerja (misalnya, beberapa tenaga kerja terampil, sementara
lebih banyak tenaga kerja yang tidak terampil, dan potensi dari produktifitas
dari kedua kelompok akan sangat berbeda), sama halnya perbedaannya dalam
sumberdaya alam dan modal, dan faktor-faktor ini dapat membantu untuk
menjelaskan tingkat dan arah perdagangan.
Perbedaan
rasa. Heckscher-Ohlin juga mengabaikan biaya
transportasi, tetapi ada barang-barang yang biaya angkutnya tinggi yakni biaya
untuk sampai ke tujuan (harga jual ekspor ditambah biaya transportasi) yang
lebih besar dari biaya untuk produk yang dibuat secara lokal. Pada kasus ini,
akan ada perdagangan kecil. Mengapa tidak mengatakan bahwa tidak akan ada
perdagangan? Hal ini karena konstruksi sisi permintaan yang selalu sulit untuk
ditangani dalam teori ekonomi dan yang selama ini kita abaikan – perbedaan
rasa. Manajer, bagaimanapun juga, tidak dapat mengabaikan perbedaan ini, yang
memungkinkan perdagangan mengalir ke arah yang sangat berbeda dengan yang
diperkirakan oleh teori keunggulan komparatif – dari Negara dengan harga yang
tinggi ke harga yang lebih rendah. Prancis menjual anggur, kosmetik, pakaian,
dan bahkan air minum ke Amerika Serikat, yang semuanya diproduksi di Amerika
juga, dan umumnya telah terjual dengan harga yang lebih murah. Jerman dan
Italia mengirim Porsches dan Maseratis ke Amerika, walaupun Amerika Serikat
adalah salah satu dari produsen dari mobil terbesar di dunia. Orang-orang
Amerika membeli barang-barang ini tidak hanya berdasarkan harga – variabel
independen yang tersirat dalam teori perdagangan telah kita pelajari – tetapi
juga karena preferensi rasa. Perbedaan kultur, iklim, tingkat pendapatan, dan
struktur populasi dapat membuat perbedaan dalam hal preferensi yang tentu saja
memengaruhi pola perdagangan.
Kita
telah menyampaikan teori keunggulan komparatif tanpa menyebutkan uang; meskipun
demikian, keunggulan komparatif sebuah Negara dapat dipengaruhi oleh perbedaan
antara faktor biaya produksi dalam mata uang Negara itu dan biayanya dalam mata
uang lain. Sebagaimana yang akan kita lihat di bagian selanjutnya, uang dapat
mengubah arah perdagangan.
BAGAIMANA
UANG DAPAT MENGUBAH ARAH PERDAGANGAN
Seandainya biaya total dari tanah,
tenaga kerja, dan modal untuk memproduksi hasil harian dari kedelai atau kain
dalam contoh keunggulan absolut adalah $10.000 di Amerika Serikat dan 80.000
yuan di Cina, biaya per unit sebagai berikut.
Harga
per unit
|
||
Komoditas
|
Amerika
Serikat
|
Cina
|
Kedelai
(ton)
|
$10.000/3=
$3.33/ton
|
80.000
yuan/1= 80.000 yuan/ton
|
Kain
(gulung)
|
$10.000/2=
$5.000/gulung
|
80.000
yuan/4= 20.000 yuan/gulung
|
Untuk menentukan
apakah lebih menguntungkan, membeli secara lokal atau mengimpor, para pedagang
harus mengetahui harga dalam mata unag mereka sendiri. Untuk mengubah mata uang
dari mata uang asing ke mata uang domestik, mereka menggunakan nilai kurs.
Nilai
kurs. Nilai kurs adalah harga satu mata
uang yang dinyatakan dalam bentuk mata uang lainnya. Jika nilai yang berlaku
adalah $1=8 yuan, maka 1 yuan pasti seharga 0,125 dolar*.
Menggunakan nilai kurs $1= 8 yuan, harga di contoh sebelumnya bagi pedagang Amerika
Serikat sebagai berikut.
Harga
per unit
|
||
Komoditas
|
Amerika
Serikat
|
Cina
|
Kedelai
(ton)
|
$3.33
|
80.000
yuan
|
Kain
(gulung)
|
$5.000
|
20.000
yuan
|
Produsen kedelai Amerika bisa
mendapatkan $6.667 lebih per ton dengan mengekspor kedelai ke Cina daripada
yang bisa mereka dapatkan dengan menjual secara lokal, **tetapi
apakah pembuat kain Cina bisa mendapatkan keuntungan dengan mengekspor ke
Amerika Serikat? Untuk mengetahuinya, mereka harus mengubah harga Amerika ke
yuan Cina.
Harga
per unit
|
||
Komoditas
|
Amerika
Serikat
|
Cina
|
Kedelai
(ton)
|
26.664
yuan
|
80.000
yuan
|
Kain
(gulung)
|
40.000
yuan
|
20.000
yuan
|
Ini nyata bahwa pembuat kain Cina akan
mengekspor kain ke Amerika Serikat karena mereka dapat menjual dengan harga
yang lebih tinggi, yakni 40.000 yuan per gulung. Meskipun demikian, pembuat
kain Amerika memerlukan beberapa argumen penjualan untuk menjual di Amerika
Serikat jika mereka mau mengatasi perbedaan harga $2.500. Ricardo tidak
mempertimbangkan kemungkinan ini; pada masanya, produk dianggap homogen dan
karenanya dijual hanya dengan harga dasar.
*jika $1= 8 yuan, untuk menemukan nilai
1 yuan dalam dolar, bagi kedua sisi persamaan dengan 8. Maka 1 yuan= 1/8=
$0,125.
**misalnya, untuk menghitung data ini,
anda harus mengalikan harga Amerika $3,333 per ton kedelai kali 8 yuan per
dolar, menghasilkan harga 26,664 yuan per ton.
Pengaruh
nilai kurs. Kedelai ke Cina dan kain ke Amerika
akan menjadi arah perdagangan selama nilai kurs tetap sekitar $1= 8 yuan.
tetapi jika dolar menguat $1= 24 yuan, kedelai Amerika akan seharga dengan
kedelai Cina, dan impor akan terhenti. Di sisi lain, jika dolar melemah $1= 4
yuan, maka 1 gulung kain Cina akan seharga $5.000 bagi penjual Amerika dan
mereka akan memiliki sedikit alasan untuk mengimpor.
Pada
26 Juli 2005, dolar Amerika serikat diperdagangkan pada kurs 1,207 terhadap
euro. Menjelang 26 Mei 2008, nilai dolar menurun sampai lebih dari 30 persen,
mencapai kisaran 1,577 per euro. Perusahaan-perusahaan eropa telah ditekan
untuk menurunkan harga euro dari ekspor mereka ke Amerika serikat untuk
memelihara pangsa pasar mereka. Contoh berikut mendemostrasikan dampak
apresiasi euro pada harga euro dari impor Amerika ke Eropa.
Boeing
menginginkan $100 juta untuk satu dari pesawat jet 787 Dreamliner-nya. Pada
juli 2005 , nilai kurs $1,207= €1, perusahaan akan dibebani €82,85 juta untuk
pesawat tersebut. Untuk mendapatkan $100 juta untuk pesawat di bulan Mei 2008
dengan nilai kurs $1,577= €1, boeing hanya akan dihargai €63,41 juta, atau
berkurang €19,44 juta. Perubahan ini akan meningkatkan daya saing Boeing
melawan pesaing berbasis Eropa seperti Airbus ketika mencoba untuk menjual
pesawat terbang ke perusahaan penerbangan di Eropa dengan harga-sensitif.
Cara
lain suatu Negara dapat berusaha untuk mendapatkan kembali daya saing dalam
pasar dunia melalui devaluasi mata uang (menurunkan
harga dari suatu nata uang terhadaomata uang lainnya). Perhatikan bahwa di
banyak kasus, tetapi dengan tanpa arti, tindakan ini dapat membiarkan
harga-harga domestik sebagian besar tidak berubah.
Untuk
memerangi inflasi yang semakin meluas, pemerintah Argentina memutuskan untuk
menentukan nilai tukar tetap dari 1 peso ke 1 dolar Amerika serikat. Walau pun
tarif dolar berhasil dalam menstabilkan keuangan Negara, hal ini juga membuat
argentina menjadi Negara yang paling mahal di dunia untuk melakukan bisnis.
Banyak juga yang menyalahkan tarif untuk
resesi yang telah berlanjut sejak tahun 1998 dan menyebabkan tingginya
pengangguran. Walaupun rata-rata upah adalah $600 per bulan, banyak harga yang
sama dengan yang ada di eropa. Keresahan ini yang menyebabkan kerusuhan luas,
dan presiden Argentina akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya. Pada Januari
2002. Tiga hari setelah pengambilan kantor, pemerintah sementara Argentina
meninggalkan dasawarsa lama kebijakan nilai tukar tetap. Segera setelah itu,
peso mengalami devaluasi dramatis dan tiba-tiba menurun dari $1 menjadi hanya
27 sen dalam 5 bulan. Impor menjadi mahal dan ekspor menjadi menarik. Dalam
lima tahun devaluasi, ekspor telah tumbuh dari 2 menjadi 7 persen dari output
nasional. Meningkatnya investasi domestik dan produksi menggantikan impor.
Pengangguran hilang setelahnya, menjadi 13 persen. Bruto produk domestik
meningkat 38% dalam tiga tahun.
BEBERAPA
PENJELASAN TERBARU MENGENAI ARAH PERDAGANGAN
Teori perdagangan internasional yang
telah kita bahas pada dasarnya merupakan satu-satunya penjelasan teoretis
perdagangan yang tersedia bagi kita sampai setengah abad kedua dari abad 20.
Meskipun demikian, sejak saat itu, beberapa penjelasan lainnya untuk
perdagangan internasional mungkin telah dikembangkan.
Teori
Permintaan Tumpang Tindih Linder. Ekonom Swedia
lainnya, Stefan Linder, mengenai bahwa teori Heckscher-Ohlin yang berorientasi
penawaran, berdasar pada faktor dukungan yang sudah cukup menjelaskan
perdagangan internasional untuk produk utama. Namun, dia yakin ada penjelasan
lain yang diperlukan untuk perdagangan dalam manufaktur barang. Dalam bentuk
paling murni, teori Heckscher-Ohlin mengharapkan Negara-negara maju agar lebih
banyak berdagang dengan Negara-negara berkembang yang memiliki faktor dukungan
berbeda, daripada dengan Negara-negara maju lainnya yang memiliki faktor
dukungan sama. Sebaliknya, teori permintaan tumpang tindih Linder menyatakan
bahwa cita rasa konsumen lebih berpengaruh kuat terhadap tingkat pendapatan,
dan oleh karena itu tingkat pendapatan Negara per kapita menentukan jenis
barang-barang untuk memenuhi permintaan ini, jenis produk manufaktur yang
mencerminkan tingkat pendapatan Negara per kapita. Barang-barang yang
diproduksi untuk konsumsi domestik nantinya akan diekspor karena persamaan
pendapatan dan permintaan di Negara-negara lain.
Dengan
demikian, teori Linder menyimpulkan bahwa perdagangan internasional dalam
barang-barang manufaktur akan lebih besar antara Negara-negara dengan tingkat
pendapatan yang berbeda. Situasi inilah yang sangat diamati pada bab 2 selama
ulasan data perdagangan. Walaupun dua Negara maju mungkin memiliki faktor
dukungan yang sama – dibawah teori Heckscher-Ohlin yang menghasilkan
perdagangan terbatas di antara mereka – negara-negara ini tetap dapat memiliki
volume besar perdagangan satu sama lainnya. Barang-barang yang akan
diperdagangkan mungkin adalah barang yang terdapat pada permintaan tumpang
tindih (konsumen di kedua Negara meminta barang yang sama) misalnya, jika
sebuah perusahaan di Amerika seperti Apple menciptakan ponsel canggih dengan
fitur-fitur yang maju lainnya, seperti Jepang dan Negara-negara Eropa Barat,
walaupun Negara-negara tersebut memiliki produsen ponsel mereka sendiri.
Perhatikan bahwa model Linder berbeda dari model keuntungan komparatif yang
dalam hal ini tidak menentukan ke arah mana barang-barang yang ditentukan akan
pergi. Kenyataannya, Linder menentukan bahwa sebuah barang mungkin akan pergi
ke arah-arah yang lain. Tentu saja, anda mengenali perdagangan intrsindustri
ini terjadi karena perbedaan produk; misalnya, Motorola mengekspor ponselnya ke
Swedia dan Jepang dan Sony-Ericson mengekspor ponselnya ke Amerika serikat,
karena para konsumen di kedua Negara mengetahui perbedaan dalam merek.
Siklus
Hidup Produk Internasional. Hipoteisis dari siklus hidup produk internasional dirumuskan
oleh Raymond Vernon pada tahun 1960-an. Konspep ini memperhatikan peran inovasi
dalam pola perdagangan, melihat sebuah barang sebgai suatu siklus hidup penuh
dari tingkat internasionalisasi sampai standarisasi. Tingkat inovasi awal ari
siklus meminjam teori Linder dalam hal motivasi dan respons pengusaha untuk
melihat kesempatan besar. Tiga tingkat berikutnya adalah ketika sebuah produk
dikatakan lulus. Konsep ini dapat diterapkan untuk pengenalan produk baru oleh
perusahaan di Negara-negara maju manapun, tetapi karena lebih banyak produk
baru telah berhasil diperkenalakan dalam skala komersial di Amerika serikat,
mari kita memperhatikan Siklus Hidup
Produk Internasional (Intenational Product Life Cycle – IPLC) karena hal
ini diterapkan di Amerika serikat.
1.
Ekspor Amerika Serikat. Oleh karena Amerika serikat memiliki populasi terbesar
konsumen dengan pendapatan tinggi dari berbagai Negara di dunia, persaingan
untuk pelanggan tetap mereka sangat kuat. Para produsen dipaksa untuk
senantiasa mencari cara terbaik memuaskan kebutuhan konsumen mereka. Untuk
menyediakan produk-produk baru, perusahaan membiayai penelitian dan
pengembangan laboratorium yang harus terus-menerus menghubungi pemasok material
yang mereka butuhkan untuk pengembangan produk. Merupakan sebuah fakta bahwa
para pemasok mereka di Negara ini juga memfasilitasi hubungan yang ada. Dalam
tahap awal siklus hidup produk, rancangan dan metode produksi berubah. Dengan
mendekati pasar, manajemen dapat bereaksi dengan cepat menanggapi feedback konsumen dan lebih mudah
menyediakan layanan perbaikan lokal. Semua faktor ini menjadikan Amerika
Serikat sebagai pelopor pengenalan produk baru. Untuk beberapa saat,
perusahaan-perusahaan Amerika akan menajdi satu-satunya produsen dari produk
tersebut. Setelah mempelajari produk, konsumen luar negeri alan membelinya dari
perusahaan Amerika. Pasar ekspor kemudiakan akan berkembang dengan baik.
2.
Produksi Asing Dimulai. Konsumen luar negeri, khususnya di Negara-negara
maju, memiliki kebutuhan yang sama dan kemampuan untuk membeli produk. Volume
ekspor meningkat dan mungkin menjadi cukup besar unutk menyongkong produk
lokal, khususnya di pasar yang lebih besar. Teknologi untuk memproduksi barang
telah menjadi cukup stabil, dan jika inovatornya adalah perusahaan multinasional,
ia akan sering mengirimi cabangnya informasi produk baru dengan perincian
lengkap bagaimana memproduksinya. Bagi manajer asing yang tidak memiliki
afiliasi, setelah mempelajari produk, ia akan mendapatkan izin dari perusahaan
yang melakukan inovasi untuk menghasilkan produk (atau selain itu mungkin
berinisiatif berusaha untuk mengimitasi atau menciptakan teknologi di sekitar
perusahaan yang melakukan inovasi agar dapat menangkap pasar). Produksi asing
akan dimulai yang akan menyediakan keuntungan dari berkurangnya biaya untuk
transportasi dan komunikasi lokal. Perusahaan Amerika masih akan tetap
mengekspor ke pasar-pasar yang tidak melakukan tindakan produksi, tetapi
pertumbuhan ekspornya akan berkurang karena izin dan investasi asing langsung mengganti
ekspor sebagai sumber penawaran ke berbagai pasar internasional.
3.
Persaingan Asing Di Pasar Ekspor. Oleh karena manufaktur asing baru memperoleh
pengalaman dalam pemasaran dan produksi, biayanya akan jatuh. Kejenuhan pasar
lokal mereka kan menyebabkan mereka mencari pembeli di mana saja. Mereka bahkan
mungkin akan menjual dengan harga yang lebih murah dari produsen Amerika jika
mereka menikmati keuntungan seperti biaya buruh dan bahan mentah yang lebih
rendah. Pada tahap ini, perusahaan-peusahaan asing berkompetisi dalam pasar
ekspor, dan sebagai hasilnya, penjualan ekspor Amerika akan terus
menurun. Sampai tahap ini, inovasi perusahaan Amerika mungkin telah
mengembangkan versi terbaru dari produk dan mulai membuat skala kembali dari
produksi asli untuk mulai memusatkan perhatian hanya pada inovasi terbaru.
4.
\persaingan
impor di Amerika Serikat. Jika penjualan domestik dan
ekspor memungkinkan produsen asing mencapai skala ekonomi yang dinikmati
perusahaan Amerika, mereka mungkin mencapai titik kettika mereka dapat bersaing
dalam kualitas dan harga yang lebih murah dari perusahaan Amerika di pasar
Amerika. Dari titik ini, pasar Amerika Serikat akan dilayani secara eksklusif
(atau hampir begitu) dengan impor. Televisi, sepatu, dan keping semikonduktor
DRAM (dynamic random access memory)
adalah contoh-contoh dari produk-produk seperti itu. Hal ini menyediakan
tekanan yang meningkat dalam perusahaan yang mencoba untuk mencapai inovasi dan
perbaikan produk, yang mungkin sejalan unutk memulai IPLC baru.
Para
penulis yang membahas konsep IPLC telah mengklaim bahwa siklus ini mungkin akan
berulang seperti pada negara-negara kurang maju (Less Developed Countries-LDC)
dengan biaya tenaga kerja yang masih rendah untuk memperoleh teknologi dan
dengan demikian memperoleh keunggulan biaya di atas negara-negara yang lebih
maju. Walaupun penelitian kecil telah dikerjakan untuk konsep IPLC, pengamatan
Bank Dunia kelihatannya memberikan alasan yang masuk akal untuk perubaha lokasi
produk ini, sebagaimana yang disarankan kutipan berikut.
Dengan negara-negara
yang maju dalam skala keunggulan komparatif, ekspor mereka dapat menambah
ekspor negara-negaa yang lulus ke level yang lebih tinggi.... Sebuah kasus yang
menjadi perhatian adalah Jepang, yang keunggulan komparatifnya telah berpindah
ke ekspor modal intensif tinggi. Pada gilirannya, negara-negara berkembang
dengan dukungan modal sumber daya manusia yang relatif tinggi... dapat
mengambil posisi Jepang dalam kegiatan ekspor produk dengan modal sumber daya
manusia yang relatif intensif, dan negara-negara dengan dukungan modal fisik
yang relatif tinggi, seperti Brasil dan Meksiko, dapat mengambil posisi Jepang
dalam mengekspor produk modal fisik secara relatif. Akhirnya, negara-negara di
tingkat pengembangan yang lebih rendah dapat menggantikan negara-negarra
tingkat menengah dalam kegiatan ekspor komoditas dengan tenaga kerja tidak
terampil yang intensif.
Baru-baru
ini, perhatian diberikan pada munculnya perusahaan-perusahaan yang disebut
“dilahirkan secara global”, yakni perusahaan-perusahaan yang menjadi
internasional dalam kegiatan operasional mereka sejak awal pendiriannya.
Walaupun beberapa telah menentang bahwa perusahaan ini tidak mungkin
menginternasionalkan kegiatan operasional dan produk mereka dengan cara lama
IPLC, mereka sering meningkatkan komitmen unutk pasar-pasar internasional
dengan melakukan upaya secara berangsur-angsur yang mungkin konsisten terhadap
konsep IPLC.
Siklus Hidup Tekonologi.
Sangatlah berguna membedakan produk baru dan teknologi baru yang digunakan
dalam menghasilkan sebuah produk (seperti pemilihan proses yang meningkat
hasilnya dalam pembuatan besi atau alat pengecatan robotik dalam manufaktur
mobil). Sementara konsep IPLC yang baru dibahas hanya fokus pada hasil akhir
barang untuk konsumsi, kelihatannya ada fenomena hubungan dekat berkaitan
dengan teknologi produksi, yang mungkin disebut siklus hidup internasional. Teknik dan alat produksi kelihatannya
memliki siklus dari perkembangan awal dan digunakan di negara-negara industri
maju untuk akhirnya diadopsi di negara-negara berkembang. Siklus ini penting
karena teknik dan alat produksi dapat menjadi ekspor penting dari negara-negara
industri.
Konsep
siklus hidup teknologi berasal dari kecenderungan negara-negara industri untuk
mendapatkan pendapatan tinggi dan upah tinggi. Terdapat insentif untuk
berinvestasi di teknologi pengurangan tenaga kerja baru untuk mengurangi biaya
yang berhubungan dengan tingginya upah tenaga kerja. Oleh karena itu,
negara-negara industri cenderung menjadi inovator dalam mengembangkan teknologi
produksi yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Meningkatkan
produktivitas cenderung untuk memproduksi kenaikan upah selanjutnya,
berkontribusi untuk meneruskan usaha guna mengembangkan teknologi baru.
Hasil
dari pengembangan ini bisa jadi siklus teknologi yang menyerupai IPLC. Tahap
awal melibatkna pengembangan teknologi baru ( seperti, sebuah mesin unutk
mengelas panel secara otomatis dalam pembuatan mobil) di negar-negara industri.
Teknologi ini digunakan di negara-negara inovatif dan selanjutnya diekspor ke
negara-negara berkembang dengan upah tenaga kerja tinggi lainnya. Teknologi ini
tidak bisa cepat diekspor ke negara-negar berkembang, karena adanya tenaga
kerja dengan upah.
Dialokasikan
di atas jumlah output yang lebih
besar. Sebagian besar kegiatan manufaktur adalah subjek dari skala ekonomi dan
industri tambang serta transportasi juga memiliki kecenderungan untuk
menguntungkan dari peningkatan tingkat pengembalian pada skala. Biaya produksi
juga turun karena kurva pembelajaran. Oleh karena perusahaan
menghasilkan lebih banyak produk, mereka mempelajari jalan untuk memperbaiki
produk secara efisien yang menyebabkan biaya produksi menurun dengan jumlah
yang bisa diperkirakan.
Skala
ekonomi dan kurva pengalaman memengaruhi perdagangan internasional karena
mereka dapat mengizinkan industri-industri sebuah Negara untuk menjadi produsen
berbiaya rendah tanpa meminta Negara tersebut memiliki sumber daya yang
melimpah dari faktor produksi tertentu. Selanjutnya, seperti kasus dalam
keunggulan komparatif, Negara yang berspesialisasi dalam menghasilkan sedikit
produk dan melakukan proses perdagangan dengan Negara lainnya untuk memasok
sisa dari kebutuhan mereka. Perdagangan internasional dipromosikan karena
perusahan-perusahan suatu Negara mungkin tidak dapat mencapai secara penuh
skala ekonomi potensial hanya melalui pasar domestik, bahkan untuk Negara
sebesar Amerika Serikat. Contoh-contohnya termasuk semikonduktor, komputer dan
pesawat komersial. Konsumen Amerika mendapat manfaat dari kualitas yang lebih
tinggi dan harga yang lebih rendah untuk produk-produk ini karena
perusahan-perusahan seperti Intel, Hewlett-Packared, dan Boeing dapat menyebar
biaya tetap yang sangat tinggi di atas penjualan dalam pasar luar negeri juga
pasar dalam negeri.
Persaingan
Tidak Sempurna. Dengan menggabungkan konsep skala
ekonomi dengan adanya produk-produk yang dibedakan, Paul Krugman mengembangkan
sebuah model yang akan membantu menjelaskan tingkatan perdagangan antar Negara
yang diamati intraindustri (dalam-industri). Krugman beralasan bahwa produksi
barang dikonsentrasikan secara geografis dan disebabkan oleh skala ekonomi. Dia
juga beralasan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan keterbatasan sumber
daya dan persaingan tidak sempurna menyebabkan perusahan-perusahan yang ada di
Negara-negara tersebut secara identik membuat bermacam produk yang unik untuk
menghindari persaingan langsung. Adanya perbedaan
produk ini – penciptaan ciri-ciri yang terpisah untuk produk, melalui
perbedaan yang aktual (penataan) atau yang dirasakan (gambar) biasanya didukung
dengan iklan dalam rangka mendorong loyalitas merek – adalah elemen penting
dalam model Krugman. Karena produk dibedakan, setiap perusahan mungkin
bertindak seperti pemegang monopoli yang respek terhadap produk unik yang
dimiliki, dan lebih banyak perusahan akan menghadirkan lebih banyak keberagaman
barang dipasar. Oleh karena perusahan-perusahan dari Negara yang berbeda
masing-masing memproduksi beragam produk yang unik, tetapi konsumen di setiap
Negara membeli beberapa dari setiap produk (seperti yang diprediksikan oleh
Linder), kita dapat melihat perdagangan intraindustri antarnegara yang sama
atau bahkan identik. Keberadaan perdagangan internasional dapat menciptakan
pasar lebih besar yang mengizinkan pemanfaatan skala ekonomi internal (spesifik
perusahaan) oleh perusahaan-perusahaan yang berdagang. Dukungan empiris untuk
model Krugman telah ditunjukkan banyak penelitian, termasuk seperti
industri-industri mobil, kimia khusus, anggur, dan model ini membantu
menjelaskan tingginya proporsi (kira-kira seperempat) dari industri perdagangan
di seluruh perdagangan internasional.
Teori
Penggerak Pertama (First-Mover Theory). Seperti
yang disarankan pada bagian sebelumnya, ada beberapa Negara yang secara khusus
berspesialisasi ketika terjadi peningkatan tingkat pengembalian pada skala dan
pengalaman. Namun, pola perdagangan barang yang diamati tergantung pada skala
ekonomi yang mungkin ditentukan oleh faktor-faktor historis, seperti Negara
mana yang memasuki industri untuk pertama kali. Beberapa teoretikus manajemen
menyanggah bahwa perusahan-perusahan yang memasuki industri pertama kali
(penggerak pertama) akan dapat memperoleh pangsa pasar yang besar, mengizinkan
mereka untuk memperoleh keuntungan seperti penurunan biaya dan peningkatan
keahlian teknis awal. Hal ini dapat mematahkan semangat pendatang asing yang
mungkin harus masuk dengan biaya tinggi, setidaknya pada awalnya. Salah satu
penelitian di berbagai industri menunjukkan bahwa penggerak pertama memegang 30
persen pangsa pasar dibandingkan 13 persen untuk pendatang selanjutnya. Data
lainnya menemukan bahwa 70 persen pemimpin dipasar saat ini adalah penggerak
pertama.
Akan
tetapi, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa mungkin terdapat banyak
kekurangan dari penelitian sebelumnya, seperti yang didasarkan pada survei dari
perusahaan-perusahaan yang bertahan dan tidak termasuk sejumlah besar para
perintis jalan sesungguhnya. Misalnya, perusahaan Amerika, Amplex, yang pertama
kali membuat VCR, tetapi karena memiliki harga sangat tinggi ($50.000), produk
itu hanya terjual sedikit. Sony dan Matsushita melihatnya sebagai pasar
potensial dan bekerja untuk membuat VCR yang bisa mereka jual dengan harga
$500. Mereka mencapai tujuan itu dan menguasai pasar. Penelitian selanjutnya
telah menujukkan bahwa, di banyak kasus, keberhasilan didapat oleh para
pengikut yang cepat atau bahkan ke “penggerak terakhir”, perusahaan-perusahaan
yang sering memasuki pasar beberapa tahun setelah “penggerak pertama”. Walaupun
bukti sehubungan dengan apakah penggerak pertama mencapai keunggulan kompetitif
berkelanjutan tetap tidak meyakinkan atau bertentangan, telah menjadi teori
bahwa faktor mendasar yang memengaruhi keberhasilan penggerak pertama mungkin
adalah kompetensi yang diwujudkan dalam Negara atau lokasi munculnya investor.
Keunggulan
Kompetitif Nasional dari Kelompok Regional. Daya saing nasional melibatkan
kemampuan sebuah Negara untuk merancang, memproduksi , mendistribusikan, atau
memberikan pelayanan produk dalam konteks perdagangan internasional seraya
mendapatkan kenaikan tingkat pengembalian pada sumber dayanya. Kemampuan Negara
untuk meraih keberhasilan internasional secara terus-menerus dalam industri
tertentu mungkin dijelaskan oleh variabel-variabel lain dari faktor-faktor
produksi yang didasarkan pada teori keunggulan komparatif dan tori
Heckscher-Ohlin. Misalnya, karya yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang di
masa yang akan dating (seminal)
Alfred Marshall dalam teori ekonomi membantu menjelaskan mengapa di banyak
industri, perusahaan-perusahaan cenderung berkelompok bersama-sama berdasarkan
geografis. Dia menyarankan bahwa kelompok geografis berperan bersama karena
tiga alasan: (1) keunggulan yang dihubungkan dengan sumber tenaga kerja yang umum,
sehingga pengangkatan pegawai yang dibutuhkan bisa dipenuhi dengan cepat,
bahkan dengan fluktuasi permintaan yang tak terduga; (2) keuntungan dari
perkembangan pemasok lokal yang dikhususkan, terutama pada kegiatan operasional
dan keterampilan yang dapat dikoordinasikan dengan kebutuhan para pembeli; dan
(3) manfaat yang dihasilkan dalam wilayah geografis dari pembagian informasi
teknologi dan peningkatan kesesuaian terkait tingkatan inovatif.
Michael
Porter, seorang professor ekonomi di Harvard, menjabarkan karya dari Marshall. Diamond Model dari keunggulan
nasionalnya mengklaim bahwa empat variabel akan berdampak pada kemampuan
perusahaan lokal di sebuah Negara untuk memanfaatkan sumber daya Negara guna
memperoleh keunggulan kompetitif.
1.
Kondisi Permintaan: sifat dasar, lebih dari hanya sekedar ukuran
permintaan domestik. Jika konsumen dari sebuah perusahaan tersebut
berpengalaman dan memiliki banyak permintaan, ia akan berjuang untuk
menghasilkan produk inovatif dan berkualitas tinggi. Dalam melakukannya, ia
akan mendapatkan keunggulan kompetitif secara global atas perusahaan-perusahaan
yang berlokasi di tempat-tempat yang kurang memiliki tekanan domestik. Ini mungkin
telah menjadi kasus di masa lalu, ketika perusahaan internasional mengenalkan
produk-produk baru mereka di pasar dalam negeri terlebih dahulu (sebuah kondisi
dari teori siklus produk internasional), tetapi selama banyak perusahaan
memperkenalkan produknya secara global, variabel ini akan kehilangan
kepentingannya.
2.
Faktor kondisi: tingkat dan komposisi dari faktor produksi. Porter
membedakan antara faktor dasar (teori Heckscher-Ohlin) dan faktor lanjutan
(infrastruktur suatu Negara, seperti telekomunikasi dan sistem transportasi,
atau lembaga riset universitas). Dia juga membedakan antara faktor yang
diciptakan (seperti dari investasi yang dibuat oleh perorangan, perusahaan,
atau pemerintah) dan faktor yang diturunkan (seperti sumber daya alam dan lokasi).
Kurangnya dukungan alam telah menyebabkan negra-negara berinvestasi di
pembentukan faktor lanjutan, seperti pendidikan tenaga kerja, pelabuhan bebas,
dan sistem komunikasi lanjutan, untuk memungkinkan industri-industri mereka
menjadi kompetitif secara global. Negara-negara di Karibia telah memperbarui
sistem komunikasi mereka untuk menarik perbankan dan perusahaan pelayanan
lainnya yang memiliki sedikit kebebasan pada faktor dasar produksi.
3.
Industri-industri
pendukung dan terkait: pemasok dan jasa pendukung industri. : pemasok dan jasa
pendukung industri. Selama beberapa dasawarsa, perusahaan-perusahaan di
industri dengan pemasoknya, para pemasok dengan pemasoknya, dan yang lainnya,
telah cenderung membentuk kelompok di lokasi yang ditentukan dan sering tanpa
alasan aawal yang jelas. Akan tetapi, industri-industri pendukung dan terkait
berfungsi sebagai pondasi penting untuk kesuksesan kompetitif oleh penyediaan jaringan pemasok,
subkontraktor, dan infrasturktur komersial. Misalnya, San Francisco Bay Area memiliki
rangkaian industri-industri pendukung dan terkait untuk industri computer
personal. Hal ini termasuk penelitian, rancangan, produksi, atau memberikan
pelayanan kegiatan operasional seperti para pemasok sebagai perancang
semikonduktor, kapitalis usaha yang memahami secara teknologi, dan pengacara
hak kekayaan intelektual, juga terkait dengan industri-industri seperti
peralatan ilmiah, elektronik (seperti MP3 player, personal digital assistant –
PDA), alat telekomunikasi, pengembang perangkat lunak, dan cakupan luas
perusahaan-perusahaan terkait internet.
4.
Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan: luasnya persaingan domestik, adanya
hambatan-hambatan untuk masuk, serta gaya dan organisasi manajemen perusahaan.
Porter menegaskan bahwa perusahaan akan menjadi sasaran persaingan yang berat
di pasar domestik yang terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi,
yang membuat mereka lebih kompetitif secara internasional. Selama beberapa
dasawarsa, perusahaan di industri-industri oligopolistik telah mengawasi dengan
hati-hati setiap pergerakan pesaing dan bahkan telah memasuki pasar asing
karena para pesaing mereka telah pergi ke sana. Misalnya, produsen otomotif
Jepang, seperti Toyota, Honda, Nissan dan Mitsubishi telah bersaing dengan
penuh semangat satu sama lain selama beberapa dasawarsa di pasar domestik
mereka. Mereka terus-menerus menekan satu sama lain untuk meningkatkan kualitas
dan performa produk mereka karena tidak ingin beresiko kehilangan pangsa pasar.
Persaingan hebat ini telah memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk
mengembangkan lapabilitas pemimpin dunia dalam desain dan manufaktur mobil.
Segera setelah dari salah satu perusahaan ini mengadu nasib keluar menuju pasar
internasional, seperti Amerika Serikat, Eropa atau Asia Tenggara untuk menjual
atau mendirikan pabrik mobil, para pesaingnya cenderung mendekat di belakang
untuk menghindari penurunan dalam persaingan internasional relatif.
Selanjutnya
untuk keempat variabel ini, Porter mengklaim bahwa persaingan akan dipengaruhi
pemerintah dan kesempatan. Misalnya, persaingan mungkin dipengaruhi kebijakan
pemerintah, seperti insentif, subsidi, perlindungan sementara dari pesaing
asing, perkembangan infrastruktur, atau melalui berbagai macam peristiwa,
seperti terobosan penelitian lokasi, dan waktu atau keberuntungan.
Porter
membuktikan bahwa faktor-faktor ini pada dasarnya tak terkait, menciptakan
sebuah”lingkaran kebaikan” dari sumber daya generasi dan aplikasi, juga
kecepatan respons dalam memenuhi permintaan konsumen, seperti yang digambarkan
di Tampilan 3.3.
Teori Porter
melengkapi teori Ricardo dan Heckscher-Ohlin. Namun, seperti catatan yang
dinyatakan ekonom John Dunning, tidak ada yang baru dalam analisis Porter. Akan
tetapi, Porter memang menetapkan sebuah model yakni faktor penentu daya saing
nasional yang mungkin dikenali. Masalah lain adalah bukti Porter mengenai
sebuah anekdot, berdasarkan penelitian empiris yang ketat, walaupun kajian di
sector seperti industri mobil telah menyediakan dukungan untuk teori ini. Selanjutnya,
daya saing secara umum diterapkan di perusahaan-perusahaan, daripada
Negara-negara, walaupun faktor spesifik Negara dapat menyediakan fondasi kritis
untuk menciptakan dan meningkatkan persaingan sebuah perusahaan atau industri
di tingkat internasional.
Tampilan 3.3
Variabel yang memengaruhi Keunggulan Kompetitif: Diamond Model dari Porter
|
Pemerintah
Sumber: Dicetak kembali
dengan izin Harvard Business Review. “The
Competitive Advantage of Nations” oleh Michael E. Porter, Mare-April 1990,
hlm.77. Hak Cipta © 1990 oleh Presiden dan Pengelola Harvard College, semua hak
milik.
Ringkasan
Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional terjadi
terutama karena perbedaan harga yang relatif di antara negara-negara. Perbedaan
ini timbul akibat perbedaan biaya produksi yang merupakan hasil dari:
1.
Perbedaan
dukungan alam faktor produksi
2.
Perbedaan
tingkat teknologi yang menentukan intensitas faktor yang digunakan
3.
Perbedaan
dalam efisiensi dengan intensitas faktor yang di manfaatkan
4.
Kurs
valuta asing
Meskipun demikian, perbedaan cita rasa
dan variabel permintaan dapat mengubah arah perdagangan yang diprediksi oleh
teori.
Teori
perdagangan internasional menujukkan bhawa Negara-negara akan mencapai
tingkatan keberlangsungan yang lebih tinggi dengan melakukan spesialisasi
barang-barang ynag memiliki keunggulan komparatif dan mengimpor produk yang
tidak memiliki keunggulan komparatif. Umumnya, hambatan perdagangan
menghentikan arus bebas barang-barang akan membahayakan kesejahteraan sebuah
Negara. Bab 8 membahas kekuatan politik yang menguji banyak pendapat yang telah
di presentasikan dalam mendukung hambatan perdagangan internasional atas barang
dan jasa.
Teori
Investasi Internasional
Teori investasi internasional
kontemporer telah diperluas jauh dari teori klasik yang menyebutkan bahwa
perbedaan dalam suku bunga untuk investasi dari besarnya risiko adalah alasan
modal internasional bergerak dari satu Negara ke Negara lain. Untuk membuatnya
terjadi, harus ada persaingan sempurna, tetapi seperti dinyatakan Kindleberger,
ekonom sekaligus penulis. “Di bawah persaingan yang sempurna, investasi asing
langsung tidak akan terjadi, dan tidak juga terjadi di dunia yang kondisinya
kurang kompetitif”. Bagian ini khususnya berfokus pada teori investasi asing
langsung, yang meliputi kepemilikan dan control investasi internasional yang
melibatkan aset fisik atau riil seperti pabrik-pabrik atau fasilitas lainnya,
daripada teori-teori yang berkaitandengan tipe lain dari investasi
internasional seperti portofolio saham, obligasi, atau bentuk lain dari utang.
Investasi asing langsung melibatkan pendirian produksi atau fasilitas lainnya
di luar negeri, entah melalui investasi lahan hijau (pendirian fasilitas baru
dari dasar) atau akuisisi lintas Negara (pembelian bisnis yang sudah ada di
Negara lain). Biasanya diasumsikan bahwa motif strategik akan menjadi kekuatan
penggerak untuk keputusan berinvestasi di luar negeri yang didorong oleh
keinginan untuk menemukan pasar baru, akses bahan mentah, mencapai efisiensi
produksi, memeperoleh akses ke teknologi baru atau keahlian manajerial,
meningkatkan keamanan politik kegiatan operasional perusahaan, atau merespons
persaingan dan tekanan lainnya di lingkungan eksternal.
TEORI
KEUNGGULAN MONOPOLI
Teori
keunggulan monopoli modern berasal dari
disertasi Stephen Hymer pada tahun 1960. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
investasi asing langsung terjadi besar-besarandi industri-industri
oligopolistik daripada di industri yang beroperasi di bawah perasingan yang
hampir sempurna. Ini berarti perusahaan-perusahaan di industri-industri ini
harus memiliki keunggulan yang tidak tersedia bagi perusahaan lokal untuk
mengatasi liabilitas yang dikaitkan dengan badan asing – seperti kurangnya
pengetahuan tentang kondisi pasar lokal, peningkatan biaya operasional pada
jarak jauh, perbedaan kultur, bahasa, hukum, dan peraturan, atau lembaga – yang
menyebabkan sebuah perusahaan asing berada pada posisi kurang menguntungkan
dibandingkan perusahaan lokal. Hymer beralasan, keuntungan harus berupa sakala
ekonomi, teknologi atau pengetahuan superior dalam pemasaran, manajemen atau
keuangan. Investasi asing langsung mengambil tempat karena ketidaksempurnaan
produk dan faktor pasar yang memungkinkan perusahaan multinasional untuk
melakukan kegiatan operasional dengan lebih menguntungkan di pasar asing
daripada yang dapat dilakukan pesaing lokal.
KETIDAKSEMPURNAAN
PASAR
Caves, seorang ekonom Harvard,
menjabarkan karya Hymer untuk menujukkan bahwa pengetahuan yang luas
memungkinkan perusahaan untuk memproduksi produk-produk yang berbeda yang lebih
disukai konsumen daripada barang yang sama yang dibuat secara lokal. Hal ini
akan memberi perusahaan beberapa kontrol atas harga penjualan dan keuntungan di
atas perusahaan-perusahaan pribumi. Untuk mendukung pendapat ini, dia
menambahkan bahwa perusahaan yang berinvestasi di luar negeri berada dalam industri
yang biasanya terlibat dalam penelitian produk yang berat dan usaha pemasaran.
FAKTOR-FAKTOR
FINANSIAL
Teori-teori lain yang berhubungan dengan
faktor-faktor financial. Aliber yakin bahwa ketidaksempurnaan dalam pasar
valuta asing mungkin bertanggung jawab pada investasi asing.
Perusahaan-perusahaan di Negara-negara dengan mata uang yang dinilai terlalu
tinggi ditarik untuk berinvestasi di negar-negara dengan mata uang di nilai
terlalu rendah. Teori lain berbasis financial, teori portofolio, menyarankan
bahwa kegiatan operasional internasional membolehkan diversifikasi risiko dan
kemudian cenderung untuk memaksimalkan pengembalian yang diharapkan dari
investasi.
SIKLUS
HIDUP PRODUK INTERNASIONAL
Kita sudah menguji teori ini untuk
membantu menjelaskan arus perdagangan internasional. Akan tetapi, seperti yang
kami katakan, ada hubungan dekat antara perdagangan internasional dan investasi
internasional. Seperti yang anda lihat, konsep IPLC juga menjelaskan investasi
asing langsung adalah tahap dasar alam siklus kehidupan sebuah produk. Untuk
menghindari hilangnya pasar yang dipkai untuk ekspor, sebuah perusahaan sering
terpaksa berinvestasi dalam fasilitas produksi di luar negeri ketika perusahaan
lain mulai menawarkan produk yang sama. Pergerakan ke luar negeri ini akan
bertambah tinggi selama tahap ketiga dan keempat karena perusahaan yang
mengenalkan produk tersebut berusaha untuk tetap kompetitif, pertama di pasar
ekspornya (tahap 3) dan kemudian di pasar dalam negeri (tahap 4), dengan
menentukan lokasi di Negara-negara aynag memiliki faktor-faktor produksi yang
lebih murah.
MENGIKUTI
PEMIMPIN (FOLLOW THE LEADER)
Teori lain dikembangkan oleh
Knickerbocker yang mencatat bahwa ketika sebuah perusahaan, khususnya pemimpin
dalam industri oligopolistik, memasuki sebuah pasar, perusahaan-perusahaan lain
di industri akan mengikuti. Teori mengikuti pemimpin (follow the leader) dianggap defensive karena para pesaing
berinvestasi untuk menghindari hilangnya pasar yang disediakan ekspor ketika
investor awal memulai industri lokal. Mereka mungkin juga khawatir jika
inisiator akan mendapat beberapa keuntungan dari diversifikasi risiko yang
tidak akan mereka miliki kecuali mereka memasuki pasar juga. Selanjutnya,
mencurigai bahwa inisiator tahu sesuatu yang tidak mereka ketahui mungkin akan
membuat mereka merasa lebih baik selamat daripada menyesal.
INVESTASI
SILANG
Graham mencatat sebuah kecenderungan
untuk investasi silang oleh perusahaan-perusahaan Eropa dan Amerika di
industri-industri oligopolistik tertentu; yaitu perusahaan-perusahaan Eropa
cenderung untuk berinvestasi di Amerika Serikat ketika perusahaan-perusahaan
Amerika telah datang ke Eropa. Dia menyebutkan bahwa investasi seperti itu akan
mengizinkan kantor-kantor cabang Amerika dari perusahaan-perusahaan Eropa untuk
melakukan hal yang sama di pasar dalam negeri perusahaan Amerika Serikat jika
kantor-kantor cabang perusahaan Eropa memulai beberapa taktik agresif, seperti
pemotongan harga di pasar Eropa. Tentu saja, seperti yang kita perhatikan di
bab 2, ada sejumlah alasan investasi oleh perusahaan multinasional yang
mengambil tempat di Negara-negara asing, seperti mengikuti konsumen (pabrik manufaktur suku cadang Jepang mengikuti
pabrik manufaktur otomotif Jepang masuk ke Amerika Serikat, Kanada, atau Eropa),
mencari pengetahuan (investasi Jepang
dan Eropa di Silicon Valley), dan mengambil
manfaat dari stabilitas ekonomi dan politik Negara tuan rumah.
TEORI
INTERNASIONALISASI
Teori
internasionalisasi adalah pengembangan
dari teori pasar tak sempurna. Sebuah perusahaan yang mamiliki pengetahuan yang
luas, tetapi karena tidak efisiennya pasar eksternal (misalnya, biaya
transaksi), mungkin akan mendapatkan harga yang lebih tinggi untuk pengetahuan
tersebut dengan menggunakan pengetahuan itu sendiri daripada menjualnya di
pasar terbuka. Dengan berinvestasi di kantor cabang asing untuk kegiatan
seperti memasok, produksi, atau distribusi, daripada lisensi, perusahaan juga
dapat mengirim pengetahuan lintas batas sembari mempertahankannya di dalam
perusahaan. Hasil yang diharapkan adalah kemampuan peusahaan untuk menyadari
laba superior pada investasi yang dibuat untuk memproduksi pengetahuan ini,
khususnya karena pengetahuan diwujudkan dalam produk yang bermacam-macam atau
jasa yang semuanya dijual ke konsumen.
KAPABILITAS
DINAMIS
Pandangan kapabilitas dinamis, yang terhubung dengan pandangan perusahaan
yang didasarkan pada sumber daya membantah bahwa kepemilikan pengetahuan
tertentu atau sumber daya itu penting, tetapi tidak mencukupi untuk meraih
keberhasilan di FDI internasional. Perusahaan harus dapat menciptakan dengan
efektif dan memanfaatkan kapabilitas dinamis untuk penyebaran berbasis kualitas
dan/atau kuantitas, dan kapabilitas ini harus bisa ditransfer ke lingkungan
internasional untuk memproduksi keuntungan kompetitif. Biasanya perusahaan
mengembangkan pusat keunggulan unutk mengembangkan persaingan-persaingan khusus
yang selanjutnya diterapkan di investasi mereka di dalam Negara tuan rumah.
TEORI
EKLEKTIK PRODUKSI INTERNASIONAL DUNNING
Teori eklektik, yang menggabungkan
elemen-elemen dari beberapa yang telah kita bahas, adalah teori yang dikutip
paling luas dan diterima oleh FDI baru-baru ini. Dikembangkan oleh Dunning,
teori eklektik produksi internasional berusaha menyediakan kerangka keseluruhan
untuk menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan memilih unutk ikut serta dalam
FDI daripada melayani pasar asing melalui alternative seperti ekspor, lisensi,
kontrak manajemen, usaha bersama, atau aliansi strategis. Teori ini menegaskan
bahwa jika sebuah perusahaan ingin berinvestasi dalam fasilitas produksi di
luar negeri, ia harus memiliki tiga macam keunggulan:
1.
Kepemilikan
spesifik. Ini adalah perluasan ke mana peusahaan harus atau dapat mengembangkan
keunggulan spesifik perusahaan melalui kepemilikan berwujud asset-aset yang
tidak tersedia di perusahaan-perusahaan lain dan dapat dipindah ke luar negeri.
Tiga tipe dasar keunggulan kepemilikan spesifik yang berwujud atau tidak
berwujud termasuk pengetahuan atau teknologi, skala atau cakupan ekonomi, dan
keunutngan monopoli yang berhubungan dengan akses unik ke krisis input atau output. Keunggulan
membangkitkan biaya-biaya yang lebih endah dan/atau pendapatan yang lebih
tinggi akan mengimbangi harga tambahan operasi dari jarak jauh di dalam lokasi
asing.
2.
Lokasi
spesifik. Pasar asing harus memiliki cirri-ciri spesifik, ari bidang ekonomi,
sosial, atau politik (sperti ukuran pasar, tarif pembatas atau non tarif, atau
biaya transportasi), yang akan mengizinkan perusahaan untuk memanfaatkan
keunggulan spesifik perusahaannya yang menguntungkan dengan menempatkan di
pasar itu daripada melayani pasar melalui ekspor.
3.
Internalisasi.
Peusahaan-perusahaan memiliki berbagai macam altermatif untuk memasuki pasar
asing, mulai dari transaksi panjang ketentuan pasar yang wajar sampai penggunaan
hierarki melaui anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki, seperti yang akan
kita bahas di bab 15. Hal itu merupakan kepentingan perusahaan terbaik untuk
mengeksploitasi keunggulan kepemilikan spesifik melalui internalisasi dalam
situasi ketika pasar tidak ada atau berfungsi tidak efisien, menyebabkan biaya
transaksi dalam menggunakan pilihan berbasis pasar (panjang ketentuan pasar
yang wajar) menjadi terlalu tinggi.
Berkenaan
dengan nama tiga tipe keunggulan yang harus dimiliki perusahaan ini, teori
eklektik produksi internasional kadang-kadang mengacu pada model OLI. Teori ini menyediakan penjelasan pilihan perusahaan
internasional untuk fasilitas produksinya di luar negeri. Perusahaan harus
memiliki keunggulan lokasi dan kepemilikan untuk berinvestasi di pabrik asing.
Ia akan berinvestasi di tempat-tempat yang paling menguntungkan untuk
internalisasi keunggulan monopolinya. Investasi-investasi ini bisa menjadi
proaktif, yang secara strategis diantisipasi dan dikendalikan di muka oleh tim
manajemen perusahaan, atau reaktif dalam menanggapi penemuan ketidaksempurnaan
pasar.
Ada
satu kesamaan untuk hampir semua teori yang didukung oleeh uji empiris – bagian
utama dari investasi asing langsung dibuat oleh perusahaan-perusahaan besar,
penelitian intensif di industri-industri oligopolistik. Selain itu, seluruh
teori menawarkan alasan-alasan perusahaan menemukan sesuatu yang menguntungkan untuk berinvestasi di
luar negeri. Namun, seperti yang kita nyatakan di bab 2, seluruh motif dapat
dihubungkan di beberapa jalan ke keinginan untuk meningkatkan atau melindungi
tidak hanya keuntungan tetapi juga penjualan
dan pasar.